Lotus Perak

By limahlizy

11.7K 2K 212

Genre Romance Wuxia ❀ Murni karya imajinasi sendiri [BUKAN NOVEL TERJEMAHAN] *Wajib Follow terlebih dahulu! ... More

PROLOG
#01. Awal Pertumpahan Darah..
#02. Siapa Shangguan Zhao??
#03. Janji dan Sumpah!
#04. Memulai Tujuan..
#05. Pemuda yang aneh!
#06. Diakah Orangnya?!!
#07. Suasana Baru..
#08. Rasa Trauma..
#09. Seni Bela Diri..
#10. Identitasku..
#11. Anggur Penenang..
#12. Festival Lampion..
#13. Tes Uji Pertarungan..
#14. Rencana Serangan..
#15. Emosional..
#16. Kebencian Mendalam..
#17. Ungkapan Cinta?
#18. Pertolongan Li heeng..
#19. Plakat Klan Lin..
#20. Kepercayaan..
#21. Misi di Desa Naogui..
#22. Ilusi Misterius..
#23. Kebenaran Masa Lalu..
#24. Serangan Changyi..
#25. Nafas Buatan..
#26. Roh Ganas..
#27. Pengorbanan Zhishu..
#28. Rasa Bersalah..
#29. Kesedihan Mendalam..
#30. Tekad Li heeng..
#31. Hal Mengganjal..
#32. Rambut Putih?
#33. Janji Anming..
#35. Perasaan Berlebihan...
#36. Ketidakberdayaan..
#37. Kejutan dari Xulan..
#38. Ilmu Memanah..
#39. Firasat Aneh..
#40. Penyesalan Terbesar..
#41. Hubungan Berakhir..
#42. Melupakan..
#43. Lentera Lucu..
#44. Pertemuan & Benci.. πŸ”ž
#45. Rencana Gagal.. πŸ”ž
#46. Rasa Penasaran..
#47. Timbul Kerinduan..
#48. Luka Lama..
#49. Segel Daerah..
#50. Tolakan.. πŸ”ž
#51. Simbol Bintang Emas..
#52. Perlahan Terjawab..
#53. WΗ’ Γ i nǐ - ζˆ‘ηˆ±δ½  ❀
#54. Tertangkap.. πŸ”ž
#55. Jinxu cang Agung..
#56. Tolong Aku, Xulan..
#57. Sikap Perhatianmu..
#58. Aku Di Sini, Li heeng..
#59. Dewi Keabadian..
#60. Sebuah Perjodohan..
#61. Pernyataan Cinta..
#62. Luka Yang Tak Seberapa..
#63. Sebuah Lamaran..
#64. Tuan Putri Chonzue..
#65. Pertemuan Yang Asing..
#67. Kau Pengkhianat..
#68. Aku Mencintaimu..

#34. Sampai Jumpa..

106 22 1
By limahlizy

Song rekommend : Once Upon a Time OST- Na Ying (那英). 🎵🎶

......

Di sebuah taman dekat kolam yang ada di perguruan Fungyao, Feng xi menatap wajah Fu rong dengan tatapan aneh. Tentu Fu rong bingung melihatnya dan berpikir apa yang ingin Feng xi lakukan padanya?

"Ada apa? kenapa kau membawaku kemari?"

"Apa kau sudah menghias guci itu?"

"Belum, tapi guci itu sudah kering, nanti aku akan menghiasnya dan sekarang aku mengantarkan kue bulan buatan Li heeng untukmu"

"Fu rong, aku menyukaimu" ucap Feng xi dengan tiba-tiba.

Tatapan Fu rong seketika berubah tegang dan melotot padanya. Feng xi menggenggam kedua tangan Fu rong dan menunggu jawaban darinya.

"Feng xi, a-aku tidak mengerti maksudmu" ujar Fu rong gugup.

"Sejak awal aku sudah menyukaimu, aku jatuh cinta padamu, maukah kau menjadi gadis yang siap singgah di hatiku?" ujar Feng xi. Tangan Fu rong mendadak tremor dan melepas genggaman Feng xi sembari mundur satu langkah.

"A-aku, aku tidak tau harus menjawab apa."

"Ya, atau tidak?" tanya Feng xi.

