Pasutri Player [ Complete ]

By Belfadya_

160K 9.3K 1.4K

#AgasaDKKSeries2 Ini tentang Devon yang dijodohkan dengan Anya, si cinta pertama sekaligus luka pertamanya. A... More

Prolog
[1] Perjodohan
[2] Awal Segalanya
[3] Batal Nikah
[4] Mama Deva Berulah
[5] Dipingit dan Permainan Hati
[6] Sah Jilid Satu
[7] Sah Jilid Dua
[8] Permintaan Mama Mertua
[9] Perlahan Membaik
[10] Sakitnya Hati Seorang Istri
[11] Musuh Dalam Selimut
[12] First Kiss
[13] Perlakuan Manis Devon
[14] Anya Ingin Baby
[15] Badai Menerpa
[16] Bertengkar
[17] Malam Yang Gundah
[18] Anya Menyerah
[19] Masalah Baru
[20] Sama-Sama Gengsi
[21] Hamil?
[22] Hari Bahagia Bersama
[23] List Keinginan Anya
[24] Jujurlah
[25] Bertemu Tyas
[26] Jadi Cewek Gue!
[27] Perang Dunia 3 Part 1
[28] Perang Dunia 3 Part 2
[29] Anggalah Biangnya
[30] Berjuang Bersama
[31] Adik Bayi Mau Batagor
[32] Nasihat Om Adimas
[33] Masalah Lagi?
[34] Obsesi Angga
[36] Anda Salah Memilih Lawan
[37] Masalah Kembali Menghampiri
[38] Aku Enggak Gila
[39] Keguguran
[40] Aku Bukan Pembunuh
[41] Anya Harus Bangkit
[42] Ini Istriku, Istrimu Mana?
[43] Jangan Penjarain Dia
[44] Hadiah Untuk Anya
[45] Assalammualikum Adik Bayi
[46] Mengulang Masa SMA
[47] Aku Pergi
[48] Anya Mulai Aktif ya, Bund
[49] Anya Hamil?
[50] Ending
Epilog
Extra Part
Sekuellllll
Extra Part 2
Pamungkas

[35] Misi Penyelamatan Tyas

1.6K 127 1
By Belfadya_

Selalu ada cara untuk mereka yang ingin berbuat baik, maka berbuat baiklah kalian, sekalipun kalian sedang tidak baik-baik saja karena bisa jadi hal ini yang akan menyelamatkan kalian kelak di hari akhir.

[ [35] Misi Penyelamatan Tyas ]

*****

Penampilan Tyas saat ini jauh dari kata baik. Bajunya yang lusuh, rambutnya yang sudah tak karuan dan tanpa sepatu ataupun sandal. Ini semua ulah Angga. Pria jahat itu membuat Tyas seperti ini bahkan perutnya sangat lapar karena sedari pagi dia belum makan, tetapi untung pada dasarnya Tyas jarang makan, jadi dia agak terbiasa kondisi perut seperti ini.

Namun, meskipun keadaannya jauh dari kata baik, Tyas akan menyelamatkan Anya. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri akan menembus kesalahannya pada Anya dan Devon.

"Si Angga bawa Anya ke kamar mana ya? Mana ini ada lima kamar lagi."

Jantungnya berdebar cepat, dia takut dia terlambat. Terlambat satu detik saja, Tyas yakin Anya sudah tidak baik-baik saja dan Devon pasti kecewa, marah dan merasa gagal jadi suami. Membayangkannya saja Tyas tidak kuasa, apalagi harus menyaksikannya secara langsung.

"Kamar Angga kan ada di kamar utama, kali aja di sana."

Dengan jalan mengendap-endap, Tyas menelusuri lorong villa ini. Dirinya disekap di gudang, tetapi dia berhasil keluar dari gudang itu karena dia menghancurkan salah satu kaca jendelanya, tubuhnya ramping, jadi dia mudah keluar dari jendela yang lebarnya hanya 45 centimeter itu.

"Kalau gue gak bawa senjata, gue pasti kalah. Angga laki, gue cewek. Gue harus bawa apa, ya?"

Guci? Tidak, dia tidak ingin membunuh Angga, terlebih guci itu berat.

Pisau? Apalagi jika pisau, ini membahayakan.

Balok kayu.

Tanpa mengukur waktu, Tyas lantas mengambil balok kayu itu. Ini lebih baik dari dua benda sebelumnya. Dia memang membenci Angga, tetapi dia tidak ingin menjadi pembunuh, itu dosa.

"Lo cantik, Nya. Bahkan saat lo pingsan. Kenapa lo semanis ini? Kenapa lo harus milih Devon? Selama ini gue yang berjasa dalam hidup lo. Apa karena gue tinggal dua tahun ke Singapura, apa itu? Lo tega ya."

