Tentang RaSa |• [TERBIT]

By Helfy_an

1M 107K 34.6K

Terbit di PenerbitGalaxy *Part Lengkap SPIN OFF ZERGIO!!! (18+) Jadi orang ketiga? Oh tentu tidak. Sasa hanya... More

Prolog
RaSa |• 1
RaSa |• 2
RaSa |• 3
RaSa |• 4
RaSa |• 5
RaSa |• 6
RaSa |• 7 |17+
RaSa |• 8
RaSa |• 9
RaSa |• 10
RaSa |• 11
RaSa |• 12
RaSa |• 13
RaSa |• 14
RaSa |• 15
RaSa |• 16 | 18+
RaSa|• 17
RaSa |• 18
RaSa |• 19
RaSa |• 20
RaSa |• 21
RaSa |• 22
RaSa |• 23
RaSa |• 24
RaSa |• 25
RaSa |• 26
RaSa |• 28
RaSa |• 29
RaSa |• 30
RaSa |• 31
RaSa |• 33
RaSa |• 34
RaSa |• 35
RaSa |• 36
RaSa |• 37
RaSa |• 38
RaSa |• 39
RaSa |• 40
RaSa |• 41
RaSa |• 42
RaSa |• 43
RaSa |• 44
RaSa |• 46
RaSa |• 47
RaSa |• 48
RaSa |• 49
RaSa |• 50
RaSa |• 51
RaSa |• 52
RaSa |• 53 [END]
Epilog
TRaSa Lanjut ke?
Vote Cover
Spesial Chapter!

RaSa |• 45

12.2K 1.8K 617
By Helfy_an

Selamat datang di chapter 45

Jangan sampai emosi..

Happy Reading 💜

•••

"Lo yakin ninggalin Rafa di rumah sakit? Ya kali lo biarin Syela di sana!" jerit Alexa ketika ia dan Sasa telah sampai di dalam kamarnya.

Iya, Sasa memutuskan untuk pulang. Entah apa yang wanita itu pikirkan. Alexa pun ikutan kesal. Yah, meskipun Sasa sudah menceritakan kejadian saat di Apartemen, tapi itu bukan alasan untuk Sasa menolak menjaga suaminya di rumah sakit kan?

"Sa---"

"Udah deh. Gue capek." Sasa menyela dengan wajah lelahnya. Wanita itu sudah rebahan dan menutup mata. Enggan mendengarkan omelan Alexa yang selanjutnya.

Alexa hanya bisa menghela nafas kasar. Untung saja ia sudah menghubungi Dion agar kembali ke rumah sakit. Alexa tidak mau membiarkan Rafa berduaan dengan Syela di rumah sakit.

Sasa hanya merasa tak punya muka untuk menemui Rafa lagi. Pria itu benar-benar mencintainya, meskipun sekarang ia dalam kondisi yang sangat buruk.

Dan Syela, gadis itu selalu ada untuk Rafa. Sebenarnya laki-laki lain pasti akan perlahan menyukai gadis itu yang sangat penyayang, pengertian dan periang. Tapi Rafa benar-benar menjaga hatinya hanya untuk Sasa. Meskipun ia sempat menyerah pada keadaan saat beberapa tahun lalu.

Alexa yang melihat wajah murung Sasa pun merasa bersalah. Gadis itu bergerak mengelus pundak sahabatnya dengan lembut.

"Istirahat gih. Tidur aja dulu. Lo pasti capek banget," ucap Alexa perhatian.

Sasa menatap Alexa dengan senyum tipis yang perlahan merekah di wajahnya.

"Thanks." Udah ngertiin gue.

Alexa hanya menjawab dengan senyuman. Kedua perempuan itu akhirnya tidur bersama, mencoba melupakan masalah yang terjadi malam ini.

***

Keesokan harinya, Sasa langsung ke rumah sakit. Ia tidak ke butik, dan tentu ada Nanda yang akan mengambil alih pekerjaan wanita itu.

