Tentang RaSa |• [TERBIT]

By Helfy_an

1M 107K 34.6K

Terbit di PenerbitGalaxy *Part Lengkap SPIN OFF ZERGIO!!! (18+) Jadi orang ketiga? Oh tentu tidak. Sasa hanya... More

Prolog
RaSa |• 1
RaSa |• 2
RaSa |• 3
RaSa |• 4
RaSa |• 5
RaSa |• 6
RaSa |• 7 |17+
RaSa |• 8
RaSa |• 9
RaSa |• 10
RaSa |• 11
RaSa |• 12
RaSa |• 13
RaSa |• 14
RaSa |• 15
RaSa |• 16 | 18+
RaSa|• 17
RaSa |• 18
RaSa |• 19
RaSa |• 20
RaSa |• 21
RaSa |• 22
RaSa |• 23
RaSa |• 24
RaSa |• 25
RaSa |• 26
RaSa |• 28
RaSa |• 29
RaSa |• 30
RaSa |• 31
RaSa |• 34
RaSa |• 35
RaSa |• 36
RaSa |• 37
RaSa |• 38
RaSa |• 39
RaSa |• 40
RaSa |• 41
RaSa |• 42
RaSa |• 43
RaSa |• 44
RaSa |• 45
RaSa |• 46
RaSa |• 47
RaSa |• 48
RaSa |• 49
RaSa |• 50
RaSa |• 51
RaSa |• 52
RaSa |• 53 [END]
Epilog
TRaSa Lanjut ke?
Vote Cover
Spesial Chapter!

RaSa |• 33

15.1K 1.7K 602
By Helfy_an

Hay! Selamat malam!
Ready gak nih?

Jangan pada emosi ya❤️

.

Happy Reading😍

•••


Hari berganti hari, seminggu telah berlalu setelah dari panti. Rafa dan Sasa kembali beraktifitas seperti biasa.

Mulai kembali sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Tapi mereka tentu lebih membagi waktu agar bisa menghabiskan waktu bersama berdua. Meskipun hanya di dalam Apartemen.

Hari ini, Rafa pulang lebih cepat. Biasanya ia pulang malam, tapi di jam 5 sore ini, ia sudah pulang ke Apartemen.

Begitu pintu Apartemen ia buka, matanya langsung menangkap keadaan Apartemen yang begitu rapi.

Memang saat tinggal sendiri, Rafa bukan termasuk orang yang malas beberes rumah. Hanya saja, semenjak menikah, susunan atau barang-barangnya jauh lebih rapi dan teratur.

Laki-laki itu segera masuk setelah mengucapkan salam. Tidak ada balasan, rupanya ketika masuk ia menemukan istirnya tengah tertidur di atas sofa.

Rafa tersenyum tipis. Penat yang ia rasakan karena sangat sibuk selama seminggu penuh ini, seakan menguar ketika melihat wajah damai sang istri.

Rafa melepaskan jas yang melekat di tubuhnya. Menggulung kemejanya hingga siku dan membuka dua kancing baju teratas kemejanya.

Setelah itu, ia duduk melantai dengan tubuh menghadap Sasa. Senyum lebih lebar merekah di wajahnya. Tangan laki-laki itu terangkat dan menyingkirkan anak rambut yang menghalangi pandangannya dari wajah cantik sang istri.

"Cantik banget," gumam Rafa berbisik.

Tinggal bersama selama seminggu lebih, Rafa jadi tau banyak kebiasaan wanita itu yang gampang tertidur, apalagi jika lelah. Selain itu juga bisa jadi sangat galak jika dibuat kesal oleh tingkah malas Rafa.

Rafa tidak tau jika Sasa memiliki banyak sisi menggemaskan. Selama pacaran, Sasa lebih sering memunculkan sifat dewasa padanya. Tapi setelah menikah, Sasa rupanya jauh lebih manja dari yang ia pikirkan selama ini. Dan sungguh, Rafa sangat menyukainya.

Tangan Rafa bergerak mengelus pipi putih wanitanya itu. Tanpa berniat membangunkan. Ia hanya sangat menikmati pemandangan indah di hadapannya.

Wajahnya mendekat. Ia mengecup hidung Sasa kemudian beralih mengecup bibirnya cukup lama.

