"Lo tutup semua media dengan duit, lo bungkam mulut saksi dan keluarga korban dengan duit, lo gunain duit buat jadi alat biar lo nggak di penjara. Lo mikirin nggak keadaan keluarga korban gimana? Itu nggak adil, bangsat!"
-Ragaspati Nugraha-
Note: Jangan lupa baca sebelum vote dan komentar setelah membaca. Itu cukup buat author semangat update hehe
****
"BAGJO DIMANA LO, KELUAR SETAN!"
Teriak Dikta menggema dari arah luar markas Singaschool. Ya, Dikta dengan tangan kosong mencari Bagjo sampai masuk kandang Singa yang kata banyak orang menakutkan.
Seluruh anggota Singaschool langsung melihat ke arah sumber suara, Dikta dengan rahang yang mengeras dan kedua tangan yang mengepal langsung menarik kerah baju salah satu Anggota Singa school yang berbadan gempal.
"DIMANA BAGJO?!" Mata Dikta seakan mau keluar, menatap pria gempal itu dengan sangat tajam.
"Gu-gue gatau."
Mendapati jawaban yang tidak sesuai, Dikta langsung melempar kesembarang arah pria itu, hinggang terpental sangat jauh.
Dikta memutar bola matanya menatap satu persatu Anggota singaschool. "GUE TANYA SEKALI LAGI, DIMANA BAGJO?!"
Juno berdiri menghampiri Dikta. "Ngapain lo kesini?"
Sedari tadi Dikta memang menyadari akan adanya Juno diantara kumpulan anggota Singa itu, Dikta hanya tertawa menyimpulkan tanggapan Juno.
"Gue lagi ngomong sama lo, SETAN!" Geram juno.
Dikta menghentikan tawanya, ia menarik nafasnya panjang, lalu menghembuskannya dengan kasar. "Gue nyari Bagjo, bukan lo!"
"Gue sohibnya Bagjo! Lo ada masalah sama dia, itu juga urusan gue!"
"Gampang lo ya, ngaggap dia sohib?" Dikta tersenyum dengan sinis. "Dia penyebab persahabatan kita hancur!"
"Maksud lo?" tanya Juno bingung.
Suara langkah kaki, membuat Dikta melempar pandangannya. Bagjo, Ginda dan Agas memasuki markas, mereka sedikit terkejut melihat Dikta yang berada di tempat ini.
Dikta menepukan tangannya. "Hebat lo semua, buat gue seolah-olah anjing, dimata sohib-sohib gue! Emang pantas lo semua nyandang status Singa yang kelaparan!"
"Ngapain lo disini, nyet?" Agas mengepalkan tangannya.
Dikta kembali tertawa. "Gue mau bubarin kalian, sampah Sekolah!"
"Kerasukan jin tomang lo? Maen bubar-bubarin geng orang!" Ujar Bagjo yang berdiri disebelah Agas.
Dikta yang sudah tidak tahan ingin menghadiahi Bagjo pelajaran, langsug menarik kerah Bagjo, menyeretnya keluar markas, lalu menghempaskan tubuh kurus Bagjo ke tembok besar.
Bagjo memegang kepalanya yang terbentur tembok, ia meringis kesakitan. "Anjing lo, setan!"
"Masih bisa ngatain gue anjing?" Dikta tersenyum sinis, sambil menggelangkan kepalanya. "Lo yang anjing!"
Bught!
Bught!
Bught!
Dikta memukul Bagjo terus menerus, membuat Bagjo sulit untuk melawan.
Agas menghampiri mereka berdua, bersamaan dengan puluhan Anggota Singaschool yang lain, termasuk Juno yang saat ini sudah menjadi anggota inti.
Agas menyapit leher Dikta dari belakang, menyeretnya menjauhi Bagjo. Dikta tidak tinggal diam, ia langsung menggigit lengan kekar Agas dengan sangat kencang, membuat Agas berteriak kesakitan.
Ginda menghampiri Dikta. "Lo ada masalah apa sama kita?" tanya Ginda baik-baik.
Ginda mencoba tidak memperkeruh suasana, walaupun ia tahu kemungkinan Dikta ke markasnya adalah ulah Bagjo yang disuruh oleh Agas.
Dikta menunjuk Bagjo. "Tanya sama temen lo, punya masalah apa sama gue! Sampai ngadu yang engga-engga tentang gue ke kepsek, ngehancurin hubungan gue sama sohib-sohib gue!" Dikta menghembuskan nafasnya dengan kasar. "Atau otak temen lo mau gue hancurin juga?!"
Juno terdiam, ia membulatkan matanya, ia menjadi bingung akan masalah yang merembet sepertin ini. Jadi, sebenarnya yang ngaduin ia, Gerri dan Airsya itu Bagjo, bukan Dikta? Juno bertanya-tanya pada dirinya sendiri.
"Ya, Bagjo sengaja gue suruh," kata Agas dengan santai.
Dikta langsung menghadiahi Agas pukulan keras yang mengenai sudut bibirnya. "Maksud lo apa!"
"Gue mau lihat lo mati!" Agas membalas pukululan Dikta.
Dikta menyeka hidungnya yang berdarah akibat pukulan keras Agas yang mengenai hidungnya.
"Gak beres lo, sakit!" Dikta menggelengkan kepalanya.
"Ya, gue emang sakit. Sakit karena ulah lo yang gila." Agas mendorong tubuh Dikta dengan kasar.
"Ulah gue yang mana, bos?!"
"Lo matiin abang gue, inget nggak lo?!"