Semua teman-teman Rafa sudah tau mengenai keberadaan pria itu yang ada di rumah sakit. Mereka juga sudah menjenguk Rafa.

Sejujurnya Rafa sudah bisa pulang. Tapi pria itu enggan beranjak dari tempat berbaringnya. Ketika ditanya Fano, Rafa bilang jika ia ingin pulang bersama istrinya.

Tentu saja Rafa mengatakan itu ketika Syela tidak ada. Sejak semalam, Syela tidak pernah beranjak pergi. Gadis itu setia menemani Rafa dan mengurus Rafa meskipun Rafa beberapa kali menolak.

Saat ini, Sasa sudah berada di depan ruangan Rafa. Wanita itu tidak berani masuk. Padahal Rafa hanya sendirian di dalam. Syela tengah pulang untuk membasuh diri. Tentu setelah dipaksa Rafa baru gadis itu mau mengalah.

Dan yah, mengenai keberadaan Rafa di rumah sakit ini. Rafa meminta pada Syela agar merahasiakannya dari orang tuanya, yang langsung dituruti oleh gadis itu.

Alexa tidak bisa menemani Sasa ke rumah sakit. Karena gadis itu ada jadwal pemotretan hari ini. Meskipun ia sangat ingin menemani Sasa.

Sedari tadi Sasa terus mengangkat tangannya untuk membuka pintu, tapi kembali ia urungkan. Ketika begitu lama melamun, tangannya tiba-tiba didahului seseorang untuk menyentuh kenop pintu.

"Rafa nungguin lo. Kenapa gak masuk?"

Sasa mendongak. Matanya langsung bertemu dengan manik mata pria yang baru saja melontarkan pertanyaan.

"Kak Azka?"

Azka tersenyum tipis. Pria itu menepuk pelan puncak kepala Sasa. Ia sudah menganggap wanita itu layaknya adik, sama seperti ia menganggap Ghea seperti adik kandungnya.

"Gue...." Wajah Sasa memang tetap terlihat tanpa ekspresi. Tapi dari sorot mata dan nada suara wanita itu, Azka bisa menebak jika Sasa tengah memikirkan sesuatu yang berat.

"Mau cerita?" tanya Azka sekaligus menawarkan.

Sasa menunduk. Hal itu membuat Azka menghembuskan nafasnya pelan. Dengan lembut ia menarik tangan Sasa dan membawanya ke taman rumah sakit yang cukup sepi. Dan Sasa hanya mengikuti saja langkah kaki pria itu.

"Cerita gih," ucap Azka ketika keduanya telah duduk di kursi taman.

"Semalam kenapa pulang duluan?" Azka tau jika Sasa tidak akan membuka suara dalam waktu dekat. Maka dari itu ia berinisiatif memulai pembicaraan.

Sasa terkekeh pelan. "Rafa ada yang jagain kok," jawab wanita itu miris.

Azka melirik Sasa dengan kening mengerut. "Trus lo ngebiarin Syela ngerawat Rafa gitu? Secara gak sadar, lo malah buka peluang buat Syela ngambil posisi po sebagai istrinya Rafa."

Kening Sasa mengerut mendengar ucapan Azka. "Lo...."

"Jangan bilang lo mulai nyerah Sa?" tebak Azka sedikit menuding.

Sasa terkekeh. "Enggak lah. Gue cuma takut lepas kendali aja semalem. Rafa udah nyeritain semuanya, tentang keadaan Syela."

Azka mulai rileks. Pria itu menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi. "Pas kita semua datang ke sini. Rafa juga nyeritain itu. Pastinya setelah kita-kita berusaha ngejauhin Syela dari ruangan Rafa."

Sasa mengangguk. Rupanya setelah ia dan Alexa pulang, teman-temannya yang lain baru datang untuk menjenguk Rafa. Oh, betapa buruknya dirinya yang sebagai istri Rafa namun bukan dia yang menemani laki-laki itu.

