Tentang RaSa |• [TERBIT]

Por Helfy_an

1M 107K 34.6K

Terbit di PenerbitGalaxy *Part Lengkap SPIN OFF ZERGIO!!! (18+) Jadi orang ketiga? Oh tentu tidak. Sasa hanya... Mais

Prolog
RaSa |• 1
RaSa |• 2
RaSa |• 3
RaSa |• 4
RaSa |• 5
RaSa |• 6
RaSa |• 7 |17+
RaSa |• 8
RaSa |• 9
RaSa |• 10
RaSa |• 11
RaSa |• 12
RaSa |• 13
RaSa |• 14
RaSa |• 15
RaSa |• 16 | 18+
RaSa|• 17
RaSa |• 18
RaSa |• 19
RaSa |• 20
RaSa |• 21
RaSa |• 22
RaSa |• 23
RaSa |• 24
RaSa |• 25
RaSa |• 26
RaSa |• 28
RaSa |• 29
RaSa |• 30
RaSa |• 31
RaSa |• 33
RaSa |• 34
RaSa |• 35
RaSa |• 36
RaSa |• 37
RaSa |• 38
RaSa |• 39
RaSa |• 40
RaSa |• 41
RaSa |• 42
RaSa |• 43
RaSa |• 44
RaSa |• 45
RaSa |• 46
RaSa |• 47
RaSa |• 48
RaSa |• 49
RaSa |• 51
RaSa |• 52
RaSa |• 53 [END]
Epilog
TRaSa Lanjut ke?
Vote Cover
Spesial Chapter!

RaSa |• 50

16.6K 2.1K 891
Por Helfy_an

Selamat malam....

Sebelumnya aku mau ingetin... Sebaiknya yg benar-benar gak bisa konflik berat, tinggalin aja lapak ini. Aku gak mau kalian sakit hati, plus aku juga gak mau sakit hati sama ketikan kalian:)

Nanti setelah end bakal aku kasi tau alasan kenapa cerita ini konfliknya berat banget:)

Okey?

Happy Reading ❤️

•••

Kondisi Syela kian memburuk. Pilihan terakhir agar gadis--ah wanita itu bisa sembuh adalah dengan mendapatkan pendonor jantung. Tapi .. mendapatkan pendonor yang cocok itu tidak lah mudah.

Kabar mengenai masuknya Syela di rumah sakit pun telah sampai di telinga teman-teman Rafa. Mereka semua berkumpul di rumah sakit untuk melihat kondisi Syela.

Mereka semua memang tidak suka akan keberadaan Syela sejak awal. Tapi setelah tau penderitaan yang Syela alami selama ini, rasa ketidak sukaan itu perlahan berubah menjadi rasa iba.

Perbuatan Sasa pada Syela pun, mereka telah mengetahuinya. Dari Neal.

Syela memang ke Apartemen Rafa dengan menggunakan taksi. Hanya saja... percakapan Syela dan Sasa telah didengar mereka semua. Karena tanpa sepengetahuan siapapun--termasuk Syela--Neal memasukkan alat penyadap di tas Syela.

Bahkan teman-teman Sasa pun tak menyangka akan perbuatan wanita itu. Ya, mereka akui, berada di posisi Sasa sangatlah sulit, tapi... Berada di posisi Syela juga sama sulitnya, mungkin lebih.

Sementara itu, sedari menyaksikan kondisi Syela yang kritis, Rafa tak pernah membuka suara. Matanya menyorot tajam ke bawah dengan kepala menunduk, sedangkan tangannya terkepal dengan rahang yang mengatup kuat.

Noah sendiri dijaga oleh Dela yang terpaksa tidak ke rumah sakit. Mereka harus menyembunyikan kondisi Syela yang bisa saja membuat anak itu sedih.

Azka menghembuskan nafasnya pelan. Pria itu menghampiri Rafa dan menepuk pundaknya pelan.  Hal itu membuat Rafa mendongak.

Di saat itulah, mereka semua bisa melihat mata Rafa yang memerah. Ah bukan hanya mata, tapi wajah pria itu pun sama. Menandakan emosi menguasainya.

