Tentang RaSa |• [TERBIT]

By Helfy_an

1M 107K 34.6K

Terbit di PenerbitGalaxy *Part Lengkap SPIN OFF ZERGIO!!! (18+) Jadi orang ketiga? Oh tentu tidak. Sasa hanya... More

Prolog
RaSa |• 1
RaSa |• 2
RaSa |• 3
RaSa |• 4
RaSa |• 5
RaSa |• 6
RaSa |• 7 |17+
RaSa |• 8
RaSa |• 9
RaSa |• 10
RaSa |• 11
RaSa |• 12
RaSa |• 13
RaSa |• 14
RaSa |• 15
RaSa |• 16 | 18+
RaSa|• 17
RaSa |• 18
RaSa |• 19
RaSa |• 20
RaSa |• 21
RaSa |• 22
RaSa |• 23
RaSa |• 25
RaSa |• 26
RaSa |• 28
RaSa |• 29
RaSa |• 30
RaSa |• 31
RaSa |• 33
RaSa |• 34
RaSa |• 35
RaSa |• 36
RaSa |• 37
RaSa |• 38
RaSa |• 39
RaSa |• 40
RaSa |• 41
RaSa |• 42
RaSa |• 43
RaSa |• 44
RaSa |• 45
RaSa |• 46
RaSa |• 47
RaSa |• 48
RaSa |• 49
RaSa |• 50
RaSa |• 51
RaSa |• 52
RaSa |• 53 [END]
Epilog
TRaSa Lanjut ke?
Vote Cover
Spesial Chapter!

RaSa |• 24

15.6K 1.9K 623
By Helfy_an

Gimana kabarnya hari ini?
Siap dibuat baper sama Rafa dan Sasa? Hehe
Yok, silahkan dibaca dengan hati riang wkwk🔥

.

•••

Rafa dan Sasa masih berciuman dengan hikmat di dekat pantai. Tanpa memikirkan teman-teman mereka yang sedari tadi bersembunyi untuk menyaksikan.

"Kiss juga yuk, pengen ah," ajak Claretta pada Fano yang tengah menggendong putrinya.

"Gak ada malunya," sahut Alexa mencibir. Terlebih ketika melihat Fano yang mengecup bibir Claretta, membiarkan putrinya yang tengah ia gendong melihat.

"Diem! Jangan ganggu," ketus Riana dengan mata yang tak terlepas dari Rafa dan Sasa.

"Egra man---"

"OOM SAMA ANTE KOK GITU??!!"

Serempak, semua yang tengah bersembunyi itu langsung membolakan mata mereka terkejut. Begitupun Rafa dan Sasa yang langsung melepaskan tautan bibir mereka.

Ghea menatap Zergio yang malah pura-pura tak melihat sang istri.

"Kak Gio!! Egra kok gak dijagain?"

"Ya dia kabur. Kek tuyul sih, lincah," balas Zergio tak mau disalahkan.

Zegran atau Egra, anak pertama Zergio dan Ghea. Anak itu sudah nyempil masuk di tengah-tengah Rafa dan Sasa.

Zegran memeluk paha Sasa dan menatap Rafa sinis.

"Istipal Oom. Gak boleh gitu tau? Kata Oom Pano dosa nanti. Egla aja nyium Vael dilalang telus," oceh anak itu.

Sasa yang mendengar ucapan Zegran pun tertawa kecil. Gadis itu beralih menggendong Zegran dan memberikan kecupan di pipi anak itu.

Zegran memang tau jika Sasa adalah Bibinya. Saudari kembar ibunya. Zegran bisa membedakan mereka, meskipun wajah Sasa dan Ghea kembar identik.

"Ante jangan mau bibil na dicium. Kata Oom Pano, halalin dulu mas."

"Egraaaa," panggil Ghea setelah menyerahkan anak keduanya ke gendongan Zergio, suaminya.

Ghea mengambil alih Zegran dari gendongan Sasa, dan menatap bersalah pada Rafa yang hanya membalasnya dengan tersenyum kecil. Memaklumi.