"I love you," bisik Rafa pelan. Meskipun tau jika istrinya tidak akan mendengar.

Sasa sedikit menggeliat, membuat Rafa tersenyum melihatnya. Ketika melihat Sasa kembali tenang, Rafa bergerak menyelipkan tangannya di tengkuk dan di bawah lutut wanita itu.

Dengan hati-hati, Rafa menggendong Sasa ala bridal. Memindahkan istrinya itu ke kamar, mengingat jika terus dibiarkan tidur di sofa maka tubuhnya akan pegal-pegal.

Tapi, baru saja Rafa meletakkan tubuh mungil wanita itu ke ranjang, matanya sudah mengerjap dengan sedikit geliatan tubuhnya.

"Yah, bangun," gumam Rafa tanpa sadar.

Mata Sasa mengerjap. Mencoba menyesuaikan penglihatannya karena telah terpejam cukup lama.

Matanya menyipit ketika melihat wajah suaminya. "Udah pulang?" tanya Sasa bodoh.

Rafa hanya berwajah datar, seperti biasa. Tapi ia bergerak duduk melantai dan masuk ke tengah-tengah kaki Sasa ketika wanita itu bergerak duduk di tepi ranjang dengan kaki menjuntai ke lantai.

Rafa merebahkan tubuhnya di paha wanita itu dan memejamkan matanya. "Capek," keluhnya manja.

Sasa terkekeh kecil. Tangannya beralih mengelus rambut Rafa yang semakin menghantarkan rasa kantuk pada lelaki itu.

"Jangan tidur ah. Udah sore," tutur Sasa menepuk-nepuk pipi Rafa dengan lembut.

Rafa menjauhkan pelan tangan Sasa yang mengelus kepalanya. Ia segera bangkit dari posisinya.

Cup

Rafa mengecup kening istrinya sekilas. "Aku mandi dulu," ucapnya pada sang istri.

"Oke. Aku siapin baju kamu." Rafa tak menjawab lagi. Ia langsung masuk ke kamar mandi dengan langkah gontai.

Sejujurnya, setelah rebahan di paha Sasa dan kepalanya dielus wanita itu, rasa kantuk langsung menderanya. Padahal saat baru pulang tadi, ia tidak merasa mengantuk.

"SAYANG! MANDI BARENG! KAMU BELUM MANDI JUGA KAN?!"

Sasa sedikit berjengit saat Rafa tiba-tiba berteriak dari dalam kamar mandi.

Cih! Sayang? Rafa akan memanggilnya begitu jika ada maunya!

"Gak ah, nanti minta jatah lagi. Capek," balas Sasa ketus. Ia tidak perlu berteriak karena nyatanya Rafa masih mendengar.

Tidak ada jawaban dari dalam. Tapi tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dan memunculkan Rafa yang berjalan santai dalam keadaan naked.

"RAFA IH!" teriak Sasa begitu berbalik dan matanya malah tertuju pada aset suaminya.

Rafa tak menjawab. Ia malah langsung menggendong Sasa tanpa mengindahkan rontaan kecil yang wanita itu kerahkan.

"Gak minta. Beneran mandi," tutur Rafa tanpa ekspresi.

"Beneran?" Sasa berusaha memastikan.

"Hm. Aku tau itu kamu sakit. Kali ini gapapa libur."

Ucapan Rafa membuat Sasa terkekeh mendengarnya. Terlihat jelas wajah kecutnya, tapi pria itu berusaha menutupi agar Sasa tidak merasa bersalah.

Iya, mereka benar-benar mandi tanpa embel-embel sambil ngasih jatah kali ini. Meskipun Rafa harus menahan mati-matian dirinya yang ingin menyerang sang istri.

Selang beberapa menit, mereka keluar dengan handuk dan bathrobe yang melekat di tubuh. Serta rambut yang sama-sama basah.

Rafa duduk di tepi ranjang dan menurunkan Sasa agar duduk di atas pangkuannya. Tangannya melingkari perut wanita itu agar tidak pergi.

"Kenapa?" tanya Sasa mengernyit.

Rafa menggeleng dan memilih memandang wajah istrinya tanpa bosan. Tapi aksi tatap-tatapan mereka harus terhenti ketika ponsel milik Rafa berdering keras. Menandakan adanya telepon masuk.

Sasa bergerak mengambilnya dan melihat ternyata Papa Rafa yang menelfon.

