Tentang RaSa |• [TERBIT]

By Helfy_an

1M 107K 34.6K

Terbit di PenerbitGalaxy *Part Lengkap SPIN OFF ZERGIO!!! (18+) Jadi orang ketiga? Oh tentu tidak. Sasa hanya... More

Prolog
RaSa |• 1
RaSa |• 2
RaSa |• 3
RaSa |• 4
RaSa |• 5
RaSa |• 6
RaSa |• 7 |17+
RaSa |• 8
RaSa |• 9
RaSa |• 10
RaSa |• 11
RaSa |• 12
RaSa |• 13
RaSa |• 14
RaSa |• 15
RaSa |• 16 | 18+
RaSa|• 17
RaSa |• 18
RaSa |• 19
RaSa |• 20
RaSa |• 21
RaSa |• 22
RaSa |• 23
RaSa |• 24
RaSa |• 25
RaSa |• 26
RaSa |• 28
RaSa |• 29
RaSa |• 30
RaSa |• 33
RaSa |• 34
RaSa |• 35
RaSa |• 36
RaSa |• 37
RaSa |• 38
RaSa |• 39
RaSa |• 40
RaSa |• 41
RaSa |• 42
RaSa |• 43
RaSa |• 44
RaSa |• 45
RaSa |• 46
RaSa |• 47
RaSa |• 48
RaSa |• 49
RaSa |• 50
RaSa |• 51
RaSa |• 52
RaSa |• 53 [END]
Epilog
TRaSa Lanjut ke?
Vote Cover
Spesial Chapter!

RaSa |• 31

15.3K 1.7K 475
By Helfy_an


Hay! Selamat malam....

Kangen gak? Wkwk

Jangan skip note Author di bawah ya... Soalnya ada sedikit pertanyaan hehe

.

Happy reading ❤️

•••


Seperti yang telah mereka rencanakan sebelumnya, sore ini Rafa dan Sasa ke Panti asuhan. Tempat di mana Sasa tinggal sejak kecil dulu.

Sedangkan siang tadi, mereka sempat ke rumah sakit, karena mereka yang ingin menunda kehamilan sedangkan rutinitas kegiatan malam mereka pasti akan terus dilakukan rutin. Berhubung, Rafa yang tidak pernah puas.

Mobil Rafa memasuki pekarangan panti. Baru saja Rafa mematikan mesinnya, anak-anak panti sudah berhamburan keluar berlari menyambut kedatangan mereka.

Sasa sedikit terkejut. Apalagi ini kali pertama ia datang setelah bertahun-tahun lamanya. Berbeda dengan Rafa yang rutin menjenguk bunda Andrea jika ia berlibur ke Indonesia saat masih kuliah di Oxford.

"KAK RAFA!!" seru anak-anak itu serentak.

Mereka menyalimi Rafa satu per satu, kemudian melakukan hal yang sama pada Sasa. Itu sudah menjadi kebiasaan mereka jika ada tamu yang lebih tua.

Sasa tersenyum tipis. Melihat anak-anak ini mengingatkannya saat masih tinggal di panti. Ada banyak anak-anak yang baru ia lihat wajahnya.

"KAK SASA!!"

Beberapa anak-anak yang sudah besar, mungkin hampir lulus SD, berteriak menyebutkan nama Sasa. Mereka anak-anak yang sudah sejak lama di Panti jadi mereka kenal pada Sasa.

Hanya tiga orang. Dua orang perempuan dan satu laki-laki. Sepertinya yang lain sudah mendapatkan keluarga sendiri. Entah diadopsi atau telah menemukan keluarganya.

Sasa tersenyum ketika ketiga anak itu memeluknya. Sasa masih mengingat nama mereka. Dulu mereka masih sangat kecil.

Anak laki-laki bernama Evan, anak perempuan berambut pendek bernama Silia, dan yang berambut panjang bernama Dita.

"Kak Sasa lama banget baru ke sini lagi," ucap Evan dengan wajah sedih.

Sasa berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan ketiga anak itu. "Maaf ya? Tapi mulai sekarang, Kakak bakal sering ke sini kok," terang Sasa dengan tersenyum. Membuat ketiga anak itu ikut tersenyum. Sedangkan anak-anak yang lain kembali ke taman belakang untuk bermain.

"Bunda mana?" tanya Sasa pada ketiga anak itu.

"Bunda di dalam. Kak Sasa temuin Bunda. Pasti bunda seneng," jawab Dita dengan wajah berseri.

Rafa mengelus kepala ketiga anak itu bergantian. "Kalian gabung sama temen yang lain dulu. Kakak mau ketemu Bunda," ucapnya hangat, meskipun tidak ada senyuman lebar di wajahnya.

Ketiga anak itu mengangguk. Tapi sebelum benar-benar pergi. Evan kembali memeluk kaki Rafa kemudian mendongak untuk menatap wajah pria dewasa itu.

"Kak Rafa, makasih ya udah bawa kak Sasa," ucapnya malu-malu, sebelum berlari menyusul Dita dan Silia.

Sasa terkekeh kecil melihat tingkah Evan. Ketika berdiri dari jongkoknya, Rafa kemudian merangkul pinggang Sasa dan menggiringnya masuk ke Panti.

Sudah pasti ketika di dalam, Sasa dan Andrea langsung berpelukan. Saling melepas rindu karena terpisah selama bertahun-tahun lamanya.

Sedangkan di lain tempat, seorang gadis berambut panjang dengan mini dress yang melekat di tubuh semampainya, serta kacamata hitam yang menutupi matanya, baru saja tiba di Bandara.

Gadis itu tampak menghirup rakus udara di sekitar. "Hm. Udah lama juga gue ninggalin Indonesia," gumamnya pelan.

Gadis itu adalah Natya. Kakak tiri Sasa dan Ghea. Sebelumnya ia menetap di Berlin selama bertahun-tahun karena ikut sang ayah. Ia ke sana setahun setelah Sasa, Mafyra dan Tama ke Berlin lebih dulu. Karena saat itu ia masih bersama Relia. Tapi setelah Relia masuk rumah sakit jiwa, Natya akhirnya ke Berlin karena ia tidak tau ingin kemana lagi, dan Tama masihlah ayah kandungnya. Terlepas dari perceraian Relia dan Natya ketika ia bahkan masih kecil.

Tujuan Natya kembali ke Indonesia, selain merindukan tempat kelahirannya ini, ia juga merindukan sang ibu. Meskipun Natya malu pada teman-temannya karena ibunya gila. Tapi tetap saja, Relia tetaplah wanita yang melahirkannya.

Menggeret tas koper nya, Natya langsung menaiki taksi setelah menunggu beberapa menit dan menghentikannya. Tujuannya saat ini ke Apartement yang sudah disiapkan Tama.

Jangan berpikir jika Natya akan segedung Apartement dengan saudari tirinya, Sasa. Natya tentu menolak keras. Karena jujur saja, Natya tidak suka melihat Sasa yang wajahnya benar-benar kembar identik dengan Ghea.

Beberapa tahun yang lalu, ia sempat shock setelah mengetahui jika bukan hanya Ghea saudari tirinya. Tapi Ghea juga memiliki saudari kembar. Awalnya Natya tidak percaya, tapi setelah temannya yang saat itu menjadi murid baru di SMA Praba, mengatakan hal yang sama jika Ghea rupanya memiliki kembaran, mau tak mau ia harus mempercayainya. Dan Natya baru bertemu Sasa pertama kali, saat di Berlin.

Natya cukup tenang, karena watak Sasa yang memang cuek, berbanding terbalik dengan Ghea. Jadi Natya juga tak ambil pusing. Entah kenapa berbeda.

Dulu, jika Natya melihat Ghea, ia selalu ingin menindasnya. Tapi dengan Sasa, ia malah malas melihat gadis itu. Bahkan Natya berharap tidak akan pernah bertemu dengan Sasa selama ia di Indonesia. Termasuk Ghea juga sebenarnya.

"Di sini Mbak?" Lamunan Natya langsung buyar ketika supir taksi melontarkan pertanyaan.

"Iya." Natya melirik gedung di depannya yang berlantai 15.

"Bapak tau jarak gedung apartemen SRZ, dari sini?" tanya Natya setelah menyerahkan uang untuk membayar taksi.

"Oh? Gedung yang terkenal cuma dalam setahun itu ya?"

"Iya kali," jawab Natya acuh tak acuh. Ia tidak tau apapun.

"Oh itu mah dekat. Cuma sekitar 20 meter dari sini," terang supir itu.

Wajah Natya berubah masam. "Oke, makasih pak," ucapnya ogah-ogahan.

Natya langsung keluar tanpa menunggu jawaban. Ia juga menurunkan sendiri kopernya tanpa mau dibantu. Kemudian melenggang memasuki gedung di depannya.

Natya tau gedung apartemen Sasa karena sebelumnya Mafyra--Mama tirinya--bertanya pada dirinya jika ia mau tinggal di gedung Apartemen yang sama dengan Sasa. Dan Natya langsung menolaknya mentah-mentah.

Tentang Mafyra.... Natya membencinya karena merasa jika karena Mafyra lah, Relia jadi gila. Tapi jujur, terkadang Natya tersentuh dengan kebaikan Mafyra. Wanita itu tidak pernah melayangkan tatapan benci padanya, padahal ia tau jika Natya dan Relia telah membuat putrinya--Ghea--sengsara selama bertahun-tahun lamanya. Tapi ego Natya terlalu besar, untuk menunjukan jika ia nyaman dengan perhatian yang diberikan Mafyra jika ia ke mansion tempat mereka tinggal selama di Berlin.

Karena itulah Natya memilih tinggal sendiri di Apartemen. Karena jika serumah dengan mereka, Natya takut luluh pada Mafyra dan ia merasa mengkhianati Maminya, Relia.

***

"Ayo pulang."

Entah sudah berapa kali Rafa mengatakan itu. Pria itu seolah merengek, tapi wajahnya itu tetap tanpa ekspresi, padahal nada suaranya terdengar jelas jika ia tengah merengek.

Sasa bahkan heran dengan wajah Rafa. Bagaimana bisa pria itu merengek tapi dengan wajah datar? Sasa yang terbiasa berwajah datar pun tidak bisa seperti itu. Suaminya memang benar-benar kaku.

"Emang mau ngapain?"

Mereka saat ini memang masih di panti, dan tengah berada di kamar yang ditempati Sasa, dulu. Wanita itu ingin mengecek kamarnya, ruangan yang menjadi saksi dirinya tumbuh hingga dewasa.

Cukup mengherankan jika hanya Sasa satu-satunya anak panti yang sudah dewasa. Karena sejujurnya, yang seumurannya sudah diadopsi.

Dulu ada beberapa keluarga yang ingin mengadopsi Sasa. Tapi Andrea menolak, karena Sasa merupakan anak Mafyra, sahabatnya. Di mana saat itu Mafyra masih berjuang melawan depresinya di rumah sakit jiwa.

"Di Apartemen cuma ada kita berdua," jawab Rafa dengan wajah datar.

"Di sini juga kita berdua."

"Kalo di Apartemen kamu bebas teriak."

"Ngapain aku teriak?!" Sasa bertanya dengan tak santai.

"Ck, kalo ngasi aku jatah, kamu kan teriak terus."

Plak

"Apaan sih?!" ketus Sasa setelah menggeplak paha Rafa.

Saat ini Rafa tengah rebahan dengan menjadikan paha Sasa sebagai bantalan. Wajahnya menghadap perut sang istri sedangkan tangannya melingkar di pinggang, memeluk pinggang wanitanya. Sedangkan tangan Sasa mengelus-elus rambutnya.

"Kan aku mau lagi." Rafa berkata tanpa beban.

"Yang semalam belum cukup juga?!" sembur Sasa berapi-api.

"Kan yang semalam ya untuk semalam. Hari ini beda lagi." Pintar sekali dia menjawab.

"Kamu kok sekarang mesum banget sih?! Dulu enggak. Bahkan aku pernah mikir kamu tuh gak pernah nafsu kalo di deket aku," gerutu Sasa sembari mengingat kenangannya bersama Rafa ketika masih pacaran--sebelum LDR.

"Kenapa gitu?"

"Ya kamu tuh. Setiap abis ngecup atau peluk tuh mukanya datar mulu. Padahal kata Alexa sama Riana, cowok tuh kalo dipeluk atau dicium dikit aja pasti napsuan," terang Sasa bercerita dengan jujurnya.

Rafa bahkan sampai memejamkan mata sejenak, ketika merasakan kepalanya yang berdenyut.

Berteman dengan Alexa dan Riana. Kedua gadis itu--selain Fano dan Claretta aka keluarga Reyen--memang suka sekali mengotori pikiran gadis-gadis suci. Contohnya, Ghea dan Alina. Sekarang Sasa.

Mungkin Sasa bukan perempuan polos seperti kedua istri pria yang menyandang marga Raveenzy itu. Tapi otak Sasa yang biasanya selalu positif, seakan terkontaminasi hal-hal negatif yang berbau dewasa dan vulgar jika terlalu lama bersama Alexa dan Riana.

Rafa menatap Sasa dari posisinya. "Besok-besok. Gak usah jalan sama mereka," ucapnya datar.

Sasa mengernyit tak mengerti. "Lah? Kenapa?"

"Sesat mereka," jawab Rafa dengan tenangnya.

Sasa refleks tertawa. "Apaan sih? Gak lucu," ucapnya geleng-geleng.

"SASA! RAFA! AYO MAKAN NAK!"

Sasa menjauhkan kepala Rafa dari pangkuannya ketika Andrea berteriak dari luar. Menandakan jika makanan yang mereka pesan sudah datang.

Memang Rafa memesan makanan untuk mereka dan anak-anak panti. Agar bunda Andrea tidak perlu repot memasak. Sebenarnya ada Bi Indri yang bekerja di tempat ini untuk membantu Bunda Andrea.

Rafa yang memperkerjakan Bi Indri sejak beberapa tahun lalu, termasuk ia juga yang menggaji nya. Mengingat jika Bunda Andrea pasti kerepotan mengurus panti sendirian.

Apapun dan siapapun yang berhubungan dan berperan penting di hidup Sasa. Rafa pasti akan memperhatikannya. Karena Rafa ingin, Sasa tidak mengkhawatirkan orang-orang yang disayanginya dan berakhir wanitanya itu terbebani pikirannya.

Tidak tidak! Rafa hanya ingin, Sasa hanya perlu berpangku tangan tanpa memikirkan hal lain. Terutama hal-hal yang membebani pikirannya dan mengakibatkannya jadi sakit. Rafa tidak akan membiarkannya.

Saat ini hari sudah malam, dan ketika Rafa serta Sasa keluar kamar. Mereka melihat anak-anak panti yang sangat antusias menyambut makanan tersebut.

Keduanya segera bergabung ketika Andrea memanggil dengan senyum keibuannya. Tak lupa Sasa menyiapkan makan untuk suaminya kemudian untuk dirinya sendiri.

"Udah do'a kan anak-anak?" tanya Sasa sebelum menyantap makanannya.

"UDAH!!" jawab mereka serentak dan semangat. Hal itu mengundang senyum empat orang dewasa yang ada di sana.

"Makan yang banyak, biar cepat gede," ucap Rafa mengelus kepala anak laki-laki yang duduk di sampingnya.

"Siap kak!"

Mereka makan dengan perasaan bahagia. Terutama anak-anak panti yang begitu senang dan semangat menyantap makanan tersebut. Dan setelah makan, mereka kembali ke kamar masing-masing, sesuai perintah Bunda.

Sedangkan Rafa dan Sasa juga pun harus pulang. Tentu mereka berdua telah berpamitan pada anak-anak serta pada Bunda Andrea dan bi Indri.

"Beli martabak manis ya?" pinta Sasa di tengah perjalanan pulang bersama Rafa.

Rafa melirik sekilas. Iya tak menjawab, tapi mobilnya bergerak meminggir ketika melihat penjual martabak.

Sasa tersenyum tipis ketika Rafa turun dari mobil. Sasa cepat-cepat turun dan menggandeng lengan Rafa.

"Martabak manisnya satu ya Mas," ucap Sasa pada si penjual.

"Siap Mbak."

Rafa hanya diam dengan wajah datar. Seperti biasa. Tapi tangan kirinya merangkul pinggang Sasa dan tangan kanannya beralih membungkus kedua tangan mungil istrinya yang terasa dingin karena angin malam.

"Dingin?" tanya Rafa pada Sasa.

"Enggak," jawab Sasa dengan kepala bersandar pada lengan suaminya.

"Ini Mbak." Fokus keduanya beralih pada mas-mas penjual martabak. Rafa segera mengeluarkan uang merah selembar dan menyerahkannya pada penjual tersebut.

"Kembaliannya ambil aja Mas," sahut Sasa ketika melihat mas itu tampak agak terkejut.

"S-serius ini Mbak, Mas?"

"Iya. Makasih martabaknya ya Mas," ucap Sasa ramah.

"T-terimakasih Mas Mbak. Semoga rezekinya diperlancar," ucap mas-mas tersebut tampak bahagia.

Bagi orang sederhana sepertinya, hal seperti ini merupakan kebahagiaan yang besar bagi mereka.

"Sama-sama, dan terimakasih juga do'anya," balas Rafa dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Sasa, dia perempuan yang cuek dan jutek, tapi sifat ramahnya hanya muncul di saat-saat tertentu, seperti saat ini. Berbeda dengan Rafa yang memang sejak dulu sangat dingin dan kaku. Dan berubah hanya jika pada Sasa saja, ia jadi manja dan cerewet.

Ada sih perempuan lain yang bisa membuat Rafa berbeda dari sifat dingin dan kakunya. Pada Ghea, perempuan yang ia anggap adik dan sekarang telah menjadi adik iparnya. Wanita yang selalu dilindungi anak-anak Antranos sejak masih sekolah.

Antranos? Itu nama geng motor yang dimasuki Rafa saat SMA, dan dipimpin oleh Zergio. Sekarang Antranos telah masuk generasi ke tiga. Dan diketuai Zain, adik Zergio.

Setelah membeli martabak, Rafa segera menjalankan mobilnya kembali menuju Apartement yang jaraknya sudah dekat.

Sasa begitu semangat dengan Martabak di tangannya. Bahkan saat sampai, wanita itu langsung mengambil minuman matcha di kulkas dan menyimpannya di atas meja ruang tengah Apartement. Setelah itu? Ia menyantapnya dengan wajah bahagia.

Rafa sendiri duduk selonjoran di sampingnya dan menatap wajah bahagia sang istri.

"Suka?"

Sasa mengangguk semangat. Dengan kembali menyuapkan martabak ke mulut, ia menyodorkan sepotong pada suaminya.

"Mau?"

Rafa mengangguk. Tapi ketika Sasa ingin menyuapi Rafa, pria itu malah menarik tengkuk Sasa dan mencium bibirnya.

Cup

Mata Sasa mengerjap dan melihat jika mata Rafa yang malah terpejam. Mata Sasa langsung membulat ketika lidah Rafa bergerak masuk ke mulutnya dan dengan lihainya memindahkan martabak yang baru disuapkan ke mulutnya tadi ke mulut pria itu sendiri.

Mulut Sasa sedikit terbuka ketika Rafa menjauh dengan mulut bergerak mengunyah martabak manis yang baru saja ia ambil dari mulut istrinya.

Plak

"Ck." Rafa berdecak ketika Sasa menggeplak pahanya. Entah sudah berapa kali pahanya digeplak oleh tangan mungil istrinya itu hari ini.

"Jorok ih! Bekasan aku itu," ketus Sasa tersadar dari shock nya.

Rafa malah berwajah flat. "Kamu yang nawarin."

"Ck, kan aku udah kasi kamu ini tadi," balas Sasa mengangkat potongan martabak di tangannya.

"Lebih enak dari mulut kamu," jawab Rafa tanpa dosa.

Sasa mendengus dengan lirkan sinisnya pada sang suami yang malah tenang sekali.