"Turun gak? Udah gede masih digendong," cetus Zergio pada Zegran yang sontak bergerak ingin diturunkan dari gendongan sang ibu.

Setelah Ghea menurunkan Zegran, mereka ikut bergabung duduk di kursi yang lebih besar dibandingkan kursi-kursi lainnya.

Meskipun Rafa rada kesal karena kegiatannya diganggu. Tapi mau tak mau ia harus pasrah.

Kini ia bergabung bersama teman-temannya. Termasuk Dion yang juga ikutan.

Semua teman Rafa dan Sasa ada di sana. Mereka terbang ke Bali karena ingin menghadiri pernikahan Rafa dan Sasa yang rencananya memang akan dilaksanakan di Bali.

Zergio dan Ghea membawa dua anak mereka. Zegran dan Zena. Kemudian Fano, Claretta yang membawa Vaellyn, putri mereka. Serta Zain dan Alina yang juga membawa Aliza di tengah-tengah mereka.

Mereka menyusul Azka, Nanda, Vela, Agra, Angga, Riana, Bryan, serta Alexa yang sudah ke Bali lebih dulu. Mereka datang bersama Rafa setelah Zergio dan Rafa mengurus hal-hal yang diperlukan untuk pernikahan Rafa dan Sasa.

"Gimana nih? Berarti jadi kan, nikah," goda Riana menyenggol lengan Sasa yang wajahnya kini sudah memerah.

Sasa masih malu akan perlakuan Rafa, dan setelah mengetahui jika sebenarnya teman-temannya tengah mengintip untuk menyaksikan.

Berbeda dengan Rafa yang tetap diam dengan wajah flat nya. Tidak ada sama sekali raut wajah gugup atau salah tingkah. Bahkan tatapan haru dan kebahagiaannya tadi saat bersama Sasa pun tidak ia perlihatkan lagi.

Oh, tapi jangan lupakan jika tangan Sasa di bawah meja tengah digenggam erat oleh Rafa. Bahkan sesekali Rafa mengelusnya. Sungguh, Rafa begitu pandai mengontrol diri.

"Sasa nikahnya di Bali!!!" jerit Alexa heboh.

Sasa mengernyit kemudian menatap Rafa. "Kapan?" tanya gadis itu dengan sedikit berbisik.

Tangan Rafa yang lain terangkat untuk menyingkirkan anak rambut yang menghalangi wajah Sasa.

"Besok." Jawaban Rafa membuat Sasa kaget.

"Besok?!"

"Iya lah Sa! Lebih cepat lebih baik," sahut Vela yang tengah memangku Zena.

"Tapi...."

"Restu Bunda Rafa udah lo kantongin," celetuk Nanda santai, sembari memasukkan makanan ke mulut.

"Tapi Pap---"

"Papa sama Mama udah setuju. Kak Rafa udah ijin sama Papa. Meskipun kak Rafa gak ijin secara langsung, soalnya kan Papa sama Mama di Berlin. Mereka juga ga bisa hadir besok, soalnya Papa harus ke London. Terus kan Papa gak bisa jauh-jauh dari Mama. Jadi Mama ikut Papa."

Sasa langsung menatap Ghea yang baru saja menjelaskan panjang lebar dengan wajah lugunya. Membiarkan Zergio yang mengelus kepalanya gemas.

Sasa sedikit menunduk. Cukup sedih karena Tama dan Mafyra tidak akan menghadiri pernikahannya.

"Gak sabar gue neriakin kata Sah besok." Rafa hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Fano.

"Kalo urusan semua-muanyaaaa. Lo gak usah khawatir, semuanya udah siap," ucap Nanda ketika melihat wajah cemas Sasa.

"Siapa yang nyiapin?"

"Ya siapa lagi? Calon suami lo lah," sahut Vela santai.

"Gio yang bantu, eh kita-kita juga kali," tambah Agra.

