Chapter LXVI Bagaimana Kalau Bertemu Orangtua?

4.4K 378 5
                                    


An Ziyan membalikkan badannya, melepaskan earphone MP3-nya dari telinga dan dengan gaya kalem melihat ke arah Mai Ding kemudian berkata, "Oh, sudah pulang."

Mai Ding mengangkat kepalanya, air mata yang hampir jatuh bercucuran tiba-tiba kembali masuk.

Pertanyaan macam apa itu 'oh, sudah pulang.'

"Kamu, bukankah kamu barusan, hei, kamu nggak marah?"

"Marah tentang apa?"

Apakah dia sedang bermimpi sekarang? Nggak mungkin 'kan.

"Barusan di klub, bukankah kamu— " Mai Ding tidak mengerti apa yang sedang terjadi, apakah An Ziyan ini sakit jiwa?

An Ziyan duduk, meletakkan mp3 diatas meja dan berkata dengan lembut, "Aku cuma menggodamu, jangan dianggap serius."

Kata-kata ini seperti mantra yang terus berulang-ulang di telinga Mai Ding, membuat dia pusing tujuh keliling. Butuh waktu yang lama untuk sembuh. Lagi dan lagi, dia dipermainkan oleh An Ziyan. Dia mengambil semua yang ada di tangannya dan melempakan semuanya itu pada An Ziyan.

"Kamu orang yang mengerikan, Kamu membodohiku lagi, apa kamu sebosan itu sampai tidak punya sesuatu yang dikerjakan. Dasar kekanak-kanakan,kamu memainkan tipuan terkutuk ini lagi? Aku sumpahi kamu nggak akan punya anak laki-laki, anak perempuanmu nggak punya payudara."

An Ziyan menangkap semua yang di lemparkan Mai Ding satu per satu, "Jaga sikapmu."

"Mana mungkin aku punya sikap yang baik saat bersamamu. Aku dilahirkan hanya untuk di permainkan olehmu 'kan. Aku juga bisa marah. Kamu tunggu dan lihat saja, kamu hanya perlu menunggu, tunggu sampai suatu hari kamu bertemu wanita paling jelek di dunia." Mai Ding selalu punya satu kelemahan yang sangat pasti, ketika dia marah dia akan mengumpat dan menjadi sangat lepas kendali saat berbicara.

Ketika Mai Ding melemparkan serangannya yang tiba-tiba, An Ziyan tiba-tiba bicara lagi, "Kakekku baru saja telpon, dia bilang padaku untuk membawamu bertemu dengannya besok."

"Bawa saja seekor anjing bersamamu waktu kamu bertemu dengan kakekmu, aku sibuk." Tepat setelah Mai Ding selesai bicara kalimat ini, otaknya baru bisa menerima kata-kata dari An Ziyan, pergerakannya langsung berhenti seperti televisi yang diberhentikan, dan semua gerakannya membeku.

"Kamu, bohong 'kan."

"Kapan aku pernah bohong padamu?"

"Kamu selalu berbohongku."

Tapi An Ziyan tidak pernah menggunakan keluarganya sebagai bahan candaannya. Kali ini, mungkin saja benar.

Mai Ding tiba-tiba merasa panik, dengan tangan yang memegang wajahnya, dia mondar mandir di ruang keluarga, "Kok bisa-bisanya mendadak begini, apa yang harus aku lakukan, apa aku harus mempersiapkan sesuatu? Kakekmu suka apa? Apa yang dia tidak suka? Baju seperti apa yang terlihat sopan saat dipakai nanti? Kira-kira oleh-oleh yang cocok seperti apa?"

"Ngapain kamu gugup begitu, kakek 'kan nggak makan orang."

"Kalau dia bisa membesarkan orang sepertimu, mungkin saja dia makan orang."

"Kalau begitu, bawakan dia daging manusia."

"Berhenti bercanda ah, sekarang 'kan kita sedang membicarakan soal pertemuan sama orang tua. Serius dikit ngapa."

"Iya, iya, kamu bisa melakukan apapun yang menurutmu cocok."

--------------------------------------------------------------------------------------------------------

🆃🅰🅼🅰🆃 Kamu Adalah Pria Yang Kucintai Book 1 [Sedang Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang