Awakening - Sixth Sense

By vikrama_nirwasita

38.4K 3.1K 202

Awakening : Sixth Sense "Mereka" yang lebih dikenal dengan sebutan hantu, setan, jin, roh, makhluk halus dan... More

1. Pertemuan Pertama
2. Mimpi yang Aneh
3. Kesurupan Massal
4. Warna Merah
5. Hilang Kesadaran
6. Salah Tingkah
7. Wanita yang Berdiri di Sudut Kelas
8. Sebuah Awal
9. Pelet
10. Konfrontasi
11. Menjalani Kehidupan Kampus
12. Menikmati Momen yang Langka
13. Pilihan
14. Genderuwo
15. Film India
16. Teman Baru
17. Tengah Malam
18. Memori yang Indah
19. Cubitan Manja
20. Dominasi
21. Bukan Siapa-Siapa
22. Perasaan Kacau
23. Melissa
24. Maaf
25. Playboy
26. Tapi Bohong
27. Mobil yang Bergoyang
28. Truth or Dare
29. Tertawa Terbahak-bahak
30. Pembuktian
31. Pengakuan
32. Mimpi Buruk
33. Menikmati
34. Penyesalan
35. Kopi Darat
36. Terjatuh
37. Pulang
38. Makhluk yang Bersimbah Darah
39. Bungkusan Hitam
40. Pengalaman Putra
41. Firasat Buruk
42. Pulang ke Kost
43. Terkejut
44. Ancaman
45. Cerita Dibalik Rara
47. Hadiah
48. Rencana
49. Eksperimen
50. Titipan Eyang
51. Kecil
52. Penangkapan
53. Merek Baju
54. Drama
55. Pesan Singkat
56. Nadia
57. Hujan
58. Pesugihan
59. Hilang
60. Kolam
61. Kerjasama
62. Perang
63. Pengorbanan
64. Kisah Putra
65. Jatuhu
66. Awakening
67. Kabar Buruk
68. Raga Sukma
69. Perpisahan <END>

46. Kurang Tahan Lama

406 33 1
By vikrama_nirwasita

Terdengar suara pintu terbuka, Rara pun masuk ke dalam kamar lalu berkata, "Mereka udah pulang, Mel. Mereka habis dikeroyok sama orang gak dikenal tadinya."

"Kok aneh ya ... emangnya lo ga kenal sama yang ngeroyok mereka, Ra?" tanya Melissa.

Rara menggeleng lalu berkata, "Gua gak sempet liat, soalnya yang ngeroyok mereka udah keburu kabur duluan, Mel."

Melissa mengernyitkan dahinya lalu berkata, "Mereka punya masalah apa ya, kok bisa sampe dikeroyok gitu?"

Mendengar ucapan Melissa, aku juga mulai berpikir akan kemungkinan yang terjadi di antara mereka berdua dengan komplotan David. Setelah berpikir sejenak, aku pun langsung spontan bertanya kepada Rara.

"Sorry nih, kalo boleh nanya, apa lo tau tentang cewek lain yang dijebak mereka berdua?" tanyaku ke Rara.

Rara melirikku lalu menjawab dengan suara pelan, "Selama ini, kayaknya gue pernah liat empat atau lima cewek yang kemungkinan jadi korban Dipa sama Yudha."

Aku mulai berspekulasi di pikiranku, jika dipikir-pikir, dari reaksi David yang seagresif itu, sepertinya salah satu wanita yang dekat dengannya telah menjadi korban dari kedua pria itu. Tapi tidak menutup kemungkinan dia memiliki masalah yang lain dengan mereka berdua. Jadi aku berpikir untuk mencoba mengulik informasi tentang masalah David yang sebenarnya.

"Emangnya kenapa, Ram?" tanya Melissa dengan raut wajah penasaran.

Begitu juga dengan Rara yang ikut memandangku layaknya sedang bertanya-tanya.

"Gua kenal sama salah satu orang yang mukulin mereka tadi," ucapku dengan datar.

"Kok bisa, Ram? Emangnya dia itu siapa?" tanya Melissa bertubi-tubi secara spontan.

"Namanya David, dulu gua sempat bermasalah sama dia."