"Jadi kalian semua udah tau tentang ini? Nan?" tanya Sasa beralih melototkan matanya pada Nanda.

Nanda cengengesan. "Iya hehe.... Makanya gue setuju waktu si Rafa ngasih tau gue alasan kenapa harus nyusulin lo dimari," terangnya santai.

"Gak liat nih, Gio sama yang lain bawa anak-anaknya. Kan mereka mau ngadirin nikahan lo."

Sasa beralih menatap Rafa yang setia berwajah tanpa ekspresi. Sasa tidak menyangka jika Rafa sengebet ini untuk menikahinya.

"Kamu nyiapin semuanya sehari?"

Rafa tak menjawab. Laki-laki itu malah mengajak Sasa berdiri dan langsung menarik tangannya ke tempat lain tanpa berpamitan.

"Mojok pasti," cibir Alexa melihat kepergian Rafa dan Sasa.

Sementara Rafa dan Sasa mengabaikan cibiran Alexa. Kini Rafa membawa Sasa ke tempat yang lebih sepi dengan tanpa melepas genggaman tangan mereka.

Mata Sasa kembali membulat ketika melihat pemandangan di depannya.
Terkesan sederhana, tapi sejujurnya sangat menyentuh.

"Raf---"

"Aku gak tau gimana caranya romantis. Tapi aku harap, kejutan ini bisa bikin kamu bahagia kaya cewe di luaran sana," ucap Rafa dengan wajah tenangnya.

Sasa tersenyum lebar. Dengan berani, ia menjinjitkan kakinya dan mengecup pipi Rafa.

"Makasih," ucap Sasa bahagia.

Sasa mengulum bibir menahan senyum. Jika saja sekarang tidak gelap, mungkin Sasa bisa melihat telinga Rafa yang memerah. Laki-laki itu jika salah tingkah memang tidak terlihat dari ekspresi dan gerak-geriknya. Melainkan dari telinganya yang akan langsung memerah.

Rafa terkekeh pelan. "Udah berani, hm?" desisnya sembari menoleh untuk menghadap Sasa.

Sasa hanya menggedikkan bahunya acuh tak acuh. Tapi ketika Rafa tiba-tiba merangkul pinggangnya dan membawanya ke pelukan laki-laki itu, Sasa seketika panik.

"Raf---"

"Kamu yang mancing," sela Rafa sebelum meraup bibir Sasa dengan penuh rasa bahagia.

Lagi, mereka berciuman. Kali ini Sasa melingkarkan lengannya ke leher Rafa. Menikmati dan membalas ciuman laki-laki itu.

Setelah beberapa menit, barulah Rafa melepaskan ketika merasa Sasa kehabisan nafas. Laki-laki itu mengelus bibir Sasa yang basah.

"Masih berani?" tanya Rafa dengan mengangkat sebelah alisnya.

Sasa merengut kesal dan meninju lengan Rafa pelan. "Udah ah. Ayo makan, laper," adu Sasa mengelus perutnya.

Rafa terkekeh. Pria itu beralih merangkul pundak Sasa dan membawanya untuk duduk di kursi yang sengaja ia siapkan.

"Matcha?" Sasa tersenyum lebar ketika melontarkan pertanyaan tersebut pada Rafa.

"Kesukaan kamu," balas Rafa datar. Dasar kaku.

Sasa terkekeh. Sejujurnya, Sasa begitu ingin tertawa jika Rafa berlaku romantis. Bukan Rafa sekali, pikrinya.

"Hari ini kamu romantis banget," ucap Sasa menyuarakan isi pikirannya.

"Dion bilang, kamu marah karena gak aku hubungin dari kemarin," jawab Rafa jujur.

Sasa mendengus. "Dion bakal dapat bagiannya nanti," tambah Rafa dengan mata tajamnya.

Sasa mengernyit. "buat?"

"Karena dia deket-deket kamu. Aku udah bilang sama dia, jaga jarak minimal 1 meter."

