''Bai Xiaosi pulang? Sainganku dan juga pahlawanku pulang?' Kepala Mai Ding langsung dibanjiri berbagai pikiran. Bagaimanapun, kondisi 'saingan dalam bercinta' rasanya tidak pantas disebutkan pada Bai Xiaosi. Bukankah kondisi Mai Ding yang sekarang adalah 'wanita satu-satunya'?
Pagi itu An Ziyan dan Mai Ding sudah berada di dalam mobil. Walaupun Mai Ding punya SIM, An Ziyan tetap yang mengemudi. Mai Ding punya firasat kalau Bai Xiaosi ini bukan orang jahat. Tapi, dia 'kan tidak begitu tahu tentang Bai Xiaosi.
'Apa dia masih cinta sama An Ziyan? Apa An Ziyan akan *CLBK setelah melihatnya lagi.'
(*CLBK = Cinta Lama Bersemi Kembali[cintanya sudah kelar kok =p])
Sebelum Mai Ding selesai berfikir, mereka berdua sudah sampai di bandara. Mai Ding merasa gundah gulana setelah dia turun dari mobil. Dia mengikuti An Ziyan sampai ke pintu luar bandara. Banyak orang yang berhamburan dari sana. Mai Ding celingukan seakan dia tahu tampang Bai Xiaosi seperti apa.
Setelah itu, dari jauh terdengar teriakan, "Mantan suamiku!".
Setiap orang langsung menengok ke arah seorang gadis cantik yang bertumbuh mungil itu. An Ziyan yang memang tidak menyukai keributan, langsung saja merasa jengkel dan bersikap pura-pura tidak mengenalnya.
Dari pandangan Mai Ding, Bai Xiaosi ini cantik. Dia mengucir rambutnya ke atas seperti ekor kuda dengan menggunakan celana jins, sepatu canvas dan juga mantel biru.
"Mantan suamiku!" Bai Xiaosi teriak lagi. Setelah mendekat akhirnya dia langsung merangkul tangan An Ziyan sambil berkata, "Jadi sekarang kamu sudah punya perasaan! Aku tahu kamu akan datang menjemputku."
Mai Ding berdiri agak jauh dari mereka. Dia memandang ke arah Bai Xiaosi sedang memeluk An Ziyan, tapi An Ziyan hanya mengerutkan keningnya seperti biasa. Entah mengapa, Mai Ding malah sama sekali merasa tidak cemburu. Terlebih lagi, untuk situasi semacam ini, dia merasa tidak berhak bicara apapun, Soalnya kan dia ini 'selingkuhan-nya'.
"Lepasin!" Kata An Ziyan dengan sikap kasar.
Bai Xiaosi masih tersenyum bersikap tidak berdosa, kemudian melepaskan pelukannya. Lalu dia menengok ke arah pria yang berdiri disebelah An Ziyan, dia langsung tahu kalau itu Mai Ding. Mai Ding tahu kalau dia tidak bisa dibandingkan dengan pacarnya.
"Manisnya! Mantanku, seleramu bagus juga!"
Ini pertama kalinya Mai Ding dipuji karena penampilannya. Dia pikir Bai Xiaosi akan mengejeknya. Dia bahkan tidak pernah bermimpi akan dipuji seperti itu. Pandangannya tentang Bai Xiaosi berubah menjadi jauh lebih baik.
An Ziyan yang melihat Bai Xiaosi dan Mai Ding berpelukan, tidak perlu menunggu lama, langsung saja memisahkan tubuh mereka berdua sambil berkata, "Sudah! Cukup, cukup."
"Widih, jahatnya, sekarang bisa cemburu juga?" Komentar Bai Xiosi
"Cerewet"
Mai Ding langsung tersenyum sambil bilang, "Selamat datang, penyelamatku!"
An Ziyan sebenarnya merasa aneh saat Mai Ding bilang begitu. Tapi dia tidak mengatakan apapun. Meskipun begitu sebenarnya dia tidak pernah tahu apa yang biasa Mai Ding pikirkan.
"Aku lapar. Cari makan yuk." Kata Bai Xiaosi yang langsung ke mobil. Dia langsung menempatkan diri di bagian belakang mobil, dan membiarkan tempat duduk disamping pengemudi untuk Mai Ding.
Menurut Mai Ding, Bai Xiaosi ini benar-benar gadis yang baik hati. Dia tidak punya niat jahat dan juga dia tidak menaruh hati pada An Ziyan.
Ketika mereka dalam perjalanan, An Ziyan mengemudi dalam diam. Mereka berdua mengobrol sudah seperti teman lama. Keributan yang dibuat mereka berdua sebenernya cukup membuat An Ziyan jengkel, sangking jengkelnya dia ingin melempar mereka berdua ke laut. Tapi, saat melihat wajah Mai Ding yang bahagia, Dia hanya terdiam.
An Ziyan ingin memberikan seluruh hidupnya untuk Mai Ding, dan untuk melakukan itu dia akan memberinya apapun termasuk : Ruang, teman, cinta dan semua yang bisa diambilkannya. Mencintai seseorang bukan untuk mengambil nyawa orang itu 'kan.
Kalau dilihat dari sudut pandang Ba Xiaosi, dia tahu betapa An Ziyan sangat mencintai Mai Ding. Semua terlihat dari cara An Ziyan memandang Mai Ding. Saat Bai Xiaosi berpacaran dengan An Ziyan, Dia juga ingin diperlakukan seperti itu, tapi An Ziyan rasanya sangat jauh, seperti berada didunia lain. Mai Ding entah bagaimana bisa menariknya kembali ke dunia nyata. Setelah berfikir seperti ini, Bai Xiaosi menepuk tempat duduk An Ziyan.
"Ke restoran favoritku ya."
Kemudian Mai Ding berbalik ke arah Bai Xiaosi ingin ikut nimbrung, lalu Xiaosi meneruskan berbicara padanya, "Mai Mai, Restoran ini makanannya enak, aku kasih tahu nih. Aku hanya mengajak orang terdekat saja saat ke sana."
"Memang seenak itu ya? Aku jarang makan diluar sih, soalnya aku biasa masak sendiri."
"Kamu bisa masak?"
"Hari gini, banyak kali cowok yang bisa masak."
Seketika itu juga kedua orang itu langsung memandang An Ziyan, dan tertawa. An Ziyan tahu maksud mereka. Dia langsung membelokkan kemudi mobil dengan tajam ke kanan dan ke kiri sampai mereka berdua ingin mutah ditempat.
Mai Ding benar-benar lega. Ternyata An Ziyan dan Bai Xiaosi tidak seperti orang pacaran tapi hubungan mereka tidak lebih seperti saudara.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Mereka berdua akhirnya sampai di restoran. Sebenarnya tempat ini lebih mirip penginapan tradisional daripada disebut restoran. Nama tempatnya unik. Bos yang punya penginapan senang sekali melihat An Ziyan dan Bai Xiaosi datang.
"Kalian berdua sudah lama nggak ke sini!" Kata si bos.
"Aku kuliah di luar negeri, setelah sampai aku langsung ingin makan di sini." Kata Bai Xiaosi sambil tersenyum
"Tentu itu suatu kehormatan bisa melayani kalian berdua lagi. Sepertinya cinta kalian masih belum berubah ya." Kata si bos yang super ramah.
"Dia ini udah jadi mantan pacarku. Dan yang ini pacarnya yang sekarang." Bai Xiaosi bicara sambil menunjukan satu per satu.
'Anak-Anak yang aneh' Pikir si bos.
Si bos ini orangnya santai dan profesional. Jadi, tidak terpengaruh dengan apa yang baru saja dibicarakan Bai Xiaosi secara terang-terangan.
"Maaf kalau saya salah. Kalau begitu langsung saja saya tunjukan tempat kalian. Silahkan kemari."
An Ziyan, Bai Xiaosi sampai si Bos bersikap tenang dengan penjelasan Bai Xiaosi barusan. Hanya Mai Ding yang sudah merasa sudah mau pulang saja, tidak jadi makan di tempat ini. Setelah Bai Xiaosi bicara terus terang dengan orang lain tentang hubungannya dengan An Ziyan, bagaimana mungkin dia bisa tenang?
Bai Xiaosi sibuk memesan makanan yang sudah membuat dia rindu, beberapa menit kemudian makanannya datang. Mai Ding langsung mencoba makanan itu.