Saat Fu rong bingung memikirkan ucapan Feng xi tersebut, tiba-tiba saja Feng xi mendekat dan langsung mencium bibir Fu rong. Ia juga memeluk erat tubuh Fu rong di pelukannya. Fu rong terkejut diam dan tubuhnya mendadak kaku. Kemudian Feng xi melepaskan pelukannya itu dan menatap Fu rong dengan tatapan yang lembut.

"Izinkan aku untuk selalu ada di sampingmu, bersamamu dan menjagamu dimana pun kau berada" ucap Feng xi.

Fu rong menatap kedua matanya dan melihat keseriusan yang Feng xi tunjukkan, lalu ia tersenyum dan menganggukan kepalanya sebagai tanda menerima ungkapan cintanya. Feng xi sangat bahagia dan kembali memeluk Fu rong dengan erat.

Di kediaman Shangguan Zhao, ia tengah menatap kue bulan dari Li heeng namun, raut wajahnya sangat datar dan ia khawatir memikirkan bagaimana nasib Li heeng kedepannya. Di samping itu, Anming berusaha mengumpulkan keberanian untuk bisa menyampaikan permasalahannya pada Li heeng, akan tetapi, rasa khawatir Anming mendadak muncul dan cemas memikirkan bagaimana tanggapan Li heeng nanti.

Langkah kakinya pun sangat lambat seolah ada belenggu yang menahannya. Sampainya di kediaman Li heeng, ia menatap suasana sekelilingnya. Saat itu Li heeng tengah sibuk menyusun rapi semua barangnya. Ia menata dengan sangat cantik, bahkan senyuman di bibirnya tak pernah pudar sama sekali, lalu ia menyadari ada seseorang yang datang dan segera pergi melihatnya.

Saat Anming bingung mencari keberadaanya, Li heeng pun muncul, "Anming?" Li heeng memanggilnya dengan senyuman yang hangat. Anming menolehkan kepalanya dan menatap ke arah Li heeng. kemudian, Li heeng mendekat ke hadapannya sambil membawa pot yang ingin ia tunjukkan.

"Anming, potnya sudah kering, aku sudah menyiapkan semuanya di sana, ayo ikut denganku!" ujar Li heeng menggandeng tangan Anming namun Anming hanya diam dan tidak bergerak sama sekali. Li heeng bingung dan kembali menatapnya.

"Ada apa Anming?" ujar Li heeng menyadari raut wajar Anming terlihat murung.

"Li heeng, ada satu hal penting yang ingin kusampaikan padamu" ujar Anming.

"Ada apa Anming? semua baik-baik sajakan?" ujar Li heeng khawatir.

"Semua tidak baik-baik saja Li heeng" ujar Anming menunjukkan raut wajah sedih dan Li heeng terkejut sembari memperhatikan Anming dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Apa ada yang terluka? apa kau  sedang sakit? mana yang sakit?" tanya Li heeng panik.

"Bukan aku, tapi pamanku"

"A-apa yang terjadi pada pamanmu?"

"Li heeng, kemarin aku menerima pesan dari paman, dan ia mengatakan jika dirinya tengah sakit keras,"

"Lalu?"

"Sore ini aku akan kembali ke Gunshang" ucapan Anming membuat Li heeng terkejut dan pot yang ada di tangannya jatuh ke permukaan tanah. Anming langsung berjongok dan mengambil pot itu. Tatapan Li heeng pun berubah berkaca-kaca.

"K-kau, akan kembali ke Gunshang?"

"Iya Li heeng, dan aku juga tidak tau kapan kembali ke sini" ujar Anming lalu menggenggam tangan Li heeng. "Percayalah padaku, aku pasti segera kembali, maukah kau menungguku?" sambungnya.

Li heeng nampak tegang dan melepas genggaman Anming. Ia memalingkan wajahnya sembari mengedipkan matanya yang mulai berlinang air mata, lalu ia kembali tersenyum di hadapan Anming.

"Eum.. aku tidak mungkin melarangmu Anming" ujar Li heeng tersenyum meski terpaksa.

"Li heeng, tapi kenapa raut wajahmu seolah tak mengizinkan aku pergi?"

