Chapter XLI Kencan Mai Ding

5.4K 451 26
                                    


"Sudah lama ya kita nggak jalan-jalan keluar untuk bersenang-senang." Mai Ding mulai mengganggu An Ziyan yang sedang bermain gitar.

"Hmm."

'Kok Cuma 'Hmm'? Nggak ada tindakan sama sekali? Cowok normal yang perhatian pasti langsung mengajak pergi sekarang.' Sayangnya, An Ziyan bukan termasuk keduanya atau kadang-kadang dia memang begitu.

"Maksudku, kita 'kan sudah lama nggak kencan."

"Kamu mau kencan lagi?"

"Apa-apaan nada bicaramu itu? Apa maksudmu dengan 'lagi'? Kita 'kan kencan cuma sekali. Dan kamu mengajakku pergi bermain lompat bungee yang membuatku ketakutan setengah mati waktu itu. Atau jangan-jangan kamu pikir kencan Cuma dilakukan sekali seumur hidup, begitukah?"

"Iya,begitu."

"Apa ini kelakuan pria. Kamu setuju bersamaku dengan memberikan semua syarat saat itu. Apa sekarang kamu berubah setelah kita bersama. Yah memang dulu kamu membantuku mengoleskan salep ke jariku, lalu kamu menggendongku pulang dan juga mengajakku menonton bioskop. Tapi sekarang gimana? Waktu sudah berlalu dan keadaan juga berubah. Aku masih sama seperti yang dulu, tapi kamu sudah nggak sama seperti dulu lagi." Sepertinya, ingatan Mai Ding salah nih. Dia merubah ingatannya seenak udel.

"Aku nggak pernah mengejarmu. Bukannya kamu yang bilang dengan setulus hati kalau ingin menukar semua kemenangan lotremu dengan hatiku. Kamu sendiri yang berlari di depan kamar asramaku dan kamu berteriak betapa kamu sangat mencintaiku dan sudah jatuh cinta denganku." Yah, An Ziyan memang selalu menang telak kalau urusan sindir menyindir.

Mai Ding sekarang merasa malu sendiri mendengar semua yang An Ziyan katakan, karena semua itu memang kenyataannya. Tapi Mai Ding jelas tidak mau kalah.

"Sekarang apa? Kamu mau melawanku dengan kejadian masa lalu? Membosankan! Dasar naif! Aku 'kan sedang membahas soal kencan. Kenapa sih kamu ganti topiknya? Kamu memang dulu mengagumkan, tapi tetap 'kan, kamu tertarik dengan pesonaku." Mai Ding bicara sambil menyilangkan tangannya di bahu An Ziyan. Memang tidak perduli seberapa hebat dan kerennya An Ziyan saat itu, Mai Ding adalah orang yang tetap berdiri di samping An Ziyan saat ini dan sampai akhir nanti.

An Ziyan akhirnya berdiri dan melepaskan tangan Mai Ding yang ada di pundaknya sambil berkata, "Aku cuma kasihan padamu."

"Kasihan juga salah satu daya tarikku."

Mai Ding sekarang mengikuti An Ziyan ke kamar dan memeluknya dari belakang. Dia memeluk pinggang An Ziyan dengan erat dan berkata, "Ini jampi-jampiku jadi kamu nggak akan bisa meninggalkanku seumur hidupmu."

"Minggir. Aku mau ganti baju."

Mai Ding akhirnya melepaskan tangannya seperti yang An Ziyan katakan. Sepertinya tidak perlu seumur hidup. Jampi-jampi Mai Ding sudah hancur dalam waktu satu menit.

Setelah An Ziyan berganti pakaian, dia mengambil kunci mobilnya. Hanya saja Mai Ding masih tidak sadar apa yang sedang dia lakukan, jadi dengan tidak sabar dia bicara pada Mai Ding.

"Masih mau pergi atau enggak?"

"Kamu setuju kencan denganku? Tapi kamu harus janji kalau kamu harus mengikuti semua keinginanku, pokoknya sesuai dengan cara favoritku."

"Kenapa aku harus mendengarkanmu?"

"Yang waktu itu 'kan aku sudah menuruti keinginanmu, Jadi sekarang giliranku"

An Ziyan mengangkat bahunya dan berkata, "Suka-suka kamu."

Ketika mereka sudah memasuki mobil, Mai Ding memikirkan tempat yang dia suka. Hanya saja dia membutuhkan waktu lama untuk menyarankan pergi ke museum dinosaurus. An Ziyan memandang rendah dirinya.

🆃🅰🅼🅰🆃 Kamu Adalah Pria Yang Kucintai Book 1 [Sedang Revisi]Where stories live. Discover now