Para perempuan di sana pun bahkan sampai berjengit ketakutan di dalam pelukan pasangan masing-masing.

Ya, mereka semua lengkap ada di sana. Termasuk Nanda, Alina dan Claretta yang jarang bergabung pun ada di sana. Sedangkan anak-anak dititipkan di rumah kakek dan nenek masing-masing.

Ghea mencengkram baju Zergio. Wanita itu berada dalam pelukan suaminya.

"K-kak, Sasa sendirian. Ghea mau ke sana," cicit Ghea gemetar.

Zergio sendiri menatap dalam mata istrinya yang terlihat sangat cemas. Tangannya mengelus kening Ghea untuk menyeka keringat yang ada di sana, sebelum melepaskan pelukan mereka dan menggenggam jari jemari istrinya.

"Gue---" Zergio baru saja ingin berpamitan pada Fano untuk berbisik, tapi ucapannya terhenti saat tiba-tiba saja Rafa bergerak cepat meninggalkan tempat.

Rafa melangkahkan kaki panjangnya meninggalkan rumah sakit dengan emosi yang menggebu. Hal itu membuat teman-teman nya terkejut hingga lupa menghentikannya.

"Ck. Si Raf--"

"Biar gue yang susul." Zergio mencegah Azka yang baru saja ingin berlari menyusul Rafa.

Zergio tau, tujuan Rafa saat ini pastilah Apartemennya sendiri untuk menemui istrinya. Entah ingin memeluk istrinya agar emosinya mereda, ataukah justru melampiaskan emosinya pada wanita yang sangat ia cintai itu.

Zergio langsung membawa Ghea mengikuti langkahnya. Menyusul Rafa yang sudah melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

Tak cukup sepuluh menit, mobil Zergio telah terparkir tepat di samping mobil Rafa yang sudah sampai duluan.

Tanpa kata, kedua pasangan suami istri itu langsung memasuki lift menuju lantai paling atas.

Ghea terus meremas tangannya sendiri, membuat Zergio menggenggamnya hangat. Sejujurnya, ia juga sama khawatirnya dengan sang istri, tapi Zergio lebih bisa mengendalikannya.

Kemarahan Rafa bisa membuat mereka cukup kaget. Selama ini Rafa tidak pernah seemosi itu. Karena itulah, Zergio yang biasanya menanggapi dengan santai, kini malah ikut cemas.

Begitu sampai di unit Apartemen Rafa, Zergio langsung mengetikkan sandi Apartemen yang tidak pernah dirubah oleh Rafa.

Brak!

Ghea berjengit kaget hingga refleks mundur ke belakang Zergio saat baru masuk dan mereka disambut dengan suara bantingan pintu.

"K-kak." Zergio merangkul Ghea dan membawanya masuk ke dalam. Sejujurnya ia tidak mau jika Ghea melihat pertengkaran Sasa dan Rafa.

"BANGSAT!"

Ghea langsung berbalik menenggelamkan wajahnya di dada Zergio saat melihat Rafa membanting barang-barang dengan kasar. Sedangkan tak jauh dari sana, ada Sasa yang berdiri dengan punggung menempel di dinding.

"Sadar gak sih sama perbuatan lo?!" Tidak ada bentakan, Rafa masih menahan diri agar tidak kelepasan membentak istrinya meskipun ia sangat marah.

Tapi... Perubahan gaya bicara itu, berhasil membuat Sasa mendongak dan menatap suaminya tak percaya.

"Ini semua gara-gara lo!! Sabar dikit bisa gak sih?!"

Sasa agak terkejut dengan suara Rafa yang sedikit naik. Tapi wanita itu kemudian tersenyum miring. "Jadi kamu udah tau? Syela ngadu gitu? Cih, udah beban, tukang ngadu lagi."

Tangan Rafa terkepal mendengar ucapan Sasa. Tidak, Rafa bukan marah karena hinaan Sasa pada Syela. Tapi Rafa marah akan perubahan sikap Sasa yang mulai menjauh dari Sasa-nya.

"ASAL KAMU TAU, RAF! AKU GAK PEDULI, APAPUN PENYAKIT SYELA. BIAR DIA MATI SEKALIPUN AKU GAK PEDULI!"  Wajah Sasa memerah karena emosi. "Dan inget, AKU BUKAN CEWEK YANG GAMPANG TUNDUK!!"

Rafa terkekeh miris mendengar teriakan Sasa. "Lo sadar gak sama perkataan lo?"

"SADAR BANGET! SYELA EMANG---"

"SYELA KRITIS SASA! ITU SEMUA GARA-GARA LO!!" bentak Rafa menyela teriakan Sasa.

Prang!

Mata Rafa memerah. Ia melempar vas bunga ke lantai. Tidak, ia masih waras untuk tidak membuang vas bunga kaca itu di depan istrinya yang bisa saja terluka.

"Asal lo tau! Gue.... Gue udah berusaha, Sa! Tapi apa? Bahkan penjelasan gue gak mau lo denger."

Sasa menunduk, ia kaget dengan aksi Rafa barusan. "Kamu aja nyembunyiin banyak hal dari ak---"

"Oke. Gue emang salah. Tapi gak semudah itu nyeritain semuanya, Sa. Dan di saat gue udah bisa, lo malah ngencengin ego, saat gue berusaha nekan diri gue sendiri demi lo!"

Ya, Rafa bukan tidak mau menjelaskan semuanya pada Sasa. Dua tahun lalu, Rafa pernah mencoba bunuh diri karena frustasinya akan semua masalah yang datang bertubi-tubi.

Kebenaran yang selama ini disembunyikan Neal mengenai Rathan. Perlakuan bajingan Rathan yang menghancurkan hidup Syela. Ditambah ia yang merasa kehilangan Sasa dari hidupnya.

Semua itu menekan batinnya. Dan ia malah memaksa untuk menghilangkan pikiran-pikiran itu dari kepalanya, dan malah berakhir dengan mengonsumsi obat penenang dan melakukan self harm.

Bertahun-tahun menggunakan obat penenang, sudah pasti ia mendapatkan efek sampingnya. Iya, Rafa semakin mudah cemas, gampang merasa pusing dan perasaan takut mulai lebih sering mendominasinya. Terlebih setelah Sasa kembali ke Indonesia.

Ketakutannya akan kembali kehilangan Sasa, membuat Rafa tertekan. Sampai ia tak berani menceritakan masa lalu Rathan. Karena yang alam bawah sadarnya katakan, Sasa bisa meninggalkannya karena kebrengsekan kakaknya.

Rafa juga menyembunyikan kebenaran bahwa ia pernah hampir bunuh diri atau tentang kesehatan mentalnya yang semakin memburuk. Tidak ada alasan lain, Rafa hanya takut Sasa meninggalkannya karena berpikir ia gila.

Mungkin bagi orang normal, akan berpikir itu adalah pemikiran bodoh. Tapi sekali lagi, di sini mental Rafa tidak lagi seperti orang normal lainnya. Ia mudah cemas, dan gampang berpikiran negatif, yang seharusnya tidak lah  perlu.

Tapi beberapa hari lalu, Rafa akhirnya berani ingin menceritakan semuanya. Itu semua karena untuk Sasa. Ia takut, Sasa benar-benar lelah padanya. Tapi sepertinya ia terlambat. Karena Sasa sendiri tidak mau lagi mendengarkannya.

"Kamu aja gak pernah ngertiin aku!" desis Sasa tak mau kalah. Ia adalah perempuan yang keras kepala.

Rafa terkekeh miris. "Tanya Gio. Gue bahkan udah susun rencana supaya bisa hidup tenang sama lo. Meskipun gue harus rela kehilangan kehidupan gue sebagai Rafa. Tapi lo.... Lo gak pernah ngerti, Sa. Lo minta dingertiin, tapi bisa gak sih? sedikit aja lo hargain keinginan gue yang pengen nebus kesalahan keluarga gue ke Syela? Sedikit lagi, Sa."

"Stop! Gak usah ngomong lagi! Gue muak dengarin lo nyebut Syela Syela Syela terus!" Sasa terengah, karena terlalu emosi. Bahkan ia ikut merubah gaya bicaranya. Tapi Rafa belum selesai berbicara.

"Gue berusaha ngejaga Syela, supaya hidupnya bisa tenang, setelah masa depannya dihancurin. Tapi lo udah ngacauin segalanya. Lo mau hidup tenang sama gue kan? Apa dengan ngebiarin Syela mati lo bisa tenang? Gak akan Sasa, hidup lo perlahan-lahan akan selalu dihantui perasaan bersalah. Gue gak mau itu terjadi. Gue gak mau lo tersiksa dan ngerasain perasaan itu. Gue cuma butuh lo sabar, sedikit aja."

"Tentang Noah? Noah keponakan gue, dia anak dari hasil kebrengsekan kakak gue. Rathan." Mata Sasa membelalak terkejut.

Rafa memejamkan matanya sejenak, namun berhasil membuat matanya meneteskan air mata. "Rathan merkosa Syela, Sasa. Bukan cuma di situ, Rathan bahkan nyiksa Syela sampai Syela yang gak tau apa-apa jadi gini. Hidupnya sekarang ketergantungan sama obat, gue tau gimana menderitanya orang yang sakit mental, karna gue udah rasain itu."

Rafa menatap mata Sasa dengan sendu. "Dia masih harus hidup, sayang. Kenapa? Karna Noah masih perlu dia." Air mata Rafa menetes setelah mengucapkan itu.

Namun mimik wajahnya tiba-tiba berubah. "Oke stop! Lo mau gue berhenti ngomong kan? Oke, gue turutin!" Sasa mendongak untuk menatap wajah Rafa yang kini memancarkan kekecewaan padanya.

Tiba-tiba Rafa berjalan mengambil sebuah map di atas meja yang tadi ia bawa dari mobilnya.

"Kenapa gue berhenti ngomong lagi?" Rafa terkekeh miris, sebelum kembali melanjutkan ucapannya. "Maaf, tapi gue mulai muak liat wajah lo!"

Rafa membuang map itu ke lantai, tepat di dekat kaki Sasa sebelum pergi dari sana. Meninggalkan Apartemen, melewati Zergio dan Ghea yang sedari tadi menyaksikan pertengkaran mereka.

Mungkin tak sopan menyaksikan pertengkaran rumah tangga orang lain, tapi niat Zergio awalnya ingin mencegah jika Rafa tiba-tiba berbuat kekerasan. Tapi ternyata, cinta Rafa masih lebih besar dibandingkan kekecewaan dan kemarahannya pada sang istri.

Ghea sendiri tidak berani melihat pertengkaran Rafa dan Sasa. Ia menangis dalam diam. Tak sanggup melihat kondisi saudari kembarnya yang tampak menyedihkan.

Bruk!

Ghea langsung melepaskan pelukannya saat mendengar suara dari belakang. Ia berbalik dan menemukan Sasa yang berlutut dan menatap kosong ke lantai, dengan air mata yang tak berhenti bercucuran.

Ghea lantas segera mendekat. Wanita itu langsung memeluk Sasa yang sontak menangis di pelukannya.

"G-gue... R-rafa, Ghe. D-dia pasti benci gue." Sasa terisak di pelukan saudarinya.

Zergio menghembuskan nafas kasar. Pria itu memijit pelipisnya pelan sebelum beralih mengambil map yang di buang Rafa tadi. Membuka isinya dan membaca sebuah berkas yang ada di dalamnya.

Sasa mendongak. "J-jangan bilang itu surat cerai, Gi."

Zergio menghembuskan nafasnya kasar. "Lo pikir cinta Rafa sekecil itu apa sampai lo mikir ini surat cerai?"

Zergio berjongkok di depan kedua saudari kembar itu. Ia menyodorkan benda tersebut pada Sasa yang sontak menerimanya.

"Sertifikat rumah atas nama lo di Oxford."

Sasa mengernyit tak mengerti. "K-kenapa Rafa---"

"Dia berencana ngebuat kecelakaan palsu atau kematian palsu atas nama Rafandra Ganendra di Indonesia."

Sasa dan Ghea terkejut mendengar itu. Mereka menatap Zergio penuh tanya. Kedua wanita yang memiliki wajah kembar identik itu membuat Zergio mendengus pelan. Ia berasa melihat Ghea yang menangis, karena itulah Zergio selalu mendukung Rafa dan Sasa.

Kesedihan Sasa juga bisa menjadi penyebab kesedihan istrinya. Lihat saja saat ini. Ghea pun ikut menangis, dan Zergio tidak suka itu.

"Rafa niatnya pengen ninggalin semuanya di sini. Dia mau hidup tenang sama lo di Oxford meskipun dengan identitas yang beda."

"T-tapi..." Sasa tak tau ingin mengatakan apa lagi.

"Lo pikir.... Selama kuliah di Oxford Rafa gak ngapa-ngapain? Dua tahun lalu setelah mutusin lo, Rafa sempat bunuh diri, tapi dia gagal."

Sasa terkejut hingga refleks meremas sertifikat di tangannya. Tapi tidak sampai merobeknya.

"Dia frustasi, stress. Tapi dia tetep balik ke Oxford. Dia masih kuliah di sana. Rafa punya perusahaan kecil yang dia bangun pakai usahanya sendiri, tanpa sepengetahuan Om Neal atau siapapun selain gue. Mungkin Rafa udah nebak dia bakal butuh perusahaan sendiri nanti. Makanya dia bentuk perusahaan sendiri, padahal jelas-jelas dia punya perusahaan keluarganya."

Sasa terdiam. Penyesalan perlahan menggerogotinya. Zergio.... Pria itu menjelaskan semuanya yang Rafa alami selama ini. Begitupun yang terjadi pada Syela. Hingga Rafa tak tega pada perempuan yang telah ia anggap adik itu.

"G-gue salah? Gue salah Ghe?" Sasa menatap Ghea dengan wajah basah karena air mata. Mendengar cerita Zergio, membuat Sasa merasa sangat berdosa pada Syela dan juga pada suaminya.

"Enggak! Sasa gak sepenuhnya salah." Ghea menggeleng berusaha menenangkan Sasa yang mulai kalut. "Sasa cuma terlalu emosi. Tapi Sasa harus minta maaf ke mereka. Ghea bakal dukung Sasa."

Sasa kembali memeluk Ghea erat. "M-mereka bakal maafin gue? Tapi Rafa kayanya udah benci sama gue."

Ghea semakin memeluk Sasa erat. Zergio sendiri sudah berdiri untuk duduk di sofa yang tak jauh dari sana.

"Rafa...." Sasa mendongak, begitupun Ghea yang menoleh pada suaminya yang baru saja menyebut nama Rafa.

"Rafa bilang dia mulai muak liat lo. Dia kecewa, dia marah. Sebenernya, dia bisa aja refleks bilang cerai sama lo."

Nafas Sasa tercekat saat Zergio mengucapkan kata 'cerai'. Sedangkan Ghea langsung melotot pada suaminya. Tapi Zergio tetap santai dan tenang.

"Tapi dia gak lakuin itu. Karna cinta Rafa sebesar itu. Gak akan bisa kalah meskipun dia marah atau kecewa banget sama lo. Gue yakin, sekarang dia juga pasti nyesel udah ngomong kasar sama lo. Jadi mending, susul dia, minta maaf. Perbaiki hubungan kalian secepatnya. Mungkin Rafa ke rumah sakit keluarganya."

Sasa terdiam. Ucapan Zergio benar. Menghembuskan nafas pelan, Sasa kemudian melepaskan pelukannya dari Ghea, menyeka air mata yang sudah membasahi pipinya.

"Gue bakal nyusul Rafa. Makasih Ghe, lo juga, Gi. Makasih," ucap Sasa tulus.

Ghea tersenyum, sedangkan Zergio tetap menampilkan wajah datarnya.

Zergio langsung menghampiri istrinya saat Sasa sudah beranjak mengambil kunci mobil.

"Perlu Ghea temenin?" tanya Ghea masih mengkhawatirkan keadaan Sasa.

Tapi Sasa menggeleng. "Enggak. Kali ini, gue harus nyelesein sendiri. Sekali lagi makasih, gue beruntung punya lo sebagai saudari, Ghe," ucap Sasa dengan senyum tulus.