"Hm.. Ternyata enak." kata Mai Ding sambil tersenyum senang.
An Ziyan yang melihat wajah Mai Ding yang bahagia saat makan enak langsung tersenyum, "Dasar idiot."
"Benarkan enak." Kata Xiaosi menimpali. Setelah itu Xiaosi menengok ke arah An Ziyan "Oh ya, orang tuamu menelponku kemarin, mereka memintaku datang ke acara tahun baru di tempatmu. Sepertinya kamu belum bicara apapun dengan orang tuamu ya."
"Ya, belum"
Mai Ding ikutan nimbrung, "Kita 'kan masih belajar. Aku pikir lebih baik menunggu sampai waktu yang tepat untuk memberitahu mereka."
"Bukannya lebih baik kalau masalah ini cepat diselesaikan. Jangan kelamaan menunda. Pria yang 'menyetubuhi' pria lain itu sudah biasa sekarang." Kata Bai Xiaosi dengan sikap enteng
Setelah mendengar apa yang dikatakan Bai Xiaosi, wajah Mai Ding langsung memerah kemudian dia berkomentar dengan penuh emosi.
"Bisa nggak sih kamu pakai kata-kata yang lebih sopan? Kamu 'kan orang yang berpendidikan, dan lagi hubungan kami ini serius."
"Aku nggak tahu, ternyata kamu tipe pemalu. Atau jangan-jangan kalian belum pernah 'menyetubuhi' satu dengan yang lain." kata Bai Xiaosi yang sekarang nyengir sengaja bicara dengan menggunakan kata yang sama.
"Bisa nggak kalian diam? Aku sedang makan!" Perintah An Ziyan.
Dan begitulah pembicaraan tidak sopan itu berakhir dengan perintah dari satu orang bernama An Ziyan.
...................
An Ziyan mengantar Bai Xiaosi pulang. Sebelum pergi disaat terakhir dia bicara pada An Ziyan.
"Terserah, kamu mau membicarakan ini pada orang tuamu atau enggak. Tapi setelah dipikir-pikir, memang sebaiknya diam saja dulu. Aku rasa kamu juga nggak masalah soal itu. Tapi ingat, kalau kamu nggak segera meluruskan masalah ini secepatnya, yang akan jadi korban adalah Mai Mai. Aku yakin orang tuamu tidak akan tinggal diam, bukankah begitu? Kamu sendiri yang paling mengerti soal ini."
Mai Ding yang mendengar ini mengangguk-anggukan kepalanya, seolah dia paham maksud Bai Xiaosi dan kemudian bertanya meminta pertimbangan padanya, "Jadi menurutmu kapan waktu yang tepat?"
"Mungkin tunggu saja sampai mereka tahu sendiri."
"Sudah, minggat sana!" kata An Ziyan.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ketika mereka berduaan, Mai Ding meneruskan topik yang dibicarakan tadi.
"An Ziyan, kita ini 'kan masih muda. Masih banyak yang harus dilakukan. Ada tanggung jawab yang belum bisa kita tanggung. Kita tunda dulu sampai kita lebih tua ya?
"Umur dua puluhan nggak cukup tua?" Kata An Ziyan sambil mengemudi.
"Apa maksudmu? Dalam jiwaku, bisa nggak sih aku selalu jadi anak-anak?"
"Bisa, sudah cukup. Kita berhenti membicarakan ini. Nggak ada gunanya bicara seperti ini sekarang." Kata An Ziyan. Kemudian dia menengok ke arah Mai Ding, sambil memegangi wajahnya untuk mendekat dan mencium bibirnya.
"Tolong, konsentrasi saat berkendara" Mai Ding memarahi An Ziyan sambil memperlihatkan senyum bahagianya. Rasanya dunia damai disekitarnya. Dia merasa nyaman saat disisi An Ziyan dan mulai tertidur dengan menyandarkan kepalanya di bahu An Ziyan yang sedang mengemudikan mobil. Kemudian dia berkata, "Terimakasih karena sudah mencintaiku, An Ziyan."
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Penulis novel: Angelina
Cina- Inggris : JUSTBLTHINGS
Inggris-Indonesia: iu3a