"Angkat, speaker," ucap Rafa tanpa berniat melepaskan pelukannya.

"Rafa. Pulang malam ini."

Rafa mengernyit. Suara Neal dari seberang tampak serius. Ditambah penegasan dalam setiap katanya.

Rafa melirik Sasa yang terlihat tegang. Pria itu mengelus pinggang wanita itu dan menatapnya dalam, seolah mengatakan kalimat penenang.

"Kenapa? Ada masalah?" tanya Rafa enggan langsung mengiyakan ucapan sang ayah.

"Pulang Rafa! Papa tau kamu sudah di Jakarta sejak seminggu yang lalu. Malam ini pulang, papah ingin ngomong sesuatu. Sekalian kita makan malam sekeluarga, sebagai bentuk ngerayain pindahan Syela ke Mansion."

Tut Tut!

Sasa menyimpan kembali ponsel Rafa tanpa membuka suara setelah Neal langsung memutuskan sambungan telepon. Berbeda dengan Rafa yang terus menatap istrinya menunggu respon.

"Sa," panggil Rafa mengelus punggung Sasa yang tengah duduk menyamping di atas pangkuannya.

Menghela nafas pelan, Sasa menatap Rafa serius. "Syela tinggal di mansion? Kalian bakal lebih sering ketemu gitu?" Sasa berusaha keras menjaga suaranya agar tidak meninggi.

Rafa terlihat tenang. Pria itu malah menenggelamkan wajahnya pada cekukan leher Sasa dan mengecup leher wanita itu sesekali.

"Aku nanya loh."

"Aku jarang pulang ke Mansion kalo kamu lupa," gumam Rafa tenang.

"Tapi Raf---"

"Ini pasti keputusan Papa. Papa khawatir, Syela tinggal sendirian. Lagipula Papa tau, aku gak pernah tidur di mansion lagi karna selalu pulang ke Apartement ini," terang Rafa mencoba menenangkan istrinya yang mungkin tengah kalut.

Sasa berdehem pelan. "Maaf. Aku berlebihan ya?"

Rafa terkekeh. "Enggak sayang."

"Ck." Sasa berdecak dengan wajah memerah mendengar panggilan laki-laki itu padanya.

"Aku gak usah pulang kalo kamu gak ijinin---"

"Enggak! Kamu harus pulang ke Mansion malam ini. Aku gak mungkin egois dengan nahan kamu di sini Raf. Mereka keluarga kamu," sela Sasa serius.

Pelukan Rafa kian erat. "Kamu gak egois!"

"Iya iya enggak."

Rafa menghela nafas pelan. "Aku gak akan deket-deket Syela," janjinya dengan mendongak menatap Sasa yang juga menunduk untuk menatapnya.

"Hmm. Besok kita ke Mall. Nikahan Angga sama Riana tiga hari lagi," ucap Sasa mengalihkan. Malas mendengar nama Syela.

Rafa tersenyum kecil. "Of course," ucapnya disertai dengan kecupan singkat di pipi istrinya.

"Ke Apart Nanda aja kalo bosen sendiri di sini ya?" Wajah Rafa tetap datar ketika mengatakan itu, tapi matanya menyorot khawatir pada mata istrinya.

Sasa tersenyum. Ia balas mencium Rafa. Tapi ia mengecup bibir Rafa, bukan pipi seperti yang dilakukan pria itu.

"Iya."

"Kenapa gak lama?" protes Rafa dengan wajah dingin, membuat Sasa tertawa terbahak-bahak.

"Udah ah. Nanti kamu lepas kendali. Mending sekarang kamu siap-siap terus pulang."

"Ini belum malam banget," kilah Rafa menolak.

"Gak usah banyak alesan. Sana!" Sasa segera beranjak turun dari pangkuan Rafa dan menarik paksa tangan pria itu agar berdiri.

Rafa menurut sembari mendengus kesal. "Kamu habis masak?"

"Enggak. Kamu makan malam di sana aja. Aku ketiduran sebelum masak tadi," tutur Sasa dalam posisi berdiri berhadapan dengan Rafa yang kembali merangkul pinggangnya.

"Aku makan di sana. Terus kamu gimana?!" sembur Rafa tajam.

