Jika Serena Ovallius menyadari siapa dirinya dan bagaimana memorinya, mungkin dia akan kebingungan mendengar fakta jika Serena Yellen baru berusia 18 tahun dan sudah menikah dengan Rayden. Dia pasti akan mempertanyakan, pernikahan yang baru seumur jagung tapi kenapa banyak sekali pihak yang menginginkan kehancuran pernikahan mereka?
Yaitu wanita yang berani membayar jasanya sebesar 2 triliun dan Lizzy yang rela membunuhnya agar Serena Ovallius tidak bertindak menggoda Rayden lalu menghancurkan rumah tangga Rayden bersama Serena Yellen. Tapi semua kebingungan itu akan terjawab perlahan-lahan, tentang siapa sebenarnya Serena Yellen dan kenapa dia menikah di usia yang masih sangat muda.
Untuk umur, Serena Ovallius juga berusia sama dengan Serena Yellen. Di usia menuju pendewasaan, gadis seperti Serena memang terkadang menyukai hal yang tidak terbatas. Dia memiliki hobi yang aneh tapi tetap saja, Serena Ovallius mampu menjaga dirinya sendiri. Sebab, dia terjun sebagai gadis penggoda sejak usia 17 tahun. Jangan di tiru ya, Serena Ovallius terlalu nakal.
Di dalam ruang rawat, Ares datang untuk memeriksa kan kondisi Serena karena hari ini adalah hari terakhir Serena di rumah sakit. Dia akan pulang setelah infusnya habis dan Rayden, pria itu sedang menerima telepon di luar. Jadilah Serena hanya berdua dengan Ares di dalam ruangannya, "Dokter."
"Panggil saja Ares,"
Serena mengerutkan keningnya, "Dokter umur berapa?"
Kok? Bisa-bisanya Serena menanyakan umur seorang Ares, dia pun melihat ke arah Serena yang juga menatapnya. "Dua puluh lima,"
"Dokter sudah tua,"
Ares terbatuk mendengarnya, karena Serena adalah gadis pertama yang berani mengatai dirinya tua di usia 25 tahun ini. "Saya? Tua?"
Serena mengangguk dengan wajah meyakinkan, "Aku masih kecil. Masih delapan belas tahun, jadi Dokter sudah tua."
"Oke, saya sudah tua."
Serena cekikikan sendiri melihat Ares yang hanya pasrah dan Ares yang cukup tertegun melihat Serena, hilang ingatan, ternyata membuat sisi berbeda seorang Serena muncul. Apakah salah jika Ares merasa begitu bersyukur? Bersyukur karena dari kecelakaan itu, dirinya bisa melihat sisi lain Serena yang lebih ceria dan energik.
"Dokter,"
"Iya?"
"Aku mau jadi Dokter,"
Ares menaikkan satu alisnya, "Memang. Kamu calon Dokter,"
"Aku? Calon Dokter?"
Ares tersenyum, satu hal yang bisa Ares simpulkan tentang Rayden yang mungkin saja belum menjelaskan tentang hal lain. "Sepertinya, kamu harus bertanya banyak ke Rayden. Saya permisi ya,"
"Oke deh, terima kasih Dokter baik!"
Dan Serena adalah satu-satunya orang yang menyebut Ares sebagai Dokter baik, Ares tersenyum, dia ingin mengusap kepala Serena tapi Rayden keburu datang dan menepis tangannya dengan kasar. Ares hanya bisa mendengus, dia pun pergi dengan sengaja menabrak bahu Rayden seperti anak-anak.
"Suamiku!"
"Hm?" Rayden duduk di kursi besi samping brankar Serena.
"Kata Dokter Ares, aku ini calon Dokter. Memangnya benar?"
Ares sialan! Tidak seharusnya dia mengatakan apa yang belum Rayden jelaskan pada Serena, pria itu akan meninju Ares setelah ini. "Kenapa tanya gitu?"
"Karena aku mau jadi Dokter!"
Melihat semangat istrinya saat mengatakan ingin menjadi Dokter, Rayden tersenyum. "Iya, kamu calon Dokter."
Sepasang mata Serena semakin berbinar senang mendengarnya, "Apa aku kuliah kedokteran?"
Rayden mengangguk sembari mengusap lembut pipi Serena yang selalu merona alami, "Iya."
"Wah! Keren!"
Senyumnya yang mendadak pudar, membuat Rayden bingung. "Kenapa?"
