Mai Ding telah tertangkap basah oleh kakak tertua An Ziyan, Namanya An Su. Jika An Su ingin membunuhnya saat ini juga, maka Mai Ding tentu sudah mati. Sekarang An Su sudah menariknya kembali ke ruang keluarga. An Ziyan masih duduk manis di sofa. Dia sudah menduga kalau An Su akan menangkap Mai Ding.
"Tidakkah dari kalian berdua bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?!" Teriak An Su karena murka.
"Apa yang harus dijelaskan? Kamu sudah lihat sendiri 'kan?" Jawab An Ziyan santai.
"Sikap macam apa itu? Gimana nanti kamu menjelaskan semua ini pada Xiaosi? Kalau kamu melakukan ini dengan wanita lain, fine! Itu bukan masalah! Tapi kamu selingkuh sama pria? Bagaimana kalau Ayah dan ibu tahu? Kamu bisa membuat mereka mati berdiri! Apa kamu nggak mikir, kalau kalau leluconmu ini sudah keterlaluan hah?!" An Su berbicara dengan penuh emosi.
Mai Ding melihat semua kejadian ini sambil berdiri diam. Dia merasa sangat canggung karena tidak pernah menyangka akan ketahuan oleh salah satu anggota keluarganya An Ziyan, bahkan dalam waktu secepat ini. Dia sama sekali tidak tahu apa yang harus dilakukan
"Siapa bilang semua ini lelucon?" kata An Ziyan dingin, jelas sekali terpancing emosi.
Walaupun kata-kata ini dapat menggambarkan betapa An Ziyan sangat mencintai Mai Ding, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk bilang 'ahhh~ soo sweet'. Mai Ding berusaha mengirimkan pesan pada An Ziyan lewat matanya untuk tidak menentang kakaknya. Mai Ding lebih suka bermusyawarah mufakat daripada mereka harus saling berteriak. Tindakan seperti itu tidak akan membuahkan hasil yang baik.
"Apa kamu buta?!" An Su Masih berteriak, kali ini dia menunjuk kearah Mai Ding sambil mendelik marah ke An Zi Yan, "Coba lihat dia, COBA LIHAT. Dia ini PRIA! Apa bagusnya Dia hah?!"
"Kamu, Nggak perlu mengingatkanku kalau dia pria!" kata An Ziyan dengan nada yang lebih tegas dan dingin dari sebelumnya.
Melihat adiknya tidak mau merespon saran yang diberikannya, An Su semakin gusar dan akhirnya memarahi Mai Ding yang dari tadi terdiam.
"Aku nggak habis pikir, apa sih yang kamu lakukan untuk membuat adikku jadi tergila-gila padamu seperti ini, Kalau kamu mau uang keluarga kami, sebaiknya kamu lupakan itu!"
Mai Ding tidak menyangka kakak An Ziyan melihat cinta yang dimilikinya untuk An Zi Yan hanya karena uang. Mai Ding yang merasa marah akhirnya bicara.
"Aku sama sekali tidak perduli apa yang kamu pikirkan tentangku. Dan jujur, aku tidak punya kendali untuk itu. Tapi, jangan menghina cintaku ini untuk An Ziyan hanya demi uang."
"Cintamu, heh? Tolong, jangan buat aku tertawa. Cinta apa yang dimiliki oleh sesama jenis? Jangan membuatku jijik!!? " An Su menghardik, dia merasa sangat muak dengan laki-laki yang ada di depannya ini, Dia mengangkat tangannya untuk menampar Mai Ding, tapi langsung dihentikan oleh An Ziyan tepat waktu.
"Jangan buat aku marah." An Ziyan memperingatkan kakaknya. Kilat membunuh sudah terlihat dimatanya.
"Kamu sekarang berani melawanku hanya untuk membela pria murahan ini?!" An Su berteriak tidak percaya.
"Apa kamu mau masih melanjutkan ini?" kali ini An Zi Yan bicara dengan nada mengancam. "Tolong, jangan buat kekacauan ditempatku."
"Kekacauan katamu? Apa kamu nggak takut kalau aku sampai mengadu ke Ayah dan Ibu tentang masalah ini?"
"Silahkan, Itu akan mempersingkat waktuku!"
"Kamu!" An Su sudah kehabisan kata-kata. Dia sudah tidak bisa membujuk adik satu-satunya. An Su sebenarnya bukanlah orang yang berpikiran sempit, dan dia tidak begitu ambil pusing dengan pasangan gay di luar sana. Tapi ini adiknya sediri. Dia tidak bisa menerimanya. Dia tidak masih tidak bisa mengerti.
'Bukankah dia bahagia dengan Xiaosi? Bukannya dia cowok tulen? Kenapa sekarang dia jadi gay?' pikir An Su.