Rafa sedari sampai di Apartement tidak pernah sekalipun mengalihkan pandangan dari istrinya. Seolah wanita itu akan hilang jika ia melepaskan pandangan barang sedetik saja.

"Sini!" Sasa mengernyit ketika Rafa berucap demikian dengan tatapannya yang kian intens.

"Kenapa?"

"Nurut!"

Sasa mencebik. Tapi tak urung ia bergerak mendekat dan duduk di atas pangkuan Rafa dengan posisi menghadap sang suami.

Tentu saja begitu, karena jarak mereka memang sejak tadi sudah dekat. Jadi menurut Sasa, Rafa memintanya semakin dekat berarti menempel tanpa jarak, seperti posisi mereka sekarang.

Tangan Rafa tentu dengan cepat melingkari pinggang istrinya. Tapi rupanya Rafa bergerak turun dengan Sasa di gendongannya yang refleks semakin mengeratkan kedua kakinya yang melingkari pinggang Rafa.

Bukan hanya itu aja, mulut Rafa langsung meraup bibir istrinya dan melumatnya penuh semangat sembari berjalan memasuki kamar.

Tidak akan menabrak dinding, karena Rafa sudah menghafal jalan kemanapun di setiap sudut Apartemennya ini.

Sasa? Tentu saja ia terkejut. Tapi tak urung ia membalas ciuman Rafa. Hingga ia merasa punggungnya menyentuh kasur setelah mereka sampai di kamar.

Rafa melepaskan ciuman mereka. Menatap wajah istrinya dan memberikan kecupan berkali-kali di bibir yang menjadi candunya itu.

"Kenapa?" tanya Sasa agak terengah, karena Rafa yang habis menciumnya dengan tak santai.

"Minta jatah."

.

.

.

Hay Hay!

Yang suudzon sama si Natya, astaghfirullah. Tobatlah wahai Manusia🤣

Komenan kalian kurang banget sumpah. Diriku jdi malas up wkwk

Sebelumnya, aku mau nanya... Menurut kalian, penulisan cerita ini gimana? Jelas gak sih?
A

ku tuh takut ada sebagian yang gak paham atau rada gimana gitu.
Ada kekurangan gak? Pasti ada, jadi tolong bilang di sini ya, supaya penulisanku lebih baik lagi😙
Dan... Cara penjelasannya udah pas? Kalo ada yang kurang bilang ya, supaya lebih diperbaiki❤️

Btw kemaren tadinya aku kira bakal up karena udah ngetik chapter ini setengah. Tapi ternyata enggak selesai karena mood aku hancur wkwk

Akhir-akhir ini mood aku naik turun. Gampang emosi, bawaannya emosi. Sensitif banget, bahkan kalo di chat atau di DM yg gak aku suka pasti bawaannya kesel.

Kayanya perlu refreshing. Tapi mager😭
Ribet banget yah diriku ini🤣

Jadi kalian..... Yang sabar ya dengan diriku yang sangat moodyan ini wkwk

Sampai jumpa di chapter berikutnya, dan Jangan lupa jaga kesehatan. Love you guys❤️

.

Natya Zevallo

Bay bay!

.

11/08/21

Continue Reading

You'll Also Like

3.7M 287K 75
Chayyara, gadis itu harus kehilangan masa remajanya ketika takdir menggariskan Chayyara yang harus menikah dengan pria dingin, kekasih dari kakaknya...
3.5K 238 21
NOVEL TERJEMAHAN 精靈種田日記 Pengarang: Xi Ci Jiu Xi Tipe: Danmei Doujin Status: Selesai Pembaruan terakhir: 21 September 2020 Bab Terbaru: Bab 97 pengant...
1K 57 3
⚠️JANGAN SALAH LAPAK⚠️ INI LAPAK BXB/HOMO/GAY JADI YANG TIDAK MENYUKAINYA JANGAN MENCOBA MEMBACANYA!!!
1.3M 59.5K 52
Ini tentang hidup seorang Renata Anindira Mahardika. Seorang istri yang mendapat kekangan dari suaminya, Aksa Wiliam Mahardika. Renata harus selalu s...