Baby with me

Per yuntae61

94.9K 5.7K 241

Aku Cisandra, akrab dipanggi Cici. Umurku 25 tahun, dan bekerja sebagai Dokter Gigi Spesialis Anak. Diriku pe... Més

Baby with me
Beginning
Started
Before
After
Already
Meet again
What!?
Heart Warning
Emotion
Starting
Again!?
Touch to touch
Situation
Yours?
Dating!?
One night!?
Don't you?
Long-long night
Late
Comeback
Telling
Shooping
Almost
Jerk
Dinner
Damn
Feel you again~
Tired peak
Get Caught
Lose
Confess
Heart
Little Calm
Mother and House
Are you?
Fortune
Truth
Dare
Kill message
For you
Back home
Gossip
Step to step
Fight
Little hope
Fix u
False
True
Clarity
Almost forget
Dissapointed (1)
Steven Grace
Dissapointed (3)
When She's Coming

Dissapointed (2)

931 66 2
Per yuntae61

Jangan lupa teken bintangnya 🥺

Akhirnya up lagiii cihuy. Disegala kesibukan yang ada akhirnya up lagi. Mood aku naik turun, jadi aku mohon dengan sangat. Kalau cerita ini mau dilanjut tolong di VOTE dan KOMEN.

Ini chapter pengganti karena gak up malam minggu. Utangnya udah lunas kan? 🥰

Sekian
.

Part sebelumnya di Dissapointed (1) :
"Itu...laki-laki bule, kok ngaku-ngaku kalau dia pacar kamu." Jawab Yayah langsung, karena bingung Cici menaikkan satu alisnya saja. Lima detik kemudian, senyum jahil Yayah terbit. "Atau dia yang namanya Grace?"

"Grace?" Tanya mamahnya dari arah belakang, tiba-tiba ternotice saja.

Cici membeku ditempat. Holy crap. Udah pasti kan kali ini dia yang jadi bahan bully dan ejekan mereka.
_____________
______

Tanpa menjawab, Cici melewati Yayah yang tersenyum jahil dan bergegas menuju ruang tamu. Sudah jelas kalau laki-laki yang Yayah sebut tadi adalah Grace. Terbukti kalau kemarin, lelaki itulah yang berkata kalau dia akan menjemputnya. Cici meringis, mengingat kalau ia hanya membaca pesan terakhir dari Grace.

Mamahnya menggeleng pelan, masih dalam posisi yang sama di meja makan. "Tuh anak egonya kapan hilang ya?" Yayah hanya tertawa kecil menanggapi pertanyaan Hana.

Sesampainya Cici langsung membuka pintu berlapis kayu dan wajah Grace yang tampan disertai dengan senyum cantik milik lelaki itu lah yang pertama kali tampil di penglihatannya.

"Morning sweetheart." Sapa Grace lalu mengedipkan sebelah matanya. Cici mematung ditempat. Jantungnya seperkian detik berdebar, tak tahu ingin membalas apa.

Ia mengerjap beberapa kali, menaikkan tangan kirinya sejajar dada, perlahan senyum kaku itu terbit sambil berucap, "pagi Grace."

Tampak Grace menahan tawa terhadap sikap kaku perempuan itu, tetapi menarik juga pergelangan Cici secepat kilat lalu mendekapnya erat. Sempat Cici terkejut dengan gerakan tiba-tiba itu, namun kehangatan yang muncul ditubuhnya, membuat Cici perlahan membalas pelukan lelaki itu.

"I miss you." Bisik Grace tepat ditelinga. Cici tersenyum lebar merasa senang dengan pengakuan lelaki itu.

"Ekhem, enak ya peluk-pelukan." Deheman dan suara keras Yayah yang muncul dibelakang, mengagetkan Cici dan mendadak melepas pelukan mereka dengan sedikit mendorong Grace ke depan. Dahi Grace berkerut, heran dengan dorongan tiba-tiba itu tetapi beralih juga menatap wanita lain yang muncul, sedang bersidekap dada di daun pintu.

Tanpa memperhatikan lelaki itu, Cici berbalik, dengan menggaruk tengkuknya, salah tingkah. Menatap Grace sebentar lalu berucap, "Aah, Grace kenalin ini Yayah sahabat aku." Sambil memegang pipinya yang terasa panas, karena malu kedapatan oleh Yayah.

Grace yang sedaritadi memperhatikan Cici, seakan mengerti kondisi malu-malu itu, tetapi menutupinya dengan ber-oh ria. Lantas, tak membuat Grace berhenti dan melanjutkan aksinya, ia menarik pinggul perempuan itu yang menjadi sumber kekagetan Cici untuk kesekian kalinya pagi ini.

Dengan kedua tangan yang menempel di dada Grace, Cici membulatkan mata. Kedua iris mata mereka bertemu. Grace memberikan kerlingan jahil pada Cici. Tak membiarkan Cici membuka mulut, langsung saja Grace memperkenalkan diri.

"Saya pacar Cisandra, Steven Grace." Ucapnya dengan gagah berani.

Cici terperangah akan ucapan yang keluar dari mulut lelaki itu. Sedikit menoleh untuk melihat reaksi Yayah. Cengiran khas dari wanita itu, cukup membuatnya gugup setengah mati. Sungguh ia masih belum siap dengan hal ini semua. Menerima ejekan dari Yayah dapat membuat hidupnya tidak tenang.

Yayah melirik Cici yang tampak mati kutu, "Oh ya?" Lalu beralih menatap Grace, "Jadi kamu yang membuat Cici gelisah kek orang cacingan sebulan yang lalu?" Lanjutnya.

Grace mengernyit, lalu akhirnya menangkap maksud Yayah dengan melirik Cici penuh makna. Cici jengah akan tatapan yang diberikan padanya. Mulai lagi...

Tak ingin membiarkan hal ini berlanjut, secepatnya Cici memotong percakapan tersebut. "Udah saling kenal kan, yaudah kita pergi." Sambil menarik paksa Grace dari tempat itu.

Melihat Cici melarikan diri dari situasi ini, Yayah berteriak, "kamu mesti jelasin ke aku!" Cici menoleh sebentar, mejulurkan lidahnya lalu mulutnya bergerak mengucapkan, "gak mau," tanpa suara dan melanjutkan jalannya sambil memeluk lengan Grace.

Yayah tersenyum melihat punggung kedua pasangan baru itu. Cici yang tampak menatap tajam lelaki itu sedangkan Grace menatap jahil dengan senyumnya. Sembari berharap dalam hati, lelaki itu-Grace bisa menjaga sahabatnya.

Tak lepas dari senyumnya, akhirnya Yayah berjalan seraya bersenandung kecil menuju mobilnya yang terparkir agak jauh dari kedua pasangan itu.

Dari jarak beberapa Cm dari mobil miliknya. Saat mengalihkan pandangan ke depan, perlahan langkah kakinya berhenti diikuti lunturnya senyum di bibir.

Suaminya itu kini berada di hadapannya lagi. Perasaannya kembali bergetar ketika bersitatap. Sesigap mungkin Yayah berlari menuju dan ingin masuk ke mobil. Sedetik itu juga tangannya dicekal saat memegang handle pintu mobil.

"Aku mau bicara sama kamu." Gio dengan santainya berucap, membuat Yayah menatap suaminya tak percaya.

"Udah gak ada yang perlu kita bicarain Gio." Tegas Yayah, ia lepas cekalan itu. "Lepas aku." Lalu menarik handle pintu mobil tetapi kali ini, pintunya lah yang ditahan.

"Aku. Mau. Bicara. Sama. Kamu." Gio berbicara dengan penekanan ditiap kata. Lagi-lagi tak ingin menyerah. Yayah hanya memberinya ekspresi datar, tanda ia jengkel dengan suaminya.

"Malam ini di klinik aku. Kita bicara empat mata disana." Sahut Yayah. Gio tampak puas dengan ucapan istrinya.

.

Kedua sudut bibir Grace makin terangkat, walaupun keduanya telah masuk ke dalam mobil.

"Saya tidak menyangka kamu bakal segelisah itu." Sahutnya kemudian, tangannya terangkat memutar kunci mobil.

"Gak juga." Jawab Cici acuh bersamaan dengan mesin mobil yang menyala. Grace menoleh, menaikkan satu alis sambil mencebikkan bibir.