Jika kalian berpikir Rafa mengatakan itu dengan wajah kesal dan merajuknya, maka kalian salah. Rafa berbicara tetap dengan tenang dan wajah datar tanpa ekspresi.

Beruntung, Sasa sudah kebal. Ia sudah hafal seluk beluk sifat dan watak Rafa. Jadi meskipun Rafa berbicara dengan air muka seperti itu, Sasa tetap tau apa yang Rafa rasakan.

"Hm. Kasian Dion, dia cuma nurutin mau aku padahal."

"Resiko dia." Rafa meminum red wine yang disediakan khusus untuknya setelah mengatakan itu.

"Aku juga mau nyoba," celetuk Sasa menatap tertarik pada gelas Rafa.

"Besok kita nikah. Jangan minum alkohol," tolak Rafa berkilah.

"Lah? Kamu juga nikah. Bahkan kamu yang mau Ijab Kabul besok. Ngapain minum alkohol coba?" tuding Sasa dengan kening yang menukik tajam.

Rafa terkekeh. Ia menyimpan gelasnya dan beralih mengambil minuman dengan rasa matcha. Mengalah akan ucapan Sasa barusan yang seolah melarangnya minum red wine.

'Calon istri soalnya.'

Tangan Rafa beralih menggenggam tangan Sasa. "Setelah nikah, kamu akan terikat seumur hidup sama aku," ucapnya dalam.

"Oh ya?"

"Hm."

Sasa terkekeh pelan. Padahal Rafa hanya diam tanpa mengeluarkan ekspresi yang berarti. Tapi Sasa selalu dibuat bahagia, meskipun hanya dengan seperti itu.

Sasa memilih memakan makanan yang telah disiapkan di atas meja. Tak lupa mencicipi minuman matcha kesukaannya.

"Mau gak?" tawar Sasa menyodorkan makanannya.

Rafa tak menjawab, tapi laki-laki itu bergerak memajukan wajahnya dan membuka mulut. Menandakan jika ia ingin disuapi.

Sasa tersenyum tipis sebelum menyuapi Rafa dengan sendok yang sama. Ternyata tidak itu saja, Rafa juga menyendok kan makanannya pada Sasa.

"Gantian?"

"Hm."

Sendok makanan milik Rafa masuk sempurna di mulut Sasa setelah laki-laki itu bergumam menjawab pertanyaan gadisnya.

Ah, gadisnya? Cocok bukan? Dan sebentar lagi akan menjadi istrinya.

"Jadi gak sabar," gumam Rafa tanpa sadar.

"Hah?" Rafa mengerjakan matanya saat Sasa membeo.

"Gak," jawab Rafa mengelak.

"Apa sih?"

"Enggak. Makan!" titah Rafa mengalihkan.

Sasa menggedikkan bahunya acuh tak acuh. Kemudian kembali fokus dengan makanannya. Sesekali ia menyuapi Rafa yang memang meminta.

Selang beberapa menit, mereka telah menyelesaikan makannya. Salah seorang pelayan tiba-tiba datang dan membereskan meja mereka. Menyisahkan bunga dan lilin di atasnya.

Setelah pelayan itu pergi, tangan Rafa bergerak menggenggam tangan Sasa. Jarinya menyentuh cincin yang tersemat indah di jari manis gadis itu.

Senyum lagi-lagi merekah di wajahnya. Mengingat bagaimana saat tadi Sasa menjawab lamarannya dengan tangis haru.

"Makasih," ucap Rafa tiba-tiba.

"Hm?"

"Makasih udah nerima aku," ucap Rafa memperjelas. Matanya menatap mata Sasa dengan begitu intens.

"Aku juga mau bilang makasih." Ucapan Sasa membuat Rafa mengernyit.

"Buat?"

"Kamu udah nepatin janji. Kamu bilang mau lamar aku setelah kita selesai ngejar pendidikan," terang Sasa menjelaskan.