Dikta memutar otaknya, ia ingat pada kejadian tiga tahun silam. Apa Agas salah satu keluarga orang yang pernah ia hajar sampai kehilangan nyawanya? Karena dari dulu sampai saat ini, Dikta tidak pernah diberi tahu oleh papanya soal keluarga korban itu.
Agas tertawa dengan sinis. "Kenapa diem lo? Pembunuh terbaik lo!" Ia bertepuk tangan.
"Lo harusnya mati!" Bagjo angkat bicara.
Agas menepis-nepiskan baju sekolah Dikta yang sudah menyatu dengan kotoran. "Lo tutup semua media dengan duit, lo bungkam mulut saksi dan keluarga korban dengan duit, lo gunain duit buat jadi alat biar lo nggak di penjara. Lo mikirin nggak keadaan keluarga korban gimana? Itu nggak adil, bangsat!"
Agas kembali mememukul Dikta terus menurus, hingga cairan bening mengalir di sekujur wajah Dikta. "Gue ambil nyawa lo, dengan tangan gue sendiri!"
Bagjo melemparkan samurai panjang pada Agas, dengan singgap Agas mengambilnya.
"Mau mulai dari mana dulu? Apa gue langsung tepis aja leher lo?" Agas tertawa dengan licik.
Tidak ada perlawanan sama sekali dari Dikta, mungkin ini akhir dari segalanya. Dulu memang Dikta tidak pernah menyesal akan kesalahannya, tetapi ia sadar semua itu salah dan mungkin dengan nyawanya ini bisa menebus semua itu.
Saat samurai panjang itu mau mengenai kepala Dikta, Juno dengan singgap menahannya.
"Lo lebih pengecut, cara lo sampah!" ungkap Juno.
Agas berdiri tegak, menyamakan tingginya dengan Juno. "Cara gue emang sampah, tapi kelakuan temen lo lebih busuk dari sampah!"
"Terus apa bedanya lo sama Dikta? Setidaknya dia bertanggung jawab, membiayai kehidupan keluarga korban. Termasuk lo dan keluarga lo, kan?"
Ya, memang Dikta dan keluarganya yang membuat keluarga Agas sesukses sekarang, papanya Dikta yang membiayai kehidupan mereka, memberikan anak perusahaannya terhadap keluarganya Agas.
"Terus lo pikir itu cukup, buat ngobatin rasa sakit keluarga gue?!"
"Ya, lo nya aja yang nggak pernah bersyukur!"
Bught!
Satu pukulan mendarat mengenai wajah Juno, Agas tidak terima dengan perkataan Juno yang menyudutkan dirinya.
"APA YANG LO PUNYA SEKARANG, ITU BERKAT DIKTA DAN KELUAGANYA! SADAR, GAS!" Teriak Juno.
Bught!
Agas kembali memukul Juno dengan membabi buta, kali ini sasarannya adalah perut. Membuat Juno terbatuk-batuk, dan terduduk meringis kesakitan.
Dikta yang melihat sahabatnya tak berdaya, langsung berlari mendekat ke arahnya.
"Masalah lo sama gue, bukan sama sohib gue!" ujar Dikta.
Agas membalikan tubuhnya. "Seharusnya dari dulu lo itu udah mati!"
Samurai panjang yang tergeletak itu kembali Agas ambil, ia mengibas-ngibaskannya ke arah Dikta.
Whuss!
Whuss!
Whuss!
Dikta yang hanya menggunakan tangan kosong, terus berusaha menghindar, walaupun tubuhnya masih terasa sakit akibat hujatan pukulan Agas.
Sedangkan seluruh Anggota singaschool yang melihat pertarungan mereka hanya diam, seolah-oleh mereka sedang menonton pertandingan yang sangat seru.
Juno yang takut jika nanti Dikta kalah, langsung mengerikan sesuatu di ponselnya. Ya, Juno mengatakan kalau sedang ada adu jontos antara Dikta dengan Agas.
|*Sohib terGesrek*|
Arjuna Robertino
Markas Singaschool sekarang, Dikta adu jontos sama Agas
Airsya Febrianti
Nyari masalah apalagi sih, si Dikta?
Gerriansyah
Ya, mana gue tahu.
Airsya Febrianti
Gue nanya sama Juno, bego!
P
P
P
Jun
Jangan ngilang!
Mereka kenapa?
Jun lo lagi boker ya?
Gerriansyah
Ca, lo ganggu gue lagi pacaran aja, berisik!
Airsya Febrianti
Pacaran masih di training juga berlagu!
Jun, lihat kelakuan Adik ipar lo nih.
Arjuna Robertino
Berisik lo berdua!
Cepetan sekarang, ke buru mati si Dikta!
Setelah mengirim pesan untuk mereka berdua, Juno kembali memasukkan ponselnya pada saku baju seragamnya. Sebenernya Juno ingin membantu Dikta melawan Agas, tetapi tubuh Juno bahkan tidak sanggup untuk berdiri.
Juno sadar kalau ia salah menuduh Dikta, padahal sudah jelas tidak ada buktinya. Hanya omongan kepala sekolah yang ternyata omong kosong dari Bagjo dan Agas.
"Maafin gue, Dik," lirih Juno, sambil menatap Dikta dengan penuh ke khawatiran.
Seharusnya Juno tidak semudah itu membiarkan dirinya diadu domba oleh kelicikan Agas, sungguh Juno menyesal telah menuduh sahabatnya sendiri.
Bersambung...
Lanjut besok, ya?
Ada yang mau dikatakan sama salah satu dari mereka? Sok tanya-tanya😂
1. Agas
2. Dikta
3. Airsya
4. Juno
5. Gerri
6. Bagjo
Kalau kalian suka sama cerita ini, jangan lupa rekomendasiin ke temen_temen kalian, ya.
With Love, Holipehh💛