Suara itu, Tyas mengenalnya. Suara iblis berwujud manusia. Siapa lagi kalau bukan Angga. Dan apa katanya, Anya sudah pingsan, itu artinya Angga berhasil memberikan Anya obat tidur dan Tyas tahu obat tidur sangat membahayakan kandungan.

Tangannya gemetar, dia takut jika dia kalah. Dia takut jika dia gagal. Hanya bermodalkan sebalok kayu, dia tidak yakin seratus persen bisa mengalahkan Angga.

"Lo itu cewek tangguh, Yas, kalau ada yang gangguin lo, lo harus lawan. Kalaupun lo lihat orang lain dalam bahaya, lo juga harus lawan karena gue yakin Allah bakalan nolong kita yang berniat baik. Lo harus yakin itu. Oke, enggak?"

Kalimat itu pernah Devon ucapakan kala mereka masih pacaran dan itu terjadi saat Tyas digoda oleh preman-preman karena sedang menunggu Devon menjemputnya.

"Oke, gue bisa!"

Dengan hati-hati Tyas membuka pintu yang tidak sepenuhnya tertutup itu dan betapa terkejutnya dirinya saat melihat Angga yang sudah siap mencium bibir Anya yang tergeletak tak sadarkan diri di bawah kukungan Angga.

Demi Anya, Devon dan harga diri wanita, Tyas maju tanpa ragu dan,

BRUK!!!

"Arghhhh.... Sialan."

Angga tidak pingsan. Tentu hal ini membuat Tyas semakin tak karuan. Ya Tuhan, bagaimana ini?

"Lo berani ganggu rencana gue, bangsat!"

Angga sudah tak lagi mengukung tubuh Anya, tetapi pria itu siap menerkam Tyas. Ya Tuhan bagaimana ini?

"Kenapa lo diem, hah?! Lo takut? Lo ngelakuin ini karena mau nembus kesalahan lo? Ingat ya lo itu jal—"

"JAGA UCAPAN LO! Lo iblis! Gue gak sangka ya Angga, lo tega ngelakuin ini sama Anya. Lo gila, hah?! Ini dosa, Ga! Dosa."

"Persetanan dengan dosa, Yas. Yang gue mau cuman An—"

Brukkk!!!

Tyas berhasil melayangkan balok kayu itu pada Angga untuk kedua kalinya dan Tyas bersyukur kini Angga pingsan dan ini saatnya Tyas menyelamatkan Anya. Anya harus segera dibawa ke rumah sakit. Anya tidak boleh kenapa-napa, terlebih kandungannya.

***

"Obat tidur sangat bahaya bagi ibu hamil, tetapi untung Anda membawa pasien tepat waktu."

Tyas bisa bernapas lega kala dokter mengatakan itu, meskipun perjuangannya tidak mudah saat dia harus membawa Anya ke sini, tetapi semua tergantikan dengan kondisi Anya yang baik-baik saja.

"Kandungan pasien sangat lemah dan itu sebabnya pasien mesti dirawat inap, satu atau dua hari."

Sebenarnya ini perkara mudah, tetapi dia tidak membawa dompetnya, dia tidak membawa ponselnya, bagaimana bisa Tyas membayar semuanya?

"Bagaimana, Bu?" sambung Bu Dokter bertanya.

Tyas menghembuskan napasnya, kemudian tersenyum tipis. "Lakukan yang terbaik."

"Baik, Bu, jangan lupa urus administrasinya."

"Baik, Bu, terimakasih."

Dengan langkah gontai, Tyas keluar ruangan. Bahkan penampilannya tidak jauh dari saat dia masih di villa. Bajunya lusuh, rambutnya berantakan, tetapi saat ini dia memakai sandal dan sandal ini milik Anya.

"Kasian banget ya, Bu, korban tabrak lari."

"Mana katanya, lukanya lumayan parah."

"Kekurangan darah lagi."

"Keluarganya enggak ada."

"Mana anaknya cakep banget."

"Iya, mana orang Jakarta lagi."

Tyas lantas menghentikan langkahnya. Firasatnya tidak enak. Tidak, ini tidak mungkin seperti yang dia bayangkan, kan? Devon tidak mungkin kecelakaan. Devon harus selamat sampai Bogor. Anya membutuhkan pria itu.

"Kalau enggak salah sih namanya Delon eh bukan Deri bukan juga Devon, iya Devon. Saya lihat KTPnya. Kebetulan saya saksinya."

Deg.

Cobaan apalagi ini, Ya Allah?