"Tapi aku udah buat kamu kece---"

"Untuk sekarang. Gak usah mikirin yang lain. Aku cuma pengen, hubungan kita jalan tanpa bayang-bayang perjodohan kamu sama dia," sela Sasa. Gadis itu bahkan enggan menyebut nama Syela.

Rafa menunduk untuk mengecup tangan Sasa yang ia bawa ke bibirnya. Sedangkan matanya tak pernah ia alihkan dari mata gadis itu.

"Kita nikah, punya anak, dan keluarga kecil kita bahagia. Gitu kan Sa?"

Sasa mengangguk cepat. "Harus dong."

"Aku mau anak banyak."

Sasa tertawa pelan ketika mendengar ucapan Rafa. Laki-laki itu begitu serius mengatakan. Lihatlah keningnya yang sedikit mengerut, seolah otaknya itu tengah berpikir keras.

"Banyak maunya," cibir Sasa.

"Gapapa. Kalo udah halal, mau ngapain aja kita dapat pahala," bela Rafa.

"Ada-ada aja kamu Raf." Sasa tertawa sembari menggeleng-gelengkan kepalanya pelan. Pembahasan mereka sudah absurd sekali rasanya.

Rafa tersenyum ketika melihat tawa bahagia Sasa.

"Aku temenin Syela kemarin. Cuma sebagai bentuk ngerasa bersalah," ucap Rafa kembali serius.

Rafa tau jika tujuan Sasa memanas-manasinya kemarin karena gadis itu melihat Story WhatsApp Syela. Padahal sejujurnya, Rafa hanya dua jam menemani gadis itu, karena setelahnya ia pulang.

Rafa perlu menyiapkan banyak hal bersama Zergio untuk pernikahannya yang akan ia laksanakan besok. Di Bali.

Kenapa di Bali? Karena dengan di tempat itu, Rafa setidaknya bisa menggelar pernikahan impian untuk Sasa. Karena jika di Jakarta, mungkin mereka akan kesulitan. Apalagi status Rafa yang sebagai tunangan Syela.

Meskipun Rafa harus menelan kekecewaan jika Bundanya tidak bisa hadir.

Saat itu....

"Rafa perlu restu Bunda buat nikah sama Sasa, meskipun masalah ini belum selesai."

Dela terdiam setelah mendengar ucapan Rafa. Wanita itu menatap putranya khawatir.

"Rafa... Bunda gak masalah sama hubungan kamu. Tapi pernikahan itu bukan main-main nak."

"Maka dari itu Rafa perlu restu Bunda."

Dela menghela nafas pelan. "Bunda cuma takut. Hubungan kamu sama Sasa bakal tambah rumit kalo masuk ke jenjang pernikahan. Kalian berdua siap kan?"

Rafa tersenyum tipis. Laki-laki itu beralih mengecup tangan Dela.

"Bunda, setelah Rafa ngajak Sasa kembali ngejalin hubungan di belakang Syela. Itu udah jadi langkah awal. Serumit apapun hubungan kita nanti, Rafa yakin, kita pasti berhasil."

Dela tersenyum dengan mata berkaca-kaca. "Maafin Bunda sama Papa kamu ya nak?"

Rafa tersenyum sembari menyeka setitik air mata yang jatuh ke pipi sang bunda. "Bunda sama Papa orang tua Rafa. Pengorbanan kalian lebih banyak."

"Tapi----"

"Bunda harus yakin sama Rafa. Pernikahan Rafa sama Sasa perlu restu dan do'a dari bunda."

Dela tertawa pelan. "Sejak dulu, Sasa udah jadi calon mantu idaman bunda. Jadi nikahin dia secepatnya, bunda gak mau ya kalian lepas kendali," ucap Dela diselingi sedikit candaan.

Rafa tersenyum. "Makasih Bun. Rafa sayang Bunda."

Dela tak menjawab. Tapi wanita itu memeluk Rafa dengan air mata bercucuran. Terharu sekaligus sedih dengan kepelikan hidup putranya itu.