Sasa terkekeh. "Gak usah khawatir. Aku mau ke Nanda aja. Dia pasti udah masak. Nanti numpang makan di sana aja."

Rafa mendengus dengan wajah merenggut. Sejujurnya, ia enggan meninggalkan istrinya sendiri. Tapi ia juga harus pulang dan menemui sang ayah. Dari suaranya tadi, Neal terdengar serius.

"Aku gapapa sayang." Sasa menepuk-nepuk pipi Rafa. Tau jika pria itu memikirkannya.

Rafa menoleh cepat. "Apa?!"

"Apanya yang apa?"

"Kamu ngomong apa? Manggil aku apa tadi?" Antusias Rafa membuat Sasa mengulum bibir menahan senyum.

"S-sayang?" cicit Sasa dengan bola matanya yang melihat ke segala arah. Tak mau melihat mata Rafa dan beresiko ia salah tingkah.

Rafa menangkup wajah Sasa dan menciumi seluruh wajah wanita itu gemas. "You're so cute. Aku pengen kurung kamu di kamar aja rasanya," monolog Rafa sembari membungkus tubuh Sasa ke dalam pelukannya.

Sasa tertawa lucu. "Iya tau! Sasa kan primadona SMA Praba dulu, kalo kamu lupa," ucap wanita itu songong.

"Iya. Tapi primadona sekolah itu, cuma milik Rafa."

***

"Aku pergi. Kalo kamu ngantuk tidur aja, nanti aku yang mindahin kamu ke Apart."

Wajah Rafa terlihat lesu dan enggan meninggalkan Sasa sendiri. Padahal selama beberapa hari ini mereka juga sering berpisah karena urusan pekerjaan. Tapi, kali ini Rafa merasa tidak tenang.

Nanda sedari tadi hanya diam di depan pintu Apartemen yang ia tempati bersama Sasa sebelum Sasa menikah dengan Rafa.

Saat ini Rafa bersiap akan berangkat ke Mansion Ganendra, dan pria itu tengah berpamitan sekaligus mengantar sang istri ke Apartemen yang sekarang ditempati Nanda sendirian.

"Iyaa.... Aku baik-baik aja. Kamu hati-hati di jalan."

"Jangan kelua-keluar ya!" Tatapan Rafa menajam, kemudian beralih melirik Nanda. "Kalo mau keluar ajak Azka, Nan!" peringat Rafa dengan lirikan tajamnya pada Nanda yang sontak berdiri tegak.

"K-kok Azka?"

"Lo sama Sasa cewek," desis Rafa datar.

"Lah terus?"

"Udah malem."

"Iya tau, terus kenapa?"

"Bahaya."

"Singkat banget, anjir! Giliran ngomong sama Sasa aja panjang kali lebar kali tinggi, sepanjang jalan rel kereta api!" sembur Nanda mendumel kesal.

"Because she's my wife," balas Rafa datar. Membuat wajah Nanda semakin kecut.

Sasa terkekeh. "Ck, udah ah! Sana buruan. Supaya cepet pulang." Mendorong tubuh Rafa agar segera pergi.

Rafa mendengus. Ia menahan dorongan Sasa dan malah meraih tengkuk wanita itu dan melumat bibirnya.

Nanda? Wajah gadis itu berubah datar. Melihat pemandangan di depannya, membuatnya ingin mencakar wajah kedua insan itu.

'Mentang-mentang udah sah. Ck, si Azka kapan coba nembak gue?' Nanda langsung mengetuk kepalanya keras saat pertanyaan itu melintas di kepalanya.

'Anjir! Ngapain gue mikir gitu?!' jeritnya tak terima.

"Napa Lo?" Gadis itu seakan tersadar akan tingkahnya saat mendengar suara Sasa.

Ketika melihat ke depan, rupanya Rafa sudah pergi. Sontak ia menatap cengengesan pada Sasa.

"Enggak hehe..."

Sementara Rafa segera melajukan mobilnya ke Mansion yang jaraknya tidak begitu jauh, tidak begitu dekat juga dari Apartemennya.

Jadi mobilnya sampai setelah menempuh beberapa menit perjalanan.

"Assalamualaikum," salam Rafa memasuki rumah.

"Waalaikumsalam."

Senyum tipis merekah di wajah Rafa saat melihat Dela datang dari dapur menjawab salamnya dengan senyum lebarnya.