Kedua belah pihak masih masih tidak mau mengalah. An Ziyan tahu bahwa dia yang harus bergerak lebih dulu. An Su sebenarnya adalah orang yang akan bersikap baik apabila diperlakukan dengan benar.
"Sudah malam. Ayo aku antar pulang. Ini adalah masalahku. Biar aku yang mengurus ini."
Amarah An Su mulai agak mereda . Dia mengangguk tanda setuju, tapi dia menolak untuk tidak memperpanjang masalah ini. Dia menoleh ke arah Mai Ding dan berbisik dengan sengit sambil memicingkan matanya, "Aku tidak akan pernah mengijinkan kalian berdua untuk bersama." Kemudian dia keluar dari ruangan.
An Ziyan menengok ke arah Mai Ding dan berkata, "Tunggu aku pulang."
Mai Ding mengangguk. Hanya itu yang bisa dilakukannya untuk saat ini.
Ketika kedua kakak beradik itu meninggalkan rumah, Mai Ding baru bisa bernafas lega. Kemudian dia jatuh terduduk di atas sofa dan melamun untuk waktu yang lama. Dia merasa sedikit sakit hati, tapi dia tidak tahu mengapa. Yang paling menakutinya adalah kata-kata An Su yang terakhir, kalau dia bisa membuat hubungan An Ziyan dan Mai Ding putus.
'hah~, mana ada anggota keluarga yang bisa menerima kenyataan seperti ini?'
Mai Ding tidak bisa menyalahkan An Su. Tetapi, dia sangat mencintai An Zi Yan. Dia hanya bisa menyalahkan padangan orang yang melabeli cintanya adalah sebuah dosa.
...................
Waktu terus bergulir. Tanpa disadari Mai Ding natal telah berakhir. Dengan langkah gontai, Mai Ding pergi ke ruang bioskop mininya, dia meletakkan DVD dan menunggu kekasih hidupnya pulang ke rumah.
Setelah beberapa saat, Mai Ding mendengar seseorang di luar pintu kamarnya. Itu adalah An Zi Yan.
Saat An Ziyan sampai di rumah, dia melihat ruang keluarga kosong, maka dia naik ke lantai dua, dan menemukan Mai Ding di ruang bioskop mini-nya
Dengan nada yang lembut dan penuh perhatian An Ziyan bertanya, "Apa kamu menunggu lama?"
Mai Ding menggeleng kepalanya. "Aku siapkan makan malam dulu. Kamu pasti lapar."
Ketika makan malam, An Ziyan akhirnya memulai pembicaraan, "Semua perkataan An Su jangan diambil hati."
"Aku tahu. Aku nggak marah kok. Aku 'kan pria. Hal seperti itu, memang tidak aku masukan ke hati, hanya saja yang paling menakutiku dia bisa merusak hubungan kita." Mai Ding bicara dengan ekspresi yang sangat khawatir. Dia memikirkan ini sejak An Ziyan keluar bersama kakaknya.
"Dia nggak punya kemampuan itu!" Jawab An Ziyan tegas.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Keesokan harinya,
Mai Ding yang punya kelas pagi mampir ke asrama dulu, dia menemukan Li Ming masih tertidur pulas di atas tempat tidurnya. Mai Ding membuka selimutnya dan membangunkan Li Ming.
"Bangun! Kamu nggak brangkat?"
Li Ming yang masih mengantuk, masih memejamkan matanya sambil menjawab.
"Aku semalaman bergadang sama wanita. Kamu bisa nggak, kasih tahu dosennya kalau aku nggak datang hari ini?"
"Wanita? Sekarang kamu punya pacar? Terserah deh, Aku akan membawakanmu sarapan. Cepat makan dan ikut masuk ke kelas bersamaku. Kalau kamu nggak masuk, buat apa kamu jadi mahasiswa?"
Li Ming akhirnya bangun dari tidurnya dengan perasaan jengkel. Dia memakai kacamatanya dan menatap ke arah Mai Ding, dia sadar kalau sesuatu udah terjadi dalam kehidupan temannya ini.
"OK, Sekarang apa yang terjadi?"
Mai Ding kaget, 'Kenapa Li Ming bisa tahu?'
"Kamu ngomong apa sih? Aku baik-baik saja kok."
"Nggak usah pura-pura deh. Aku bahkan bisa tahu kalau kamu kebelet pipis."
Mai Ding mulai menimbang-nimbang. Merasa bahwa Li Ming cukup bisa dipercaya, soalnya dia 'kan teman Mai Ding satu-satunya yang tahu kisah cinta diantara Mai Ding dengan An Ziyan. Maka Mai Ding menceritakan semuanya, mulai kakak An Ziyan yang sudah tahu hubungan mereka, dan bagaimana perasaanya terhadap permasalahan ini.