"Bermasalah ...." Tampak ekspresi ragu di wajah Melissa. Sesaat kemudian, lalu dia bertanya dengan nada yang berhati-hati, "Emang kamu ada masalah apa sama dia, Ram?"

"Sebenarnya dia itu mantannya kak Riska. Jadi dulu gara-gara bantuin kak Riska, aku sempat berantem sama dia dan temen-temennya.," jelasku.

Melissa dan Riska pun terdiam saat mendengar penjelasanku. Sepertinya mereka masih mencoba menelaah dan memahami konflik yang terjadi di antara David dengan Dipa dan Yudha.

"Mungkin untuk saat ini, gua mau cari tau dulu, sebenarnya apa masalah mereka, Mel. Mungkin dari situ ada petunjuk yang bisa ngebantu situasi dari Rara sekarang," ucapku.

"Iya, Ram. Semoga masalah ini ada jalan keluarnya. Makasih banget ya," balas Melissa.

"Makasih ya, udah mau bantuin kita berdua." timpal Rara.

Aku mengangguk lalu membalas, "Yang penting kalian berdua tenangin diri dulu. Solusinya pasti ketemu kalau kita berusaha dan saling support satu sama lain."

Setelah Melissa berbincang-bincang sekaligus menenangkan Rara, aku pun mulai berpindah mendekati posisi Melissa lalu bertanya.

"Mel, kamu mau tetap nginap di sini atau gimana?" bisikku pelan.

Melissa melirikku lalu membalasku pelan, "Ikut kamu aja, Ram."

"Hmmm ... emangnya kamu mau nginap di mana, Mel?" tanyaku penasaran.

Melissa lalu mendekatkan bibirnya ketelingaku lalu berbisik halus, "Di tempat kamu."

Refleks aku menggaruk rambutku yang sebenarnya tak terasa gatal. Lalu berpikir, harus bagaimana nantinya jika Melissa ketahuan menginap di kamarku. Jika ketahuan, bisa-bisa aku diusir dari kos nantinya.

"Kamu ga ada teman cewek yang lain, Mel?" tanyaku seraya berbisik dengan canggung.

"Ga ada, Ram ... pokoknya aku harus di tempat kamu," bisik Melissa.

Melihat kami berdua yang sedang berbisik-bisik, Rara pun tampak bingung lalu bertanya.

"Kalian pada ngomongin apa, sih?" tanya Rara.

"Rama ngajak balik pulang dulu, Ra. Katanya ada urusan. Kita pamit dulu ya, nanti aku kabarin kalo mau kesini lagi," jawab Melissa.

"Oke deh, Mel, hati-hati ya. Kalau bisa, jangan sampai ketemu sama Dipa, Yudha ya, Mel."

Melissa mengangguk lalu kami beranjak keluar dari kamar Rara untuk kembali pulang ke kos. Tak lupa aku membawa koper Melissa, lalu pamit dengan Ibunya Rara.

Setelah sampai di depan kos, aku menoleh ke kiri dan kanan, lalu bergegas memarkirkan motor dan mengajak Melissa menuju kamar secepatnya.

"Cepet, Mel." Aku menarik lengan Melissa buru-buru lalu berlari ke kamar.

Sesampainya di depan kamar, aku langsung mengeluarkan kunci kamarku lalu berusaha membuka pintu kamarku secepat mungkin.

"Kenapa buru-buru sih, Ram. Kayak lagi dikejer setan aja," ucap Melissa sambil tersenyum.

"Bahaya kalo ketahuan," balasku singkat.

Tiba-tiba Melissa memegang tanganku yang sedang memasukkan kunci, lalu berkata, "Emangnya kenapa kalo ketahuan?" tanya Melissa dengan senyum jahil.

"Eh jangan becanda dong, Mel. Entar ada orang yang datang loh," ucapku panik.

Bukannya semakin takut karena ucapanku, Melissa malah berusaha semakin jahil.

Melissa memeluk lenganku lalu berkata, "Santai aja ... lagi sepi gini kok."

"Eh ada mas Rama, lagi sama siapa, nih?" ucap seseorang dari arah belakangku.

Spontan aku langsung berbalik badan, mencari asal suara itu berada. Ternyata, yang ada di sana adalah Bu Nilam yang ditugaskan untuk mengurus kebersihan kos kami.