"Ah tidak, mana ada aku seperti itu, pergilah.. pamanmu pasti menunggumu"

"Percayalah padaku, secepatnya aku akan kembali lagi ke sini. Setelah semua permasalahan di Gunshang selesai, aku akan datang menemui" ujar Anming. 

"........" suasana di antara mereka berdua berubah hening sejenak. 

"Anming, bagaimana jika nanti kau tidak kembali?" ujar Li heeng membuat Anming terkejut mendengar ucapannya.

"Apa maksudmu Li heeng?" ujar Anming.

Li heeng mengatakan itu padanya karena ia merasa takut dan tiba-tiba saja terpikirkan akan hal itu yang memenuhi pikirannya. Kegelisahan mulai timbul dan menjadikan itu sebagai pengendali dirinya.

"Bagimana jika kau tidak kembali?" ujar Li heeng tanpa sadar meneteskan air mata. Anming merasa sangat sedih dan tidak tega melihatnya.

"Kumohon jangan menangis" ucapnya sambil menyeka air mata Li heeng, "Tidak mungkin aku meninggalkanmu, aku sudah berjanji akan selalu bersamamu dan selain menyelesaikan masalah di Gunshang, aku juga akan memberitahu paman tentangmu, tentang hubungan kita" ujar Anming.

"Terasa berat bagiku mengizinkan mu pergi, tapi aku sadar, aku tidak boleh egois" ujar Li heeng menunduk sedih dan Anming langsung memeluknya.

"Kumohon, jangan berpikiran hal aneh tentangku, lagi pula cincin itu masih ada di jarimu dan seandainya aku tidak juga kembali, kau bisa datang menemuiku ke Gunshang" ujar Anming tersenyum.

"Baiklah, aku selalu percaya padanmu" ujar Li heeng.

"Sore ini aku akan pergi. Maaf, tidak bisa menghias pot ini denganmu" ujar Anming dan Li heeng mengangguk.

Anming mengusap lembut pipi Li heeng dan merasa sangat berat hati untuk meninggalkannya, lalu ia meletakkan pot itu di genggaman Li heeng.

"Aku harus segera kembali ke kediamanku untuk mempersiapkan keberangkatanku" ujar Anming lalu melangkah pergi dari situ dan ia pergi dengan air mata yang jatuh membasahi pipinya.

Li heeng kembali meneteskan air matanya melihat Anming akan pergi. Entah berapa lama, atau sesulit apa masalah yang akan Anming selesaikan namun, rasa khawatir dan firasat buruk seolah mengedalikan pikiran Li heeng.

Li heeng menunduk dan menatap cincin yang terpasang erat di jari manisnya, "Cepat kembali Anming" batinnya.

Usai merapikan beberapa barangnya yang tak terlalu banyak, Anming segera keluar dari kediamannya. Di luar kediaman itu, Wuyao dan Feng xi sudah menunggu. Anming tersenyum sembari mendekat ke hadapan mereka berdua.

"Aku akan pergi, jaga diri kalian baik-baik, semoga tidak terjadi hal buruk lagi di perguruan ini selama aku pergi" ujar Anming sambil memegang bahu mereka berdua.

"Kau berjanji akan cepat kembali, aku tidak mau tau! kau harus segera kembali!" tegas Feng xi lalu menunjukkan raut wajah meweknya.

"Iya Anming, cepat selesaikan masalahmu dan kembalilah pada kami" ujar Wuyao.

"Tenang saja, aku akan segera kembali" ujar Anming.

"Hhh.. padahal aku ingin mentraktir kalian makan, tapi kau malah pergi" ujar Feng xi memalingkan wajahnya.

"Tunggu dulu. Jangan bilang kau sudah mengungkapkan perasaanmu pada Fu rong? hah?" ujar Anming sambil menyenggol lengan Feng xi.

"Pufft.. iya Anming, saat ini hatinya tengah berbunga-bunga" ujar Wuyao.

"Selamat Feng xi, mulai sekarang jaga dan lindungi Fu rong, kau mengerti?" pinta Anming.

"Iya! aku paham!" ujar Feng xi.

"Baiklah, sampai jumpa" ujar Anming kemudian pergi menemui Shangguan Zhao. Rupanya di sana juga ada ketua perguruan Fungyao dan guru Gaoxu.