"Geer kamu," tambah Cici menatap lelaki itu dengan sinisnya.

Grace mengendikkan bahu, "terserah kamu, yang penting saya gak beranggapan demikian." Katanya, sembari kaki yang mulai menstater dan kedua tangan mulai memutar setir kemudi ke kiri lalu lurus kembali.

"Aku serius, kamu jangan kegeeran Gra-!" Kekesalan Cici teredam ketika jari telunjuk Grace menempel di bibirnya.

"Sssstttt, semakin kamu gak mengakuinya, semakin saya ingin berbuat yang tidak-tidak pada kamu Cisandra." Kata Grace mengalihkan tatapannya sebentar pada Cici sebelum fokus untuk kembali menyetir.

Sekejap Cici terdiam, ancaman itu membuatnya menelan ludah dalam-dalam. "Apa sih ngancem mulu," lalu menggigit jari telunjuk Grace kuat.

Sontak Grace lompat dari duduk tenangnya, menarik paksa jarinya yang habis di gigit. "What are u doing Cisandra?" Tanyanya, dengan ringisan kesakitan yang terdengar jelas oleh Cici.

"Aku gigit jari kamu," jawab Cici cepat. Kenapa? masih mau lagi?" Tantangnya sembari bersidekap dada.

Grace mendengus, kembali menatap kedepan, "No, bukan itu. Kamu tau saya lagi nyetir...tapi kamu buat saya terkejut tadi. Kalau terjadi apa-apa bagaimana?" Grace menggeleng pelan, "ralat, kalau terjadi apa-apa sama kamu gimana?" Kali ini Grace menatap Cici khawatir

Cici terdiam ditempat, membalas tatapan Grace. Hatinya ikut menghangat mendengar pertanyaan dan tatapan Grace yang sangat mengkhawatirkannya. Jujur saja, Sekarang ia menyesali perbuatannya.

Keterdiaman itu membuat Grace menghela napas pelan lalu kembali fokus menyetir keluar dari portal kompleks perumahan Cici.

"Yaudah aku minta maaf," kata Cici akhirnya. Grace tidak menjawab dan hanya fokus menatap jalan raya yang dipenuhi mobil di depannya.

Cici tahu Grace tadi marah, maka dari itu ia menarik tangan bekas gigitannya itu. Heran dengan perbuatan Cici, Grace membiarkannya saja. Ingin tahu apa yang ingin dilakukan perempuannya itu selagi ia fokus menyetir.

Cici lalu mengepal jari-jemari lainnya menyisakan jari telunjuk lelaki itu. Sambil menyisipkan rambut kecilnya dibelakang telinga, ia mengulum jari bekas gigitannya tadi.

Grace terperanjat ketika merasakan kehangatan yang basah di jari telunjuknya serta lidah lembut dan kenyal itu menempeli jarinya. Memalingkan muka melihat apa yang tengah dilakukan Cici, dengan tangan lain sedang mencengkram erat setir kemudi. Suara desisan keluar begitu saja dari bibirnya ketika Cici menghisap kuat jari telunjuk itu.

"Udah gak sakit lagi kan?" Tanya Cici setelah jari telunjuk Grace keluar dari mulutnya.

"Ah iya," Grace langsung menarik tangannya itu lalu kembali fokus menyetir.

Cici yang melihat keanehan dari Grace, matanya menyelidiki tingkah lelaki itu. Tak berlangsung lama, ia acuh juga karena melihat Grace yang sedang fokus menyetir tak ingin mengganggunya dan mereka pun larut dalam keterdiaman dan pikiran masing-masing.

Tiga puluh menit kemudian, mobil Grace telah terparkir sempurna di pekarangan parkir rumah sakit.

Keterdiaman yang sedaritadi melingkupi keduanya membuat Cici sedikit terusik hingga ia mulai membuka suara dengan mengungkit kejutan Grace yang diberikan padanya kemarin.

"Kemarin kejutannya terima kasih," Ia miringkan kepala ke samping, "aku suka banget." Lanjut Cici sambil tersenyum matanya bergerak memperhatikan rambut Grace yang terurai seperti biasa.