"Eh ... sama temen buk," balasku dengan canggung dan panik.

"Ih, nengnya cantik banget, nih," ucap bu Nilam sembari tersenyum memandang Melissa.

"Tapi kalian bener temen apa temen, nih," lanjut Bu Nilam melirikku sambil tersenyum jahil.

Melihat respon Bu Nilam membuatku semakin panik dan ingin cepat-cepat masuk ke dalam kamar. Tetapi, mau tak mau aku harus meladeni bu Nilam terlebih dahulu.

"Temen doang kok Buk, hehe," balasku sambil menggaruk-garuk rambutku.

"Santai aja mas, saya ngerti kok. Tapi suaranya jangan sampe kegedean, ya. Takutnya kedengeran sama tetangga," ucap bu Nilam sambil tersenyum dan mengedipkan salah satu matanya.

"Ha? Enggak gitu kok buk," balasku dengan cepat.

Bu Nilam hanya tersenyum, lalu berbalik badan dan pergi meninggalkan kami berdua seraya melambaikan tangannya. Tetapi, baru saja sampai di depan pintu, bu Nilam berbalik lagi.

"Jangan lupa pake pengaman, ok?" ucap bu Nilam sambil membentuk jarinya menjadi bentuk O. Lalu Bu Nilam akhirnya pergi keluar dari kos sembari terkekeh.

Sesudah bu Nilam keluar, Melissa tak kuasa menahan tawanya, hingga akhirnya tawanya kian terlepas karena melihat ekspresiku yang panik dan malu.

"Hancur sudah reputasiku," ucapku dalam hati.

<><><>

Aku duduk dibangku meja belajarku lalu bertanya pelan ke Melissa yang sedang berada di kasur, "Orangtua kamu nantinya gimana Mel? Walaupun kalian lagi berantem, pasti bakal nyariin kan?"

Dengan nada yang datar Melissa menjawab, "Aku udah ga mau berharap sama mereka lagi, Ram."

"Sorry karena nyusahin dan buat kamu gak nyaman ya, Ram. Aku bakal usaha pindah secepat mungkin," ucap Melissa lesu.

"Eh, bukan gitu maksudnya, Mel. Aku cuma ga mau kamu dianggap cewe gak bener kalo bareng aku di sini," ucapku cepat-cepat.

"Kok gitu? Emangnya kamu cowok gak bener Ram?" tanya Melissa.

"Kan cowok selalu salah, Mel," ucapku sambil mengusap hidungku.

"Hahahaha," Melissa tertawa terbahak-bahak mendengar ucapanku.

Melihat tawa Melissa membuatku merasa lega. Setidaknya dia bisa melupakan pahitnya hidup walau dalam waktu sesaat. Lebih baik pipinya kering, ketimbang basah oleh air mata kesedihan.

"Lo cantik kalo lagi senyum, Mel." ucapku spontan memujinya.

Mendengar ucapanku Melissa berhenti tertawa, lalu menatapku dengan serius.

"Apa tadi, Ram? Coba ulangin lagi ...," balas Melissa.

"Lo cantik kalo lagi senyum," ucapku perlahan.

Melissa tersenyum lebar lalu berkata, "Aku gak salah denger nih?"

"Iya, makanya kalau dekat aku, kamu harus senyum terus, ya," ucapku bercanda.

"Kalau senyum terus, aku bakal dikirain orang gila dong," balas Melissa.

"Bukannya selama ini udah dianggap gitu, ya?" ejekku.

"Ihhh ... siapa yang ngomong gitu coba," ucap Melissa kesal.

Aku hanya tersenyum melihatnya. Hingga tiba-tiba aku terpenjarat dari bangku yang kududuki.

"Eh ...." ucapku terkejut.

Sebab dipandanganku saat itu tiba-tiba muncul kuntilanak bermuka hancur di sebelah Melissa. Dalam sekejap mata, dia langsung menghilang seketika.

Aku tak menyangka dia muncul d isini, karena dia biasanya berada di dekat kamar mandi. Karena beberapa bulan yang lalu, saat mata ketigaku terbuka, aku menyadari bahwa kuntilanak itu suka mengintip para lelaki yang sedang mandi. Tapi sejak ada Lala di sampingku, dia tak berani lagi melakukan itu. Sebab dia sering dihajar oleh Lala jika ketahuan melakukannya lagi.