"Apa? Kamu terpengaruh tentang masalah ini?" Li Ming bertanya dengan nada yang tidak percaya"Bukankah seharusnya kamu mengantisipasi apa yang akan terjadi selanjutnya jika kamu memilih jalan ini? Setelah ini bukan hanya kakak An Ziyan, tapi orang lain juga akan melakukan hal yang sama. Kalau kamu sudah merasa tidak tahan dengan ini semua, lebih baik kamu lupakan hubunganmu dengan An Ziyan. Mencintai seseorang itu nggak mudah. Kamu memang merasakan manisnya, tapi kamu juga harus siap dengan pahitnya, bukankah begitu?"
Mai Ding paham apa yang Li Ming katakan. Ucapannya benar-benar bisa menjernihkan pikirannya.
'Aku nggak bisa menyerah sekarang, Li Ming benar. Aku harus bisa bertanggung jawab pada pilihanku. ' pikir Mai Ding.
Jadi pagi itu berlalu dengan cepat, pada saat makan siang Mai Ding menerima pesan dari An Ziyan
[An Ziyan: Kamu kosong siang ini?]
[Mai Ding: Cuma ada kelas setelah makan siang ini. Setelah itu kosong.]
[An Ziyan: Kamu bisa ke rumah setelah itu. Ada yang mau aku bicarakan.]
[MaiDing: Baik ]
'Mau bicara apa ya? Jangan-jangan mau kasih kejutan.' pikir MaiDing.
Seperti biasa Mai Ding memikirkan kemungkinan yang akan dilakukan An Ziyan untuknya mengejutkannya. Jadi setelah kelas siang selesai, dia langsung bicara pada Li Ming kalau mau mampir ke rumah An Ziyan dan capcus pergi ke sana.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Ketika sampai di rumah An Ziyan,
Ternyata kondisi rumah kosong. Di ruang keluarga juga tidak ada siapapun. Mai Ding langsung pergi ke kamar An Ziyan, dan melihat pintu kamar mandi terbuka. Mai Ding pikir An Ziyan sedang berada didalam kamar mandi, jadi dia masuk ke dalam kamar dan bertanya,
"An Ziyan. Ada urusan apa sampai menyuruhku datang ke sini, kamu nggak sedang bermain petak umpet 'kan? Nggak usah kekanak-kanakan begitu bisa nggak?"
Ketika Mai Ding sibuk bicara ke arah kamar mandi, tiba-tiba pintu kamar tertutup. Mai Ding berbalik dan menemukan An Su berdiri dengan hanya mengenakan baju mandi.
"Ke...Kenapa kamu disini?" tanya Mai Ding takut dan kaget jadi satu.
"Memang siapa lagi? nggak usah takut begitu ah. Aku minta maaf soal tingkah lakuku kemarin. Aku nggak bisa mengendalikan emosiku saat itu. Nama kamu Mai Ding 'kan? Menurutmu aku cantik nggak?" Tanya An Su dengan lembut dan nada menggoda.
Perkataan An Su ini membuat Mai Ding terkejut. Mai Ding tahu bahwa ada yang janggal dari sikapnya, meskipun begitu paling tidak dia berkata jujur, "Ya, kamu cantik."
"Jadi, enaknya kita ngapain?" tanya An Su sambil membuka baju mandinya, berdiri telanjang di depan Mai Ding .
"Posisimu dibawah(uke), 'kan? Apa enaknya? Kamu seharusnya berhubungan dengan wanita. Kamu akan mendapatkan kenikmatan yang belum pernah kamu rasakan sebelumnya." An Su melanjutkan dengan nada manja.
Dia berjalan menuju Mai Ding. Mai Ding mencoba menghindari pandangannya dan wajahnya memerah karena perasaan malu dan takut yang menjadi satu.
"Sepertinya kamu belum penah berpengalaman bersama dengan wanita. Bagaimana kalau mencobanya sekarang?Aku yakin kamu akan suka." Kata An Su dengan nada percaya diri. Bentuk tubuh dan kecantikannya memang bisa dibanggakan.
Apakah An Su mengira dengan berbuat begini bisa membuat Mai Ding bernafsu? Boro-boro nafsu, dedek Mai Ding rasanya mengkeret nyungsep masuk ke dalam perut gara-gara takut!
'Gimana caranya aku bisa keluar dari sini' pikir Mai Ding dengan panik karena merasa nyawanya terancam.
++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++
Penulis novel: Angelina
Cina- Inggris: JUSTBLTHINGS
Inggris-Indonesia: iu3a