Chapter XC Paling Kusayang!

5.3K 445 5
                                    

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (='∀`)

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Mai Ding membantu An Ziyan mengemasi barang. Sepertinya ayah An Ziyan sedikit agak gimana begitu, jelas dia ingin menghabiskan usahanya untuk membantu An Ziyan, tapi caranya agak kejauhan caranya.

Meskipun masih ada kelas yang perlu dimasuki, An Ziyan tetap harus pergi. Walaupun hati Mai Ding agak tidak suka, tapi Mai Ding tidak mau memperlihatkannya. Dipikirnya nanti dia tidak bisa melakukan apapun tanpa An Ziyan, dia ingin An Ziyan merasa bangga terhadapnya.

"Di sana ingat makan dan sekarang cuaca sudah mulai dingin, kamu 'kan sudah dewasa, jangan membuatku cemas."

"Em, Mai Ding." An Ziyan bicara dengan nada menyindir.

Mai Ding menarik dirinya sedikit, dan menyerahkan kopernya pada An Ziyan, meski begitu dia seperti tidak mau melepaskan kopernya.

"Kamu mau nggak aku antar."

"Enggak, hei, lepaskan."

Mai Ding menyeret kopernya, "Aku ingin mengantarmu"

"Kalau begitu, kamu pergi duluan, kalau kamu sampai pertama. Aku biarkan kamu mengantar."

An Ziyan belum bilang untuk mengawalinya. Mai Ding sudah seperti angin keluar dari pintu, berlari ke tangga. Dia tidak pernah melihat, Mai Ding bisa lari secepat itu, dia seperti terbang. Mai Ding sudah berlari ke mobil An Ziyan yang ada didepan, dia sampai kehabisan nafas sangking capeknya. Lalu Dia melihat ke belakang dengan gerak tubuh penuh kemenangan.

"Aku menang."

Tapi dibelakang tidak ada sosok An Ziyan, setelah beberapa lama, akhirnya An Ziyan dengan sikap yang santai menuruni tangga.

"Aku masih mau mengatakannya dan kamu sudah benar-benar berlari."

"An Ziyan! Kamu mempermainkanku, aku nggak mau mengantarmu." Mai Ding ingin berbalik, tapi An Ziyan menyeretnya masuk ke mobil.

Saat duduk di mobil Mai Ding memegang tangannya. "Oh, Ini apa caramu memintaku mengantarmu, aku nggak bisa melakukan apapun yang lebih darimu."

"Aku hanya membiarkanmu membawa pulang mobilnya."

"Kamu memang kejam. Apa kali ini akan lama?"

"Belum tahu."

"Jawaban apa itu, 'belum tahu', lalu aku harus bagaimana?"

"Kamu tidak sedang menahanku 'kan?" An Ziyan pura-pura tidak tahu maksud pertanyaannya.

"Aku, maksudku aku tidak mengatakan apapun. Maksudku sewa, ah, air dan juga listrik. Banyak yang harus dilakukan."

"Kalau itu kamu nggak usah khawatir, walaupun aku tidak pulang, cukup untukmu tinggal seumur hidup disana."

"Memang kamu berani!" Mai Ding memperingatkan An Ziyan.

An Ziyan menepikan mobilnya, sambil melihat ke arah Mai Ding yang sudah memberikannya ekspresi 'segera ingin melihatmu' yang terlihat dengan jelas. Mereka berdua bicara dengan berisik, selama perjalanan ke bandara.

Hati Mai Ding mulai canggung, tidak mau membiarkannya pergi, meskipun menempel terlalu kuat benar-benar buruk, tapi tubuh yang patah ini tidak mau menurut. Mai Ding sulit mengalahkan tubuhnya. An Ziyan suka melihat Mai Ding yang seperti orang gila, dan memberikan kunci mobinya pada Mai Ding.

🆃🅰🅼🅰🆃 Kamu Adalah Pria Yang Kucintai Book 1 [Sedang Revisi]Where stories live. Discover now