"Gue gak mau lama-lama ada di tempat yang sama dengan Syela. Makanya gue buru-buru ngajak Alexa pulang," gumam Sasa dengan tatapan menerawang ke depan.

"Kenapa?"

Sasa melirik Azka sekilas. "Gue bisa jadi cewek yang nekat. Gue gak sebaik adek gue."

Mungkin, ucapan Sasa terdengar biasa-biasa saja. Tapi jika didengar dan diperhatikan teliti, wanita itu benar-benar serius akan ucapannya.

"Bisa-bisa mulut gue gak kekontrol ntar. Malah gue nyerang si Syela," gumam Sasa diselingi sedikit candaan.

Azka tersenyum tipis. "Lo mau bongkar pernikahan lo sama Rafa ke publik?"

Tubuh Sasa menegang ketika Azka melontarkan pertanyaan itu. Sejujurnya, Sasa tidak pernah berpikiran akan sampai ke sana. Memang, Sasa ingin Syela segera tau mengenai hubungannya dengan Rafa. Tapi membocorkannya ke publik, bisa saja malah berimbas padanya dan juga Rafa.

Jika terbongkar, orang-orang akan menyebutnya sebagai orang ketiga. Karena yang selama ini diketahui publik, Syela lah tunangan Rafa. Jika citra Rafa dan Sasa memburuk, karier mereka juga bisa terancam.

Azka menghela nafas pelan. Pria itu menepuk pundak Sasa dua kali, menenangkan istri dari sahabatnya itu.

"Gue dukung lo!" Kalimatnya sederhana, namun membuat terharu.

Sasa tersenyum tipis. "Thanks."

Azka tertawa keras. "Udah-udah. Gak usah galau. Lo mending temuin Rafa sana. Bisa gila tu anak gara-gara kangen sama lo," serunya dengan menaik turunkan alisnya menggoda.

Hal itu berhasil membuat Sasa tersenyum kembali. "Thanks ya, kak. Sekarang gue udah siap ketemu Rafa," ucap Sasa penuh ketulusan.

Azka mengangguk sejenak, sebelum wajahnya berubah datar. "Gak gratis dong."

Senyuman di wajah Sasa menghilang. Tergantikan dengan wajah kesal. Memang pada dasarnya Azka itu sebelas dua belas dengan Fano.

"Bantuin gue. Si Nanda ngehindar mulu. Capek gue main petak umpet sama dia," gerutu Azka dengan wajah sebal.

Sasa melongo. "Kirain apaan," gumam wanita itu pelan.

"Pokoknya lo harus bantu gue ntar. Sekarang lo ke ruangan Rafa sana," titah Azka mengusir. Membuat Sasa berdecak pelan. Tapi tak urung ia menuruti ucapan pria itu.

Setelah berbincang dengan Azka, Sasa jadi lebih tenang. Dan keberaniannya mulai kembali. Karena itulah ia langsung membuka pintu ruangan Rafa tanpa ragu.

Namun senyum di wajah wanita itu memudar saat melihat keberadaan Syela. Oh, apakah ia telat lagi?

Mata Sasa menyorot ke arah Rafa yang hanya menatap lurus ke jendela. Sedangkan Syela langsung terfokus pada Sasa yang baru membuka pintu.

"Sasa?" Syela menyambut dengan hangat. Memeluk Sasa layaknya seperti biasa. Mereka sering berpelukan jika bertemu, hanya saja selama di Indonesia, kebiasaan itu perlahan semakin jarang dilakukan.

Sasa tersenyum kikuk. "L-lo dari kapan di sini?" tanya wanita itu gugup. Berbeda dengan Syela yang senantiasa memberikan senyum riangnya.

"Baru aja. Hari ini kak Rafa udah bisa pulang. Makanya aku jemput, ada Dion juga. Dia nunggu di parkiran." Syela memberitahu dengan semangat, seperti biasa.

Sasa melirik Rafa kembali. Dan memang benar, pria itu tidak lagi mengenakan pakaian rumah sakit. Ia mengenakan pakaian casual namun tetap terlihat manly di mata Sasa.