Bagaimana?

Tyas belum bisa mendapatkan uang untuk administrasi Anya dan sekarang dia mendapatkan info jika Devon mengalami kecelakaan.

"Ya Allah, hamba tahu salah hamba cukup fatal, tetapi apakah harus balasannya berimbas pada orang lain dan hamba tidak berdaya untuk menolong mereka, Ya Allah. Hamba harus apa? Hamba tidak mungkin lari dari tanggung jawab ini hiks.... Tolong hamba ya Allah."

"Mbak, Mbak, Mbak ini jalan, bisa Mbaknya bangun?"

Tyas baru sadar jika saat ini dirinya duduk di tengah jalan dengan berlinangan airmata bahkan kini banyak orang yang mengelilinginya.

"Mari, Saya bantu," ucap pria yang tadi menyadarkan Tyas bahkan pria itu tanpa sungkan mengulurkan tangannya, "Saya tahu Mbaknya lagi ada masalah, Saya akan berusaha membantunya. Mari."

Akhirnya Tyas menerima uluran tangan pria itu, pria berjas putih yang dia yakini sebagai dokter.

***

"Jadi, begitu ceritanya?"

Tyas mengangguk.

Dia menceritakan semuanya, tanpa terkecuali. Mulai dari dirinya yang melakukan kesalahan hingga berujung seperti ini. Entah, meksipun pria ini baru dia kenal, tetapi Tyas merasa jika pria ini pria baik-baik terlebih wajahnya yang manis membuat dia yakin jika pria ini memang pria baik dan tulus menolongnya.

"Biarkan saya membantu."

"Ta...tapi apakah tidak merepotkan?"

Pria itu menggeleng. "Tidak sama sekali. Kebetulan saya baru gajian, maaf bukannya sombong, tetapi hanya memberi tahu saja."

Tyas terkekeh singkat saat melihat pria itu dengan lugunya mengatakan hal itu. Sungguh, jika boleh jujur Tyas tertarik pada pria ini, tetapi jika dilihat-lihat, Tyas yakin umur pria ini jauh lebih tua darinya dan bisa jadi sudah memiliki istri.

"Udah, Yas, orang Jakarta aja gak usah cari produk luar kota."

"Sebelumnya terimakasih banyak."

Pria itu mengangguk. "Dalam Islam, menolong sesama itu adalah keharusan. Apakah mbaknya ini muslim?"

Tyas mengangguk.

"Alhamdulillah," ujar pria itu membuat Tyas mengerutkan dahinya, bingung.

"Kenapa ya, Mas?"

"Ah enggak," jawabnya gelagapan, "lebih baik kita urus administrasi teman mbaknya."

Tyas mengangguk kemudian tersenyum manis hingga lesung pipinya nampak. "Sekali lagi terimakasih, Mas."

"Sama-sama."

Tanpa keduanya sadari, sedari tadi jantung keduanya berdegup kencang. Entah karena apa, tapi yang pasti pertemuan ini sepertinya tidak akan berakhir sampai di sini saja karena pria itu yakin jika wanita yang berada di depannya ini adalah seseorang yang selama ini dia cari.

—Tbc.

A/n: cieeee ada yang ketemu Mas-Mas Bogor nih ehe, baru sadar ya chapter ini full Tyas, tapi gak papa, dia sesekali harus baik dan dia sudah menyelamatkan Anya dan buat Angga mati ajalah ya ehe, eh tapi jangan deh Tyas kasihan jadi pembunuh.

Jadi, cocok gak nih Tyas sama Mas-Mas Bogor?

Terus, maunya Angga aku apain? Buat mati aja atau jangan, tapi harus aku hempas menjauh dari kehidupan Devon dan Anya?

Semoga suka, terimakasih sudah mampir 🤗💜

Continue Reading

You'll Also Like

3.4K 343 31
Karena rasa ego dan gengsi mengakui perasaan, membuat mereka hanya bisa saling mengagumi dalam diam. Namun apakah mereka berakhir bersama atau tidak...
38.1K 1.9K 49
Pernah gak kalian selalu haluin bias atau pun idola lain jadi pacar atau bahkan pendamping kalian seumur hidup? Pernah kan Kalau pernah ini adalah ki...
22.2K 3.8K 62
âš warning! âš  Tema cerita: penggemar idola (idola pada masanya) 'Cerita masih ditahap revisi, masalah tulisan kata kata yang masih sing...
11.3K 1.3K 32
NB : Harap bijak dalam membaca! Sebab, jika terjadi baper yang berlebihan, Author tidak bertanggung jawab! Jatuh cinta dengan CEO? Bukan, bukan denga...