"Guru? Anming ingin berpamitan" ucapnya menunduk hormat.

"Semoga perjalananmu lancar, jika ada masalah serius, jangan lupa beri kabar pada kami" ujar guru Gaoxu.

"Anming? kami selalu menunggumu, dan gebang perguruan Fungyao akan selalu terbuka untukmu" ujar ketua Fungyao.

Anming menganggukkan kepalanya kemudian Shangguan Zhao mengantarnya sampai ke depan gerbang utama perguruan Fungyao.

"Apa kau sudah beritahu keberangkatan mu ini pada Li heeng??"

"Sudah guru"

"Bagaimana tanggapannya?"

"Hhh.. aku jadi merasa bersalah karena dia terlihat sedih, tapi aku meyakinkannya kalau aku akan segera kembali dan mungkin.. ini menjadi cara untukku  memberitahukan paman tentang hubunganku dengannya"

"Baiklah, aku percaya padamu. Tapi.. dulu aku pernah ragu padamu, apalagi tentang keterlibatan mu dalam kehidupan Li heeng, tapi aku mencoba percaya setelah melihat tindakanmu yang selalu membela dan ada untuknya, semoga kau bisa menepati janjimu"

"Guru tak perlu khawatir, aku akan menepati janjiku, guru? kumohon jaga Li heeng sebentar untukku" ujar Anming dan Shangguan Zhao menganggukkan kepalanya. Anming pun tersenyum dan melangkah pergi ke luar gerbang Fungyao itu.

"Anming? Li heeng memiliki masa lalu yang sangat sulit, bahkan hatinya telah di patahkan sekali dengan kematian keluarganya. Kuharap kau orang yang tepat dan tidak akan pernah mempermainkannya" batin Shangguan Zhao sambil menatapnya yang tengah pergi, lalu ia kembali menuju kediamanya. Saat hendak kembali, Shangguan Zhao melihat Li heeng berlari keluar gerbang dengan terburu-buru.

Shangguan Zhao mengehal nafas panjang dengan rasa cemas. Li heeng berlari dengan sangat kencang sambil menggenggam sebuah kotak bekal dari kayu yang ada di tangannya.

"Anming!!!" teriak Li heeng dan Anming langsung menolehkan kepalanya. Li heeng mendekat ke hadapannya dengan nafas yang terenggah-enggah.

"Tolong bawa ini" ujar Li heeng memberikan kotak makanan dari kayu tersebut.

Anming menerimanya dan tersenyum, "Terima kasih"

"Jangan lupa makan kue bulan buatanku ini" ujar Li heeng merasa sangat berat untuk bisa tersenyum di hadapannya.

Anming mendekat, kemudian memegang tengkuk leher Li heeng dan mengecup dahinya. Hati Li heeng seolah bergetar dan takut Anming melepas kecupannya. Anming kembali menatapnya dan menyentuh pipi kiri Li heeng, "Tunggu aku" ucap Anming dan Li heeng menganggukkan kepalanya.

"Sampai jumpa.." Anming berbalik dan pergi dari hadapan Li heeng. Kedua tangan Li heeng seolah ingin meraih Anming dan tak mengizinkannya pergi namun, ia mencoba kuat dan kembali masuk ke perguruan Fungyao. Saat berjalan pergi, Anming menyentuh dadanya dan merasakan sesak yang menyakitkan, ia mencoba mengatur nafasnya dan kembali melanjutkan perjalanannya. Sedangkan Li heeng berlari ke kediamannya dengan berlinang air mata.

Sampainya di aula (gazebo), Li heeng meletakkan kepalanya di atas meja dan menutup wajahnya. "Hiks!! hiks!!" tangisan Li heeng pun pecah kemudian ia menatap semua hidangan dan juga peralatan yang sudah ia siapkan, semua terlihat sia-sia.

Saat itu Fu rong hendak menemui Li heeng untuk menyampaikan kabar ungkapan cinta dari Feng xi namun, tiba-tiba langkahnya di halangi oleh Feng xi.

"Feng xi? kenapa kau menghadangku? aku mau menemui Li heeng"

"Jangan sekarang"

"Ada apa? kau aneh sekali!" ujar Fu rong bingung.