"Berjuang sedikit lagi ya? Sampein pesan Bunda ke calon istri kamu, karena bunda gak bisa hadir di nikahan kalian. Papa kamu butuh bunda."

Rafa tersenyum mengingat pembicaraannya dengan Dela ketika di rumah sakit. Hal itu membuat Sasa memicingkan mata curiga.

"Ngapain kamu senyum-senyum? Setelah nyebut nama Syela lagi. Mikirin dia?" tuding Sasa beruntun.

Rafa tersadar. Laki-laki itu beralih menatap Sasa dan mengangkat tangannya untuk mengelus pipi gadis, seperti kebiasaannya.

"Kata Bunda, sampein pesan dia ke calon istri aku, katanya kita berjuang dikit lagi, dia juga gak bisa hadir besok karena harus jagain Papa," ucap Rafa yang tidak menjawab tuduhan Sasa.

"H-ha? Bunda?"

"Hm." Rafa mengacak-acak rambut Sasa. Gemas dengan berbagai macam ekspresi gadis itu.

"Ck, Rafa," keluh Sasa menjauhkan tangan Rafa dari puncak kepalanya dan membawa tangan itu ke pipinya. "Bagusan ngelus ini," ucap gadis itu tersenyum.

Rafa terkekeh. Ia beralih mencondongkan wajahnya dan mengecup pipi Sasa cepat.

"Gak sabar besok," ucap Rafa mengabaikan wajah Sasa yang sudah memerah.

"Raaaf---"

"Iya sayang?"

"Ck, apaan sih?!" ketus Sasa jutek. Gadis itu mengalihkan pandangannya ke pantai. Tak ingin melihat wajah Rafa yang membuatnya salah tingkah.

"Gantengan aku dari pada air itu," gumam Rafa dengan wajah flat khasnya.

"Lebih ganteng suami aku nanti," balas Sasa bergumam pelan. Berpikir jika Rafa tidak mendengar gumaman nya.

"Besok aku jadi suami kamu. Jadi aku ganteng."

.

.

.

Gimana sama chapter ini?

Semoga apapun yang aku ketik bisa menghibur kalian semua:)

Untuk baby tuyul entah kapan aku up. Aku ngetiknya nyuri jadwal atau pas mood doang. Jadi up nya gak nentu wkwk

Kalian harus siap dengan chapter ke depannya.
Siap dibuat baper maksudnya 😭🤣🔥

Ayo promosoin cerita ini wkwk. Semoga cerita ini selesai dengan cepat. Aamiin

Vote dan komenan kalian kurang. Besok mungkin ga up dulu. Jadi sabar lagi yah...

Bay bay!
Jangan lupa jaga kesehatan🥺
Makasih juga yang do'a dan ngingetin aku supaya jaga kesehatan, maaf gak bisa balas. Tapi komenan kalian selalu aku liat, sebagai pengubah mood aku jad baik lagi sekaligus penambah semangat😭
Makasih banyak♥️♥️

Jangan bosen-bosen sama karya aku ya♥️

Sampai jumpa di chapter selanjutnya

.

27/07/21

Continue Reading

You'll Also Like

96.1K 8.7K 30
Ketika laki-laki kriminal tak berperasaan itu akhirnya jatuh cinta. ⚠️ 17+ ⚠️ Mengandung banyak kata kasar dan adegan kekerasan ⚠️ Tidak tersedia unt...
1.8M 9.8K 6
Blurb : Romantisme nikah muda. Tentang bagaimana manisnya rumah tangga Kelvin Pradijaya dan Raisya Katarina. Tapi sayangnya seseorang dari masa lalu...
97.3K 8.4K 36
"Dia hebat, ya. Bisa membuat hidupku kelabu, namun juga bisa membuat hidupku berwarna" ©innerale August 2018 May 2020 [Revisi]
100K 7K 44
Ini yang terjadi pada Mekar, gadis sebatang kara yang menjadi korban pemerkosaan. Awalnya Mekar ingin melupakan kejadian itu. Namun, masalah hidupnya...