"Bagaimana caranya aku bayar uang kuliah? Kamu kan pengangguran,"
Lagi-lagi tentang pengangguran, Rayden memijat pelipisnya yang terasa berdenyut. "Pokoknya, kamu fokus saja kuliah. Jangan memikirkan biaya, oke?"
"Oke!"
***
"Baby, take my hand
I want you to be my husband
'Cause you're my Iron Man
And I love you 3000 ...."
Rayden menatap Serena yang duduk di sampingnya sembari bersenandung, pria itu tidak bisa menyembunyikan senyumnya. Dia memandang Serena dengan senyuman yang terukir, "Senang banget karena bisa keluar dari rumah sakit, hm?"
Serena menoleh, gadis itu mengangguk antusias. "Senang dong! Akhirnya aku bisa pulang, aku bisa kuliah, yeay!"
Ternyata, semangat istrinya untuk menempuh pendidikan tidak berubah meski hilang ingatan. Dia tetap semangat kuliah, "Nanti kalau sudah kuliah, baik-baik ya, jaga diri kamu. Jangan aneh-aneh,"
Serena tersenyum semakin manis mendengarnya, "Ay ay suami!"
Di mana-mana itu ay ay kapten tapi Serena malah berbeda, biarlah, namanya juga SSS alias Suka-Suka Serena. Dan tidak lama kemudian, mobil yang Rayden kendarai sendiri akhirnya tiba di pekarangan kediamannya. Serena tak berkedip, menatap bangunan mewah di depannya. Bahkan, katup bibirnya terbuka lebar saat dia keluar dari mobil dan menyaksikan bagaimana luasnya kediaman ini.
"Wah! Bagaimana cara aku bayar listriknya? Pasti mahal,"
Listrik lagi yang di bahas, Rayden pun menggeleng, pria itu melingkari tangannya di pinggang Serena dan membawanya masuk. "Suami,"
"Iya?"
"Ini rumah kita?"
"Iya,"
"Kok besar? Kamu belinya pakai apa? Kamu kan pengangguran?"
Para pelayan yang berdiri berjajar menyambut hampir saja memelotot mendengar Nyonya mereka mengatakan jika sang Tuan adalah seorang pengangguran. Tapi Rayden memberi isyarat melalui matanya agar mereka diam, "Masuk ya. Kamu harus istirahat yang cukup supaya bisa kuliah,"
Mendengar kata kuliah, Serena tidak lagi bertanya aneh. Dia mengangguk antusias dan patuh saat Rayden mengarahkan jalan, setelah Rayden dan Serena menghilang dari balik pintu lift, para pelayan langsung berkerumun. "Apa aku tidak salah lihat? Tuan bisa bersikap lembut pada Nyonya?"
"Mereka kan suami istri?" Seorang pelayan baru berceletuk, membuat pelayan lama menjitak keningnya dengan gemas.
"Kamu ini baru di sini, kamu tidak tahu bagaimana hubungan Tuan dan Nyonya. Jika kamu tahu bagaimana hubungan mereka sejak menikah, kamu juga pasti akan seperti kami."
"Seperti kalian bagaimana?"
"Kaget! Tuan tidak pernah memandang Nyonya tapi hari ini, Tuan bersikap sangat lembut pada Nyonya."
"Mungkin karena Nyonya baru habis kecelakaan?" Pelayan lain membuka suara.
"Mungkin saja,"
"Ekhem! Berhenti bergosip dan kembali bekerja,"
Mendengar suara kepala pelayan, para pelayan langsung terburu-buru memisahkan diri dan kembali mengerjakan pekerjaannya masing-masing. Sedangkan di dalam kamar yang sangat luas, Serena menganga lebar, "Wah! Keren," dia mendekati dinding dan menyentuhnya. "Apa ini emas asli?"
Rayden tidak menjawab, jika dia menjawab, pasti pembicaraan akan menjadi panjang ke mana-mana. Istrinya itu pasti akan bertanya, dia membeli dengan apa sedangkan dirinya ini pengangguran. Dan Serena yang tidak mendapatkan jawaban, memilih memutari kamar. Dia membuka sebuah pintu yang menarik perhatiannya. Saat terbuka, jika katup bibirnya bisa lebih lebar, mungkin dia akan menganga semakin lebar.
"Wah! Seperti mal, apa ini semua baju aku dan suami?"
Rayden masih merasa lucu saat Serena terus menyebut dirinya dengan kata suami, tapi Rayden tidak ingin membantah, dia juga senang mendengarnya. "Kamu suka?"
"Suka! Aku tidak perlu beli lagi kalau begini, aku bisa hemat! Kamu kan pengangguran,"
Senyum Rayden langsung memudar seketika.
***