Chapter III Ketika Melatih Hati Saat Bela Negara

6.6K 677 55
                                    

Pemahaman terjemahan di tempat ini menggunakan alat penerjemah online serta bantuan pencarian google untuk informasi tambahan. Jika pemilihan kata, maksud cerita tidak sesuai, atau pemberian informasi kurang tepat dari bahasa aslinya. Bisa berikan saran atau masukan dengan baik-baik pada penerjemah abal-abal ini. Terima kasih (=')

++++++++++++++++++++++++++++++++++++

Kuliah dimulai setelah satu minggu, *bela negara[1] pun dimulai. Langit masih belum cerah sepenuhnya saat suara peliut berbunyi keras dari lantai bawah.

Mai Ding dan Li Ming bergerak cepat untuk berpakaian dengan seragam loreng sambil memakai sepatu olahraga, sebelum akhirnya mereka dengan terburu-buru turun ke bawah. Selama bela negara murid-murid dipisahkan sesuai jenis kelamin. Saat ini, para anak laki-laki dari dua kelas bergabung menjadi satu.

Mai Ding turun dari lantai atas, seketika itu dia melihat An Ziyan yang menggunakan seragam loreng lengkap dengan topinya. Dari luar, bisa dilihat topi itu secara bagus menutupi matanya yang kecil tapi wajah tampan dan ekspresinya wajahnya masih sama, tidak ada perubahan. Penampilannya ini membuat An Ziyan tampak semakin menarik hati. Mai Ding mengambil kesempatan untuk berdiri di sebelah An Ziyan.

Instruktur meniup peluitnya dan suara berisik para siswa berhenti, formasi grup laki-laki langsung tidak beraturan. Tangan instruktur berada di belakang ketika dia berjalan modar-mandir di barisan depan. Sebelum dia memberikan pidato yang sangat menggairahkan;

"Selamat menikmati hari ini murid-muridku, dari hari ini sampai minggu depan, aku akan jadi instruktur kalian. Namaku Liu Ren Nian. Semua orang diharuskan mengetahui maksud dari bela negara ini. Tujuannya adalah memberikan semangat juang kepada setiap orang, agar bisa bertahan saat berada dimasa-masa sulit."

Instruktur berbicara panjang lebar tetapi Mai Ding sama sekali tidak mendengarkan, dia hanya menengok ke arah An Ziyan, si biseksual. An Ziyan tahu bahwa orang yang ada disebelahnya itu sedang memandanginya dari samping. Dia akhirnya menoleh dan mengerutkan dahinya sambil memberikan tatapan tajam ke arah Mai Ding. Hal ini membuat Mai Ding berhenti mengamatinya.

"Anak yang berada di barisan ketiga, kelompok kedua, kamu berdiri di sebelah kanan."

Instruktur itu memberitahu Mai Ding, karena tinggi tubuhnya sedikit lebih pendek, tapi Mai Ding masih bersikeras karena dia tetap ingin berada di sisi orang-orang yang memang bertubuh tinggi. Membuat barisan terlihat tidak teratur.

Mai Ding mengangkat tangannya, "Lapor pak, Saya lebih suka berdiri di sini."

"Memangnya siapa yang bilang kamu bisa berdiri seenaknya? Berdiri di sana sekarang juga!" Instruktur itu mulai meninggikan suaranya, membuat Mai Ding merasa nelangsa karena posisinya akan semakin jauh dari An Ziyan, soalnya jarak antara An Ziyan dengan posisi yang ditunjuk oleh instruktur itu berjarak 5 orang.

Bela negara sangat melelahkan dan juga membosankan. Hari pertama, harus belajar bagaimana berdiri sebagai prajurit militer. Tindakan ini diulangi terus menerus, menghadap ke kiri, menghadap ke kanan, berjongkok dan berdiri dengan cepa di bawah sinar matahari musim panas. Saat ini wajah Mai Ding sudah semakin lama semakin memerah. Di tambah suara jangkrik membuat panasnya hari semakin membuatnya frustasi dan emosi.

Setelahnya, waktu istirahat tiba. Beberapa gadis memberikan air atau handuk basah kepada An Ziyan. Melihat pemandangan ini membuat perut Mai Ding sakit, dan kalau rasa sakit ini mulai dirasakan oleh Mai Ding berarti saatnya Mai Ding meminum *Sidashu[2]

***

Hari ini akhirnya selesai, Mai Ding merasa kalau dia sudah mau mati. Dia segera kembali ke kamarnya dan mandi air dingin. Kemudian pergi ke supermarket kampus untuk membeli dua botol sunblock sebelum akhirnya pergi ke kamar An Ziyan.

🆃🅰🅼🅰🆃 Kamu Adalah Pria Yang Kucintai Book 1 [Sedang Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang