"Sadar nggak sih, seberapa pedihnya cinta tanpa balasan? Ya, Intinya jangan dipaksakan, karena akhirnya pasti ngelukain diri lo sendiri."
-Holipehh-
Note : Please, sebelum baca vote dulu dan setelah baca komentar yang sebanyak-banyaknya🐣
****
Setelah Pak Samir keluar dari kelas 12 TKJ, suasana kelas ini menjadi hening, walaupun ada beberapa siswa yang asik mengobrol.
Senna yang sedari tadi asik bermain ponsel tiba-tiba mengeluarkan suaranya, ia bernyanyi dengan sangat lantang seolah menyindir seseorang.
"Tak usah kira kamu hebat... ternyata kamu bukan sahabat!"
Senna berdiri dari tempat duduknya, ia mendekatkan suaranya pada telinganya Airsya.
"Tak usah kira aku marah... malah mau ku kasih selamat!"
Senna semakin membesarkan volume suaranya.
"Ambilah... saja bekas pacarku!"
Suaranya yang terakhir membuat Airsya memalingkan wajahnya, menatap wajah Senna dengan kebingungan.
"Maksud lo apa, Sen?" tanya Airsya mencoba untuk tidak emosi.
"Teman... dan Pacar Tak Setia!"
Bukan menjawab Senna malah melanjutkan nyanyiannya.
"Sen! Lo kenapa?" Tanya Airsya lagi.
Senna menghentikan nyanyiannya, ia melibat kedua tangannya di dada. "Masih nanya kenapa lo?"
"Ya, gue gatau lo kenapa."
Senna tertawa dengan sinis. "Hebat lo, bohongin gue! Nikung gue dari belakang, dengerin curhat gue, taunya lo rebut Pacar gue!"
"Pacar lo yang mana? Gue tau aja nggak, Pacar lo yang mana!" Airsya menjadi sedikit ketus.
"Agas!"
Airsya membulatkan matanya, "Agas?"
"Ya, Agas pacar lo, itu juga pacar gue!"
"Lo bohongin gue, kan? Lo ngeprank gue? Sumpah nggak lucu, Sen!"
"Bisa ya lo, berlagak nggak tahu, padahal lo tahu! Hebat banget drama lo."
"Gue beneran nggak tahu apa-apa, Sen. Gue nggak tahu kalau Agas itu pacar lo, kalau pun gue tahu dari awal, gue nggak mungkin nerima dia!"
"Basi tahu nggak! Lo Lebih jijik dari Anjing!"
Senna yang tidak menahan emosinya, ia langsung menarik rambut Airsya, menjambaknya dengan kencang. Tentu saja Airsya melawannya, ia juga membalas Senna dengan hal yang sama.
"Murahan lo, ngembat punya temen sendiri, dasar jamet!" umpat Senna.
"Gue nggak murahan, pacar lo yang ngedektin gue!" Airsya tidak mau kalah, karena dia tidak merasa bersalah.
Terjadilah adu jambak, tidak ada yang mau ngalah. Bahkan seluruh siswa yang berada di kelas ini tidak ada yang berani melerai, mereka takut terkena semprot oleh keduanya, akhirnya mereka hanya bertepuk tangan dan saling taruhan.
"Gocap nih, gue pegang Eca."
"Cepe dah, gue pegang Senna."
"Pegow dah, gue yakin gak ada yang menang."
Senna berhasil Merauk rambut Airsya hingga rontok segumpalan tangannya, membuangnya lalu kembali menjambak rambut Airsya.
Airsya yang kesusahan langsung mendorong tubuh Senna, tetapi pegangan Senna pada rambut Airsya sangatlah kuat, membuat Senna semakin memperkuat jambakannya.
"WOY! BERANTEM TERUS SAMPAI ADA YANG MATI SEKALIAN!"
Juno yang tidak sengaja melewati kelas TKJ tidak sengaja melihat segerumpulan murid yang sedak asik menonton perkelahian, ternyata itu ada adalah Airsya.
Airsya dan Senna tidak peduli dengan ocehan Juno, mereka malah mempererat jambakan dan semakin saling dorong satu sama lain.
Juno mendekat, "WOY TULI YA LO PADA! BERHENTI ATAU GUE ADUIN SAMA KEPSEK!"
"Jangan ikut campur deh, lo! Mending sana lo main tik tok, gak usah so jagoan!" ujar Senna tanpa melihat ke arah Juno.
Juno berdecak. "Masalah lo berdua apa sih? Lo berdua bukannya sahabatan?"
"Dia nikung gue!" Senna mendorong Airsya hingga terpental ke lantai.
Airsya langsung berdiri dan membalas Senna, mendorongnya hingga menabrak tembok pembatas kelas.
"Jangan asal ngomong lo, Sen! Gue nggak pernah ya, nikung lo!"
Senna tersenyum dengan sinis. "Lo jadian sama Agas, saat Agas masih berstatus pacar gue, ITU BUKAN NINGUNG NAMANYA? TERUS APA MONYET!"
"Kan, gue udah bilang gue gatau kalau Agas itu pacar lo!" Airsya menunjuk Senna.
"Terus gue harus percaya sama perkataan lo yang kayak Tai, HAH?!"
Juno menghembuskan nafasnya dengan kasar, ia menunjuk Senna dan Airsya.
"Lo berdua udah nggak waras, ya? Cuma gara-gara ngerebutin cowok sampai kehilanangan akal sehat kayak gini? Hebat banget si Agas bisa ngebuat lo berdua kehilangan pikiran! Mending tuh orang ganteng kayak gue, muka kayak abu gosok aja berani-beraninya selingkuh!"
Airsya dan Senna melirik Juno bersamaan.
"Lo pada mikir dong, kesenangan dia di ributin kayak gini!" lanjut Juno.
Airsya Diam.
Airsya tidak mengerti kenapa bisa menjadi seperti ini, ia dibutakan oleh Agas yang ternyata palsu! Semua yang Agas omongin itu tidak nyata, Agas membohonginya, bahkan membuat persahabatannya dengan Senna hancur, sebenarnya apa yang Agas rencanakan?
Senna yang melihat Airsya diam, langsung mencakar bagian wajah Airsya dengan kasar, membuat darah segar mengalir di wajahnya.
Airsya meringis menahan kesakitan, ia memegang wajahnya dengan kedua tangannya. "Sakit, Anjing!"
Juno menggelengkan kepalanya, ternyata Senna bisa sekejam itu terhadap sahabatnya sendiri. "Gila lo Sen, Dia temen lo!"
Bukannya merasa bersalah Senna malah tertawa. "Mantan temen, garis bawahi!"
Juno merangkul Airsya, membawanya keluar dari kelas. "Lo gapapa, Ca?"
"Gue gapapa." Airsya terus berjalan, mengikuti langkah kaki Juno.
Juno melepaskan bajunya, ia menyodorkannya pada Airsya. "Pake buat nutupin wajah lo, biar darahnya berhenti ngalir."
"Thanks, Jun."
Juno membawa Airsya ke ruang UKS, ia menunggu di luar sampai Airsya beres di obatin oleh dokter UKS, setelah selesai Juno kembali masuk ke dalam UKS.
"Sorry Jun, gue jadi ngerepotin lo," ujar Airsya.
Wajah Airsya di penuhi oleh beberapa perban, untuk menutupi goresan lukanya, tetapi tetap saja tidak bisa menghilangkan luka yang membekas dihatinya.
Juni terkekeh. "Santai kali, lo kan sohib gue."
Tawa Airsya berhenti, ketika ia mengingat Dikta. Ya, sudah hampir beberapa hari ini ia tidak melihat Dikta masuk sekolah.
"Lo gak sama Dikta?" tanya Airsya.
Juno mengehembuskan nafasnya dengan pelan. "Dikta masuk rumah sakit udah seminggu koma."
Airsya tertawa, sungguh lelucon Juno sama sekali tidak lucu, benar-benar membuatnya tidak berhenti untuk tidak tertawa.
"Cando lo garing, nyet!" Umpat Airsya.
"Gue serius, Dikta masuk rumah sakit, Ca..."
Airsya terdiam.
Apa gara-gara kejadian waktu itu, Saat Agas dan Dikta berkelahi? Apa karena Airsya yang menendang perut Dikta kekencangan, hingga Dikta sampai kehilangan kesadarannya?
Tapi, kenapa bisa-bisanya Airsya tidak tahu akan Dikta yang masuk rumah sakit, kenapa tidak ada satupun yang memberi tahunya?
Airsya meneteskan air matanya, sungguh ia tahu kalau ia salah, bahkan saat masa-masa sulitnya ia tidak ada untuk Dikta.
"Kenapa lo nggak ngasih tahu gue, Jun? Kenapa nggak ada satu orang pun yang ngasih tahu gue?"
"Lo lihat Panggilan telpon lo, gue beberapa kali telpon lo, tapi lo gak angkat lo malah rijek. Pesan gue lo abaikan, lo yang kenapa, Ca?"
Airsya langsung membuka notifikasi panggilan telponnya beserta massege dari Juno yang tidak ia buka, benar saja bahkan tidak kehitung Panggilan dari Juno.
Airsya melempar ponselnya ke sembarang arah, ia memukul kepalanya, menjambak rambutnya sendiri.
"Gue bego! Kenapa gue lebih mentingin nolongin Agas, ketimbang sahabat gue sendiri..." lirih Airsya.
"Udah Ca, udah!"
Juno menenangkan Airsya, ia memeluknya membiarkan Airsya mememukul dada bidangnya.
"Gue tolol! Gue nggak punya otak Jun... temen gue koma, gue sampai gak tahu sama sekali.."
"Ca, udah..."
Airsya semakin memperkenalkan pukulannya pada dada bidang milik Juno, dengan tangisan yang semakin pecah.
"Gue harusnya ada buat Dikta, Jun... gue bodoh!" Airsya menarik-narik kaos yang Juno kenakan.
Saat Juno ingin menjelaskan yang sebenarnya tentang Agas dan kenapa Dikta bisa berada dirumah sakit, tiba-tiba ponsel milik Juno berbunyi, ternyata itu dari bundanya Dikta, dengan cepat Juno mengangkat Panggilan tersebut.
"Hallo tante?" Sapa Juno.
'Nak Juno, lagi dimana?'
"Di sekolah tante, nanti pulang sekolah Juno ke rumah sakit lagi."
'Dikta udah sadar, maaf tante baru ngabarin kamu, Gerri juga udah ada disini.'
"Puji Tuhan tante Juno ikut seneng, terus sekarang gimana keadaan Dikta?"
'Alhamdulillah Membaik.'
"Puji Tuhan kalau gitu tante, Juno sekarang kesana ya tante."
'Nak Juno, hati-hati ya.'
"Iya tante Juno tutup telponnya, ya."
'Iya, Nak.'
Juno menutup telponnya, ia kembali menaruh ponselnya pada saku celananya.
"Gimana Dikta, Jun?" Tanya Airsya.
"Dia udah sadar, katanya membaik. Terus gue mau langsung kesana sekarang, lo mau ikut?" Juno bertanya-tanya balik.
Airsya mengangguk. "Iya, gue mau ikut."
Juno tersenyum, ternyata pandangannya pada Airsya salah, Airysa hanya salah paham dengan Dikta yang di adu domba oleh Agas.
Bersambung...
Gimana part ini?
Kalau kalian suka sama cerita ini, jangan lupa promosiin ke temen-temen kalian, ya.
Makasih banyak sudah meluangkan waktu untuk membaca kisah terumit Dikta dan Airsya😂
With Love, Holipehh💛