"Ikut denganku" ujar Feng xi membawanya pergi.

Li heeng menangis sesenggukan kemudian menggenggam kuas dan mulai mewarnai pot itu dengan tangan yang  gemetar. Ia seolah memaksakan diri namun pikirannya tetap tidak fokus melakukan kegiatannya itu.

"Hhhh… ada apa denganku? Anming hanya pergi sebentar, kenapa aku jadi seperti ini?" ucapnya.
.

Di sebuah perbatasan, datang salah satu prajurid yang langsung membungkuk di hadapan Jinxu cang. Prajurid itu menyampaikan kabar jika wilayah perbatasan sudah dalam kendalinya. Semua prajurid dan mentri yang mengatur di wilayah itu telah menyerahkan dan menjadikan Jinxu cang sebagai pengelola keseluruhan.

"Bagus sekali." ucap Jinxu cang tersenyum.

Di istana, Xue luan terheran melihat Jinhou hanya keliling mondar-mandir tidak jelas.

"Kenapa kau mondar-mandir begitu?" tegur Xue luan sembari bersiap-siap.

"Em.. bukan apa-apa, aku hanya penasaran, apa yang di lakukan yang mulia Jinxu cang di perbatasan" ujar Jinhou.

"Sudah pasti kakak melakukan pengecekan rutin di sana, memangnya apa yang ada di pikiranmu itu?" ujar Xue luan heran.

"Oh! tidak ada Kaisar" ujar Jinhou.

"Aku akan pergi keluar sebentar, tolong awasi istana ini" ujar Xue luan.

"Baik Kaisar" ujar Jinhou sambil menatap Xue luan yang tengah pergi.

"Kira-kira, rencana apa lagi yang Changyi lakukan sekarang?" batin Jinhou gelisah.

......

Feng xi membawa Fu rong ke sebuah taman di perguruan Fungyao, kemudian Fu rong melepas genggaman Feng xi tersebut dan marah padanya.

"Feng xi!! kau mau membawaku kemana? aku mau menemui Li heeng!!" ketus Fu rong.

"Hhhh.. dengarkan aku Fu rong, saat ini Li heeng tengah sedih, mungkin moodnya sedang kacau, jadi sekarang jangan ganggu dia dulu" ujar Feng xi.

"Hah? memangnya ada apa?" ujar Fu rong bingung.

"Itu karena Anming baru saja kembali ke Gunshang" ujar Feng xi membuat Fu rong terkejut.

"Apa!! Anming? kembali ke Gunshang, mengapa?!" ujar Fu rong baru mengetahui hal itu.

"Ada beberapa hal yang harus dia selesaikan di sana, tapi dia janji akan segera kembali, cuman…" ujar Feng xi lalu kembali diam.

"Beberapa hari kedepan dia pasti akan kesepian, hhh.. baiklah, biarkan dia memiliki waktu untuk sendiri" ujar Fu rong.
.
.
.
.
.

Bersambung...
Please.. vote & follow juga ya.. 🙏💕
Klik bintang di bawah ini
👇👇👇

Continue Reading

You'll Also Like

Back to the Past? By Xzvy

Historical Fiction

3.3M 262K 79
⚠️WARNING TYPO BERTEBARAN!! DIPERHATIKAN DALAM MEMBACA!⚠️ Evlleca Amoure Blean. Putri seorang Kaisar yang balik kemasa lalu untuk mengubah seluruh ki...
KASHMIR By B.O.SπŸš€

Historical Fiction

381K 24.9K 121
Menjadi pengantin dari kerajaan yang wilayahnya telah ditaklukkan bukanlah keinginanku. Lantas bagaimana jika kerajaan yang aku masuki ini belum memi...
6M 475K 70
Olivia, seorang mahasiswi tingkat tiga meninggal akibat tertabrak mobil saat dalam perjalanan pulang ke rumah untuk merayakan ulang tahun adik nya...
28.1K 5.9K 9
Sebagai gadis malas yang lebih suka duduk bahkan jika disuruh berdiri, Serayu merasa aturan wanita bangsawan tidak cocok untuknya. Karena itu, ketika...