"Kenapa, Ram?" tanya Melissa bingung.

"Gapapa, Mel," ucapku pelan.

Melissa tampak heran melihatku. "Masa sih? Lo kayak abis ngeliat setan aja, Ram."

"Emang iya, Mel," balasku spontan.

"Ha? Gimana?" ucap Melissa bingung.

Aku hanya diam sambil menatapnya dengan serius.

Tampak ekspresi Melissa yang mulai ketakutan, lalu dia berkata, "Jangan becanda kayak gitu dong, Ram."

Aku tetap diam menatapnya, juga tak merespon ucapannya.

"Udahan deh Ram, jangan liatin aku kayak gitu napa. Ngeri tau," ucap Melissa berusaha meredam ketakutannya.

Mataku terpejam, lalu badanku mulai lemas dan jatuh ke lantai secara tiba-tiba, sampai mengeluarkan bunyi yang cukup keras.

"Ih, Ram ... becandanya kelewatan, nih." Melissa lalu menggoyang-goyangkan tubuhku.

Melihat tak adanya respon dariku, Melissa lalu berkata, "Kalo kamu ga bangun sekarang juga, aku bakal ngambek beneran, nih."

"Aku hitung sampai tiga, kalo ga bangun, aku bakal teriak, nih."

"Satu ...."

"Dua ...."

"T ...."

"HUAAAAAAA!"

Teriakku sambil memasang wajah seseram mungkin, persis di depan wajah Melissa.

"AAAHHHHHH!" teriak Melissa histeris, dengan wajah ketakutan.

"Hahahahaha." Melihat ekspresinya seketika berhasil membuatku tertawa terbahak-bahak.

Tanpa basa-basi Melissa pun langsung memukuli badanku bertubi-tubi.

"Hahahaha ...." Aku masih tak bisa berhenti tertawa karena melihat ekspresinya yang ketakutan.

"Parah banget ihhhh!" ucap Melissa dengan bibir manyun.

"Habisnya muka kamu lucu banget kalo ketakutan gitu," ucapku sambil menahan tawa.

"Udah ah, jangan dilanjutin lagi," balas Melissa kesal.

"Iya ... iyaa ... Aku beli minum dulu deh di luar, gerah juga jadinya," ucapku sambil mengusap keringat di dahiku.

"Ya udah, tapi jangan lama-lama, Ram. Aku jadi beneran takut, nih."

Aku mengangguk, lalu mengambil dompetku dan keluar dari kamarku. Baru saja keluar dari pintu kos. Aku tak sengaja melihat Bu Nilam yang sedang membersihkan pekarangan kos.

Saat aku berjalan melewati, tak lupa aku menyapa dengan senyum seramah mungkin, "Buk ...."

"Eh, Mas Rama. Udah kelar ya, Mas?" tanya Bu Nilam.

"Ha? Maksudnya Buk?" tanyaku bingung.

Bu Nilam hanya menatapku dengan senyuman yang aneh. Entah kenapa, aku sering melihat ekspresi itu muncul dari wajah Steven. Ekspresi itu muncul saat Steven sedang membicarakan hal-hal mesum.

Bu Nilam tersenyum nyengir lalu berkata, "Kurang tahan lama ya, Mas."

"Gak ngerti saya, Buk," ucapku canggung.

Bu Nilam menggeleng kepalanya lalu menepuk pundakku, "Makanya banyakin olahraga Mas, biar staminanya kuat."

Akhirnya aku paham akan maksud Bu Nilam. Aku jadi terdiam membisu seketika.

Bersambung ...

Continue Reading

You'll Also Like

11.6K 1.6K 36
Petrikor. Novel ini berkisah tentang seorang Gadis petualang bernama vega. Petrikor adalah Aroma khas hujan ketika bercumbu mesra dengan tanah kering...
6.3K 803 4
Ga jago bikin desk Ini cerita hasil pemikiran sendiri Don't plagiat!!!! Bahasa tidak baku dan baku! Maaf kalau ada typo.
13.9K 665 14
obsesi seorang laki-laki terhadap perempuan dan ia tidak akan pernah membiarkan orang lain menyentuh miliknya