"Rafa." Dela langsung memeluk tubuh Rafa begitu ia sampai di depan putranya itu.

"Bunda kangen banget," ucapnya dengan mata berkaca-kaca.

"Rafa juga Bun," gumam Rafa sendu.

Dela melepaskan pelukannya dan menyeka air mata nya yang menetes.

"Mantu bunda gimana kabarnya?" tanya Dela dengan suara pelan. Jaga-jaga jika ada yang mendengar, meskipun saat ini hanya mereka berdua di ruang depan.

Rafa tersenyum tipis. "Sasa lagi sama Nanda Bun. Rafa gak mau dia sendirian di Apart."

Dela mengangguk dengan senyum di wajahnya. "Ya udah, kamu masuk gih. Bunda masih mau ke dapur. Mending kamu temuin Noah dulu," ucapnya yang disetujui oleh Rafa.

Setelah Rafa naik, ternyata Syela turun dengan Neal yang menyusul beberapa menit kemudian. Syela segera membantu Bunda Dela menyiapkan makanan. Gadis itu masih belum tau jika Rafa sudah datang.

"Panggilin Rafa sama Noah ya Bi," ucap Dela pada ART di mansion nya, setelah makanan selesai disiapkan di atas meja.

"Baik Nyonya."

Selang beberapa menit, suara langkah kaki membuat Dela serta Syela menoleh. Begitupun Neal yang telah duduk tenang di kursi meja makan.

Mata Syela tampak berbinar. "KAK RAFA!" teriaknya antusias.

Rafa terkejut saat Syela tiba-tiba menubruk tubuhnya dengan pelukan erat. Wajah pria itu mendadak pucat pasi ketika mengingat janjinya pada Sasa yang tidak akan dekat-dekat dengan Syela.

Padahal Sasa tidak ada di sana, dan yang memeluknya adalah Syela. Tapi Rafa seolah merasa mengkhianati pernikahannya dengan sang istri.

Dengan wajah tak nyaman yang ditutupi senyum paksa, Rafa melepaskan pelukan sepihak Syela yang membuatnya terganggu.

Sedangkan Noah yang jalan di samping Rafa tadi, langsung berjalan duluan meninggalkan laki-laki itu sejak Syela memeluknya tiba-tiba.

Rafa berdehem pelan. Pria itu segera berjalan menyusul Noah. Meninggalkan Syela yang cemberut di belakang.

"Kak Rafa kok gak bilang kalo udah pulang dari Bali?"

"Lupa. Banyak kerjaan di kantor," jawab Rafa berdalih.

"Iih--"

"Makan dulu yuk." Ucapan Syela dipotong Dela yang kini tersenyum lembut. Mau tak mau Syela menahan diri untuk protes banyak hal pada Rafa.

Mereka makan dalam keheningan. Hingga selesai, mereka ke ruang tengah. Kecuali Noah yang kembali ke kamarnya. Anak itu memilih belajar di kamar, katanya.

"Rafa, ke ruang kerja Papa sekarang," ucap Neal sebelum meninggalkan ketiga orang di ruang tengah itu.

Syela tampak kebingungan. Rafa tampak tenang-tenang saja. Sedangkan Dela tampak khawatir.

Rafa tersenyum tipis menenangkan sang ibu. "Rafa ke sana dulu Bun," pamitnya melangkah pergi menyusul sang ayah.

Sebelum benar-benar masuk ke ruangan Neal, Rafa sempat menghela nafas sejenak. Mencoba menenangkan diri yang tiba-tiba saja merasa gelisah.

Dengan segera, Rafa akhirnya mengetuk pintu.

Tok tok!

"Masuk Raf."

Rafa membuka pintu setelah dipersilahkan Neal agar masuk.

Baru selangkah kakinya memasuki ruangan itu, Rafa langsung disorot tatapan tajam dari Neal. Pria itu terduduk angkuh di kursinya.

"Tutup pintunya." Setelah menuruti ucapan sang ayah, Rafa berdiri di depan meja Neal tanpa berniat duduk.

Neal tampak menatap putranya tajam. Hingga tiba-tiba saja ia melemparkan sesuatu ke atas mejanya.

"Apa ini?"