Yang membuat Sasa heran. Kenapa Rafa tidak mau menoleh ke arahnya? Padahal Sasa yakin jika pria itu mendengar suaranya. Jika alasannya karena ada Syela, rasanya tidak mungkin. Karena biasanya Rafa tanpa sungkan selalu menatap Sasa terang-terangan meskipun ada Syela di tengah-tengah mereka.

"Sasa," panggil Syela melambaikan tangannya di depan wajah sahabatnya itu. Karena sedari tadi Sasa terus diam tanpa menatap ke arahnya.

Sasa tersadar. Ia menatap Syela merasa bersalah."O-oh? Sorry. Emm.. jadi Rafa udah boleh pulang," basa-basi Sasa sembari tersenyum kikuk.

"Lo ngantar Rafa?" tanya Sasa lagi pada Syela.

"Iya. Kak Rafa pulang ke Mansion hari ini. Dia gak pulang ke Apartemen. Soalnya aku takut di sana gak ada yang rawat. Yah, meskipun kata Dokter, Rafa udah baik-baik aja," celoteh Syela dengan wajah berpikir, mengingat perkataan Dokter semalam.

Memang kondisi Rafa hanya Zergio yang tau. Karena pria itu lah yang pergi ke ruangan dokter untuk mengetahui kondisi sahabatnya. Tentu ia juga sudah meminta pada Dokter agar merahasiakan kondisi Rafa dari siapapun. jadi Syela hanya tau jika Rafa sakit karena terlalu kelelahan bekerja.

Jika Syela tampak riang, maka tidak dengan Sasa yang merasa tak terima jika Rafa pulang ke Mansion. Hey, di Apartemen Rafa, ia sendiri yang bisa merawatnya.

'Ck. Semalam aja lo gak bisa luangin waktu buat suami lo Sa!'

Rafa tiba-tiba berbalik. Tapi ada yang aneh. Pria itu tak sedikitpun menatap dua perempuan yang sedari tadi saling berbincang itu. Ia hanya menatap lurus ke depan. Bahkan ketika ia telah berjalan melangkahkan kakinya mendekati posisi dua perempuan itu.

Saat sampai di dekat kedua perempuan itu, langkah Rafa terhenti."Ayo pulang!" kata Rafa tanpa menoleh.

Entah untuk siapa kalimat itu Rafa tujukan. Karena pria itu sudah melangkah tanpa melirik Syela maupun Sasa yang kini terdiam mematung.

Tubuh Sasa membeku saat Rafa melewatinya begitu saja. Ditambah Syela yang buru-buru mengejar langkah lebar Rafa. Meninggalkan Sasa sendirian di dalam ruangan itu.

Dada Sasa berdenyut nyeri. Ternyata sesakit ini jika diabaikan Rafa. Sasa jadi mengingat ketika ia baru pulang ke Indonesia beberapa bulan lalu. Di mana pria itu bersikap dingin padanya. Apa sekarang Sasa kembali kehilangan kehangatan suaminya sendiri?

Sasa bergerak cepat keluar untuk mengejar langkah Rafa dan Syela. Tapi tidak ada niatan sedikitpun bagi Sasa untuk menahan Rafa. Dan ketika sampai di parkiran, mata Sasa dan Rafa bertemu.

Tapi .... Sasa tidak bisa berkata-kata saat melihat wajah dingin pria itu. Dan tatapannya.... Tatapan pria itu menyiratkan kekecewaan yang mendalam.

Setetes air mata Sasa lagi-lagi turun ke pipinya. Cepat-cepat ia menyekanya dan mencari mobilnya untuk menyusul mobil yang dinaiki Rafa dan Syela. Setidaknya, Sasa bisa sedikit bersyukur karena ada Dion di mobil itu. Jadi tidak benar-benar membiarkan Rafa dan Syela berduaan.