"Oh ya, sampaein maaf gue juga ke temen-temen. Apapun itu deh." Itu ucapan terakhir Sasa sebelum berlari keluar dari Apartemen. Ia bertekad untuk menyusul Rafa dan memperbaiki hubungan mereka.

Ia yakin, mereka akan kembali berbaikan seperti sebelumnya.

Di sisi lain, Rafa menghentikan laju motornya di pinggir jalan. Yah, Rafa menggunakan motor saat meninggalkan Apartemen tadi. Motor yang sudah cukup lama tidak ia gunakan. Dibiarkan terparkir terus di Basement khusus miliknya.

Rafa kembali memikirkan pertengkaran nya dengan Sasa tadi.

'Aku terlalu kasar ya, Sa?  Maaf,' bisik Rafa dalam hati.

Rafa mencengkram dadanya yang berdenyut nyeri. Niatnya ingin ke rumah sakit tapi hatinya tak tenang. Perasaan bersalah karena berlaku kasar pada istrinya tadi. Benar yang Zergio katakan. Nyatanya, kekecewaan Rafa tetap tidak bisa mengalahkan rasa cintanya pada Sasa yang begitu besar.

Berpikir cukup lama, Rafa akhirnya memutar balik arah. Ia kembali ke Apartemen dengan kecepatan tinggi. Takut, Sasa sudah pergi dari Apartemen.

Hingga tiba di persimpangan depan, Rafa belok kanan, tapi karena pikirannya yang berpusat pada Sasa, dan motornya yang melaju cukup kencang, Rafa tak melihat ada kendaraan lain dari arah depannya.

Brak!

Semuanya terjadi begitu cepat, saat motor Rafa menghantam sebuah mobil hingga ia terlempar begitu jauh.

Helm yang Rafa kenakan hancur, motornya pun tak terbentuk lagi. Tubuhnya pun terlempar hingga kepalanya menghantam pembatas jalan. Sedangkan mobil yang ia tabrak tadi sempat memutar stir untuk berbelok agar tak mengenai motornya, namun sayang, mobil itu sampai terbalik karena membelokkan stir secara paksa, di jalan yang tidak begitu luas itu. Ditambah dihantam motor dengan kecepatan tinggi.

.

.

.


Dramatis kali.....

Gapapa kalo kalian mau emosi. Nanti bakal aku jelasin dari awal sampai akhir.

Oh ya, aku dah ingetin ya... Yang gak sanggup konflik berat, sebaiknya mulai move on dari sekarang wkwk
Tapi kalo mau netap juga gapapa. I like that 😚🤭

Inget, jangan cuma pandang dari satu sisi. Semuanya sama-sama menderita. Coba tempatkan diri kalian di masing-masing antara tiga orang tokoh ini wkwk
Yang pasti, jangan lupa ambil pelajaran dari konflik ini wkwk

Jangan lupa vote and coment trus. Aku suka semangat kalian yg vote dan coment wkwk

Sampai jumpa di chapter berikutnya...

Bay bay!

.

16/10/21

Continuar a ler

Também vai Gostar

442K 18K 26
Kenzo. Satu nama yang akhir-akhir ini berseliweran di otak seorang Sita. Sita Mahadewi, gadis asli Indonesia keturunan Jawa ini yang satu tahun belak...
LAURALAN Por Febiola

Ficção Adolescente

8.2K 1K 22
Cerita ini bertema bagaimana rumitnya Seorang gadis bernama Laura Cerelia Law merebut kedinginan hati Lelaki bernama Alan Zean Sanjaya. Alan Zean San...
36.3K 2.3K 56
Galen sudah membulatkan tekad untuk menjauhkan Ciara dari kehidupannya untuk sementara waktu. Ciara menyetujui keputusan Galen dan mereka berpisah, b...
4.9K 507 29
"akh... Apa yang kamu lakukan ?! Bukannya kau tidak mau menyentuhku ?" "Aku hanya memegang rambutmu!" "Akhh...memegang ? Kau menariknya!" Teriak ga...