Rafa menatap banyak foto yang dilemparkan Neal tadi. Di sana foto-fotonya bersama Sasa saat jalan-jalan ke Mall ketika mereka baru tiba di Bali. Serta beberapa foto ketika mereka jalan-jalan setelah menikah untuk belanja sebelum pulang ke Jakarta keesokan harinya.

Tapi rupanya, Neal tidak mendapatkan foto pernikahannya dengan Sasa. Serta kebersamaanya dengan teman-temannya juga Sasa.

Ini berkat bantuan Zergio dan juga kerja keras Dion. Bisakah ia berterimakasih pada mereka? Ah tidak perlu. Itu sudah tugas Dion sebagai orang kepercayaannya, sedangkan Zergio sebagai adik ipar yang baik.... kan? Iya kan saja.

"Kamu masih berhubungan dengan gadis itu Rafa?!" Pertanyaan itu penuh penekanan di setiap katanya.

Neal berdiri dari duduknya. Menunggu jawaban dari sang putra. Dan ketika Neal berhenti di dekat Rafa, jawaban putranya itu memancing emosi Neal.

"Iya."

Bugh!

Kepala Rafa tertoleh ke samping begitu Neal menghantam wajahnya dengan tinjunya.

"KAMU GILA?!" bentak Neal emosi.

Rafa hanya diam dengan wajah dingin serta sorot matanya yang tajam menatap mata sang ayah.

"Ya. I'm crazy because her, and i love her, Dad!"

Neal menatap bengis pada putranya. Sebelum ia tertawa meremehkan.

"Kamu berhubungan dengan gadis itu di belakang Syela? Papa gak masalah mau bagaimana hubungan kamu dengan gadis itu Rafa! Tapi sepertinya kamu melupakan sesuatu."

Rafa mengernyit. Hal itu membuat Neal semakin yakin dengan pemikirannya.

"Kamu kembali dengan gadis itu, apa kamu lupa dengan janjimu dua tahun yang lalu di depan seluruh keluarga?!"

Tubuh Rafa mematung. Ia seolah baru tersadar sesuatu.

"Rafa janji, Syela gak akan kemana-mana. Rafa yang akan bahagiain dia. Karna itu yang dia butuhkan sekarang."

"Dan kebahagiaan Syela itu adalah menikah denganmu! Bagaimana jika dia tau kamu menjalin hubungan dengan gadis itu di belakangnya?! Syela berteman dengan gadis itu bukan?!"

Rafa terdiam dengan tangan terkepal. Janji itu.... bukan hanya itu. Masih ada yang lain.

"Dengan kamu berhubungan kembali dengan gadismu itu. Secara tidak langsung, kamu sendiri yang akan membunuh Syela nanti, Rafa. Bukan malah membahagiakannya."

.

.

.


Ingat guys! Cerita ini masih panjang. Jangan berasumsi yang berujung penyesalan... Eaaakk
Mantep gak tuh🤣

Kemarin-kemarin gak bisa up soalnya mood naik turun. Jadi ketikan chapter ini baru selesai hari ini:(

Chapter sebelumnya, seperti biasa. Sangat ramai😏

Jadi... Waktunya masuk pemanasan kedua yah. Belum ke inti😚 eh astaghfirullah 😭
Enggak, becanda guys, jangan dibawa serius. Nanti stres.

Jangan lupa vote dan coment ya ❤️

Sampai jumpa di chapter berikutnya.... Jangan lupa jaga kesehatan....

Bay bay!

.

15/08/21

Continue Reading

You'll Also Like

99.6K 3.2K 47
FOLLOW SEBELUM BACA Elena Zevanya. DJ terkenal di Fardelo's club. Terjebak dengan pria arogan dan sangat digandrungi diawal kedatanganya ke negara in...
1.3M 59.5K 52
Ini tentang hidup seorang Renata Anindira Mahardika. Seorang istri yang mendapat kekangan dari suaminya, Aksa Wiliam Mahardika. Renata harus selalu s...
3.7M 287K 75
Chayyara, gadis itu harus kehilangan masa remajanya ketika takdir menggariskan Chayyara yang harus menikah dengan pria dingin, kekasih dari kakaknya...
21.3K 1.3K 14
Bagaimana caranya melupakan? Apakah cinta semenyakitkan ini? Kenapa cinta bagiku serumit ini? Apanya yang salah? Aku hadir dalam hidupmu bukan untuk...