Grace menoleh bersamaan dengan tangan yang menarik rem tangan keatas. "Itu hanya sebagian kecil dari sekian kejutan yang akan saya berikan pada kamu nantinya."

Menghiraukan ucapan Grace yang terlampau angkuh. Cici menunduk sedikit, mencari sesuatu dalam tasnya. Ya itu gak perlu di bahas lagi, Grace kan emang kaya.

"Sikap kamu tadi aneh setelah aku kurangin rasa nyeri di jari kamu." Cici Langsung renggangkan ikat rambut yang ditemukan tadi dalam tasnya, "Aku gak tau apa yang dipikiran kamu tadi." Ia majukan tubuhnya sambil tangannya terulur merapikan rambut Grace, mengumpulkan helaian rambut itu menjadi satu lalu mengikatnya menggunakan ikat rambut tadi, "Itu buat aku sedikit khawatir tau." Cici menatap iris mata Grace yang juga menatapnya. "Sekarang katakan, kamu kenapa?" Tanyanya setelah ikatan rambut terakhir selesai.

Terkesiap dengan kekhawatiran Cici yang teramat langka. Secepatnya Grace memegang kedua tangan Cici saat hampir ia turunkan dan berucap kata, "maaf." Cici melemparkan tatapan bingung pada Grace.

"Kamu tau perlakuan kamu tadi membuat sesuatu dibawah saya menegang Cisandra." Jelas Grace, nada beratnya begitu jelas di pendengaran Cici, dan matanya membulat begitu saja.

"A—apa?" Cici makin tak menyangka, Grace akan terangsang hanya karena perlakuan kecil darinya.

"Saya setengah mati menahannya tetapi kamu mendekati saya seperti ini, sungguh membuat saya tidak bisa menetralisir janji yang telah saya buat pagi ini." Ungkap Grace.

Cici menganga lebar, tumben nih laki pake janji-janji segala biasanya juga langsung main nyosor aja. Batinnya. Ia makin penasaran mengapa lelaki itu membuat janji seperti itu.

"Janji ap-." Kata-kata itu terpotong oleh Grace yang menarik tangannya kearah depan. "Enghh," Erangan tertahan keluar begitu saja dari bibir Cici saat Grace menyelipkan kepala di lehernya dan menyesap daerah itu kuat-kuat, masih dengan cengkraman di tangan.

Tak berselang semenit, Grace mengangkat wajahnya dan menatap iris mata Cici penuh keseriusan.

"Kamu tau kita gak bisa lagi diam-diam begini. Hubungan kita ini hanya sementara. Perasaan saya makin menggebu-gebu berada didekat kamu. Hari berganti hari perasaan dan nafsu ini makin tidak dapat ditahan." Kata Grace, yang memunculkan kerutan di dahi Cici.

"Makadari itu, kalau saya meminang kamu, apakah kamu bersedia Cisandra?" Tanya Grace, penuh harap.

Cici mematung ditempatnya. Perasaannya bercampur aduk diikuti dengan perasaan aneh yang sedaritadi muncul di benaknya pagi ini dan hanya terdiam tanpa kata menatap mata Grace yang penuh keseriusan di dalamnya.

Akhirnya ia menundukkan pandangannya dan menjawab. "Maaf Grace, aku belum siap."

Membenci lelaki: 20%
.

Aku ingatin lagi untuk di...

VOTE

KOMEN

See on next chap.
Doain semoga aku bisa namatin cerita ini 😭. Tentu dengan dukungan Vote dan komen kalian itu sudah cukup buat naikin mood aku yang sering amburadul akhir-akhir ini 😣.

Salam hangat
Squidweirdgirl.

Continua llegint

You'll Also Like

2.6M 277K 48
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...
Om Varo [21+] Per Marine Cica

Literatura romàntica

353K 6.2K 16
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
Diary Nikah Muda Per ZEFMON

Literatura romàntica

16.4M 657K 38
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
Love Hate Per C I C I

Literatura romàntica

2M 154K 31
"Saya nggak suka disentuh, tapi kalau kamu orangnya, silahkan sentuh saya sepuasnya, Naraca." Roman. *** Roman dikenal sebagai sosok misterius, unto...