Chapter LXXXVII Luka Yang Tidak Dapat Dimengerti

4.4K 432 6
                                    

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (='∀`)

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

An Ziyan tidak makan makan malam, dan sudah tidur di atas tempat tidur. Mai Ding duduk disebelahnya, tapi tanpa sepengetahuan An Ziyan.

Sebenarnya apa yang An Ziyan ingin katakan. Saat ini waktu meninggalkan mereka dalam diam. An Ziyan sebenarnya bisa saja berbicara sesuatu, tapi karena dia merasakan cemburu dengan sesuatu yang seperti ini, dia tidak bisa mengatakannya.

Saat An Ziyan mengingat mereka berdua berjalan berdampingan dan berbincang dengan senangnya di jalan, kemudian setelah itu Mai Ding mengatakan kebaikan tentang Lu Wei. Di dalam kamar, hanya dua orang yang bernafas. Suasana diam, yang sebenarnya sangat menyakitkan untuknya.

Padahal kenyataannya, Mai Ding merasa sederhana saja. Mereka tidak melakukan apapun yang salah, dan saat mendapatkan sikap acuh-tak-acuh dari An Ziyan seperti ini, dia merasa sangat aneh. Dia hanya tidak bisa berdamai dengan sikapnya ini.

------------------------------------------------------------------------------------------------------

Keesokan harinya, An Ziyan tidak bicara pada Mai Ding. Keduanya turun ke lantai bawah. Lu Wei sudah berdiri di bawah, dan Mai Ding memperlihatkan ekspresi yang tidak berdosa. Saat Mai Ding melihat Lu Wei dengan anehnya, dia berlari dan pergi menemuinya. Sikapnya ini membuat suasana hati An Ziyan memburuk, dia mengerutkan dahinya.

"Kenapa kamu datang?"

"Kemarin ponselmu jatuh di tanah, aku sebenarnya mau langsung memberikan padamu, tapi kamu buru-buru pulang. Aku minta maaf kalau mengganggumu." kata Lu Wei dengan maksud baik.

Tidak ada orang yang melihat dimana letak kesalahannya, tapi itu kata orang lain, bukan An Ziyan. An Ziyan memandang ke arah harimau yang tersenyum itu dengan pandangan api yang berkobar-kobar.

Mai Ding meminta maaf, "Aku juga merepotkanmu di saat perjalanan pagimu. Maaf banget ya."

"Kalau begitu, sebagai gantinya. Kalau kamu merasa berhutang. Bagaimana kalau minum secangkir kopi?"

An Ziyan datang dan menangkap pergelangan tangan Mai Ding, memberikan tatapan dinginnya pada Lu Wei, "Pak tua, kita harus pergi kampus."

Dipanggil 'pak tua', Lu Wei hampir saja roboh. Tapi dia masih bisa menahan diri, Dia langsung memberikan penampilan yang sangat dermawan.

Mai Ding dengan cepat bertanya pada An Ziyan, "Kamu nggak papa 'kan, dia itu bukan siapa-siapa."

Mai Ding dengan sangat sederhana, menekan tombol ke tiga dari pikiran An Ziyan.

"Kamu tetap akan pergi."

"Kamu marah lagi padaku, aku benar-benar nggak mengerti. Siapa yang memprovokasimu? Kenapa kamu menyemburkan kemarahan pada orang yang tidak tahu. Dia itu 'kan temanku."

Saat hari dimana 'kemarahan' ini muncul, jelas membuat Mai Ding merasa bosan.

Di pagi-pagi begini dia sudah marah-marah, jadi dia tidak tahan untuk memukul sesuatu. Bukankah orang lain sedang berbaik hati mengiriminya ponsel. Disisi lain, An Ziyan malah marah-marah.

An Ziyan tersentak sejenak melihat sikap Mai Ding. Dia melihat ke arah Mai Ding, mata itu membuat Mai Ding merasa ngeri, kenapa dia sangat marah?

🆃🅰🅼🅰🆃 Kamu Adalah Pria Yang Kucintai Book 1 [Sedang Revisi]Where stories live. Discover now