Sasa menyeka kasar air matanya yang lagi-lagi terjatuh. Ia memilih fokus ke jalan dan mobil di depannya. Setidaknya, ia bisa mengantar Rafa sampai di Mansion keluarga pria itu, meskipun bukan dirinya yang ada di samping suaminya.

Sementara itu, Rafa terus diam di dalam mobil. Ia membiarkan Syela yang terus mengoceh panjang lebar di sampingnya. Sedangkan Dion yang menyetir di depan pun selalu diam dan kaku.

"Kamu jangan kemana-mana dulu deh. Kamu baru keluar dari rumah sakit, nanti kondisi kamu---"

"Syela." Rafa menyela ucapan Syela dengan memanggil namanya.

"Kenapa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Syela perhatian.

Rafa melirik gadis itu sekilas. "Jangan bilang-bilang ke Papa sama Bunda soal kondisi gue."

Syela mengernyit, namun tak urung ia mengangguk semangat. "Oke! Kamu tenang aja. Aku bakal tutup rapat kok. Pasti Bunda juga nanti bakal khawatir banget, jadi gapapa aja deh kalo dirahasiain. Yah, tapi aku gak tega bohongnya ke bunda," oceh Syela cemberut diakhir.

Rafa hanya tersenyum tipis. "Thanks," gumamnya pelan. Membuat Syela menoleh. Bahkan Dion yang biasanya acuh tak acuh pun ikut melirik atasannya itu.

"Kenapa terimakasih?" tanya Syela lugu.

Rafa hanya menatap kosong ke jendela mobil. Memerhatikan jalanan ataupun pohon yang mereka lewati. "Atas perhatian lo," jawab Rafa datar.

Senyum lebar langsung merekah di wajah Syela. "Kita sahabat kan? Eh udah tunangan juga malah hehe," cengir Syela.

Rafa hanya mengangguk tanpa menoleh. Pria itu bersender dan dengan perlahan memejamkan mata. Tapi belum cukup semenit matanya terpejam, mobil yang dikendarai Dion sudah berhenti di depan pekarangan Mansion keluarga Ganendra.

Syela dengan cepat turun dan berlari memutari mobil untuk menyambut Rafa keluar. Tapi belum juga gadis itu merangkul tubuh Rafa, pria itu sudah menghindar duluan.

"Gak perlu. Gue bisa sendiri," ucap Rafa menolak dipapah.

"Tapi..."

"Bunda bakal curiga kalo lo mapah gue," sela Rafa berkilah.

Dan untungnya Syela tidak bertanya lagi. Gadis itu berjalan di samping Rafa untuk masuk ke dalam. Sedangkan Dion, ia harus kembali ke kantor.

Tak jauh dari sana, mobil Sasa akhirnya pergi setelah benar-benar memastikan Rafa sampai dengan selamat. Sasa juga melihat dengan jelas saat Rafa menolak sentuhan Syela.

Sasa tidak tau apa yang membuat Rafa marah padanya. Tapi sungguh, Sasa tak mengira jika Rafa sekuat itu menjaga perasaan Sasa. Bahkan dalam kondisi pria itu yang mungkin marah pada istrinya, ia tetap berusaha menolak adanya sentuhan fisik dengan perempuan lain.

Hari ini juga Sasa ingin kembali ke Apartemen. Ia yakin tempat itu sekarang sangat kacau setelah ia tinggalkan semalam dengan perasaan marah.

Sejujurnya Sasa marah pada Rafa karena mengabaikan dirinya. Tapi Sasa masih tau diri. Ia juga mengabaikan Rafa semalam, di saat ia harusnya berada di samping pria itu. Tapi ia malah membiarkan perempuan lain yang menggantikan posisinya. Mungkin karena itu juga Rafa kecewa padanya. Iya kan?

Begitu Sasa memasuki Apartemen, memang tidak ada yang buruk. Untuk di dapur, ruang tengah, di kamar, semuanya baik-baik saja. Tapi ketika Sasa masuk ke ruang kerja Rafa, matanya membulat dengan tangan yang membekap mulutnya.

Ruangan itu benar-benar kacau. Sasa melirik meja kerja Rafa yang barang-barang di atasnya sudah terbengkalai di lantai. Hingga tatapan Sasa jatuh pada pigura foto yang dalam posisi terbalik.

Dengan kernyitan di kening, Sasa membuka pigura itu. Dan lagi-lagi ia dibuat kaget ketika melihat foto dirinya yang tengah tersenyum riang.

Semalam, Rafa mengamuk di ruang kerjanya. Ia membuang barang-barang apapun yang ia lihat. Kecuali pigura foto milik Sasa. Tangannya enggan menghancurkan potret wajah istirnya yang tengah tersenyum lepas dan bahagia.

Dan saat kesadaran merenggutnya, Syela masuk ke Apartemennya. Namun gadis itu tidak sempat melirik pigura foto Sasa di atas meja kerja Rafa karena terlalu panik melihat Rafa yang tak sadarkan diri dan bersimbah darah.

Karena tak tau ingin menghubungi siapa. Syela akhirnya menelfon Dion untuk membantunya membawa Rafa ke rumah sakit. Dan Dion lah yang membalik foto Sasa agar Syela tidak melihatnya.

Tatapan Sasa mengarah ke meja kerja Rafa dan bagian lantainya yang kotor. Ada banyak bekas darah yang mulai mengering. Hal itu kembali mengingatkan Sasa ketika ia pergi dari Apartemen dengan keadaan marah.

"Jadi Rafa.... Self harm lagi," gumam Sasa lirih. Matanya berkaca-kaca dengan perasaan kacau.

Kenapa di saat Rafa dalam titik terendahnya Sasa selalu tidak ada? Dan malah Syela yang selalu ada untuk laki-laki itu. Apa ia masih pantas disebut perempuan yang sangat mencintai Rafa?



.

.

.

Silahkan ovt wkwk

Ingat, jangan berlebihan loh ya.
Tapi kalo kalian emosi banget juga gapapa😘

Oh ya, aku cuma mau bilang, emang sih posisi mereka bertiga semuanya sama-sama salah. Tapi kalian gak bakal tau kan? Gimana rasanya ada di posisi mereka (Rafa, Sasa, Syela)  masing-masingnya? Hehe
Kehidupan orang-orang emang sesulit itu, bersyukurlah bagi kalian yang gak pernah ngalaminnya:)

Bagi yang koar² gak terima sad end. Sebenernya gak pasti ini end nya bakal gimana. Tapi kalo yg ngikutin aku dari dulu (sebelum ada Zergio), i hate and i love sad end wkwkwk. Enggak kok canda²😂

Perbanyak voment ya.... Aku jarang buka WP, tapi kalo buka WP buat nulis tuh, selalunya cek komenan sama vote dulu, soalnya itu yg bangkitin semangat nulis wkwk.

Emang lagi sibuk²nya sih ini sebenarnya. Mulai aktif kuliah lagi jadi tugasnya mulai menumpuk. Online sih, jadi tugas Mulu😭

Kalian yg semangat ya belajarnya, yang kuliah atau masih sekolah. Jaga kesehatan juga, dan sampai jumpa di chapter berikutnya....


Bay bay!

.

25/09/21

Continue Reading

You'll Also Like

50.8K 4K 72
[COMPLETE] Hubungan Backstreet yang dilakukan oleh Kim Mingyu dan Chou Tzuyu dengan alasan bahwa Mingyu yang selalu mengekang Tzuyu malah membawa ses...
1.2M 99.9K 84
"Jangan pergi Ra." Menyakiti Kinara adalah penyesalan terbesar dalam hidup Jevan. "Maaf, kita bisa mulai semuanya lagi dari awal." Tapi, kecewa tida...
2.1M 162K 32
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...
71.1K 6.2K 41
Revanya Billa Giralda Danuarta Alfabian Maxston Ketika cinta yang dibangun sekian lama harus runtuh karena rasa bosan yang menghampiri salah satu pas...