Pasutri Player [ Complete ]

By Belfadya_

160K 9.3K 1.4K

#AgasaDKKSeries2 Ini tentang Devon yang dijodohkan dengan Anya, si cinta pertama sekaligus luka pertamanya. A... More

Prolog
[1] Perjodohan
[2] Awal Segalanya
[3] Batal Nikah
[4] Mama Deva Berulah
[5] Dipingit dan Permainan Hati
[6] Sah Jilid Satu
[7] Sah Jilid Dua
[8] Permintaan Mama Mertua
[9] Perlahan Membaik
[10] Sakitnya Hati Seorang Istri
[11] Musuh Dalam Selimut
[12] First Kiss
[13] Perlakuan Manis Devon
[14] Anya Ingin Baby
[15] Badai Menerpa
[16] Bertengkar
[17] Malam Yang Gundah
[18] Anya Menyerah
[19] Masalah Baru
[20] Sama-Sama Gengsi
[21] Hamil?
[22] Hari Bahagia Bersama
[23] List Keinginan Anya
[24] Jujurlah
[25] Bertemu Tyas
[26] Jadi Cewek Gue!
[27] Perang Dunia 3 Part 1
[28] Perang Dunia 3 Part 2
[29] Anggalah Biangnya
[30] Berjuang Bersama
[31] Adik Bayi Mau Batagor
[32] Nasihat Om Adimas
[34] Obsesi Angga
[35] Misi Penyelamatan Tyas
[36] Anda Salah Memilih Lawan
[37] Masalah Kembali Menghampiri
[38] Aku Enggak Gila
[39] Keguguran
[40] Aku Bukan Pembunuh
[41] Anya Harus Bangkit
[42] Ini Istriku, Istrimu Mana?
[43] Jangan Penjarain Dia
[44] Hadiah Untuk Anya
[45] Assalammualikum Adik Bayi
[46] Mengulang Masa SMA
[47] Aku Pergi
[48] Anya Mulai Aktif ya, Bund
[49] Anya Hamil?
[50] Ending
Epilog
Extra Part
Sekuellllll
Extra Part 2
Pamungkas

[33] Masalah Lagi?

1.9K 132 19
By Belfadya_

Kita memang tak sekaya Anda, tetapi setidaknya kita tidak pernah menghina orang yang dibawah kita.

Karena kita tahu, harta hanya perhiasan dunia yang fana, sedangkan ketaqwaaanlah harta yang sesungguhnya.

[ [33] Masalah Lagi? ]

*****



"Kita bakalan jodohin kamu sama Angga."

Sontak kalimat itu membuat Anya membelalakkan matanya, tak percaya atas apa yang dia dengar barusan.

"Angga pas—"

"Enggak!" sela Anya, "aku gak mau. Aku masih istri sah Devon dan akan selamanya seperti itu. Aku gak sudi!"

"Berani kamu bentak Mommy?!" Kini giliran Rosetta yang tersulut emosi. Hanya karena seorang pria berengsek seperti Devon, anaknya berani membentak dirinya. Ini sangat memalukan.

"Enggak akan ada asap kalau gak ada api. Aku gak bakalan kayak gini kalau Mommy sama Daddy enggak ngelakuin kayak gini. Aku masih istri Devon dan akan seperti itu selamanya. Aku cinta sama dia, dia ayah dari anak yang aku kandung!"

Pupus sudah harapan Anya untuk mengisi tenaganya di meja makan ini. Justru yang dia lakukan adalah membuang tenaga.

"Dia pria enggak baik, Nya. Dengerin kita. Ini cuman mau yang terbaik buat kamu." Kini giliran Hans yang buka suara.

Anya menggeleng kuat. "Enggak mau! Dari dulu kalian cuman bilang kalau pilihan kalian itu terbaik buat aku. Kalian selalu kayak gitu tanpa mau bertanya pendapat aku dan harus kalian tahu itu juga asalan aku mau hidup sama Dev, mau nikah sama Dev karena cuman dia yang selalu menghargai aku, mencintai aku dengan tulus."

"Tapi buktinya apa? Dia selingkuh!"

"Ini semua salah Anya. Anya yang duluan dekat sama kak Angga."

"Oh jadi sekarang kamu berani bantah kita? Kemana anak kita yang selalu nurut kata orang tua? Apa kamu dipengaruhi Devon?"

"Enggak usah bawa-bawa Devon! Harusnya kalian yang introspeksi. Apa yang udah kalian lakukan buat aku. Apa? Apa selain cari uang dan uang. Selain maksa apa yang kalian mau. Apa? Coba sebut!"

Baik Hans maupun Rosetta, keduanya sama-sama terdiam. Mereka tahu jika mereka memang tipe orang tua yang otoriter, tetapi mereka hanya ingin Anya sukses karena cuman Anya yang mereka punya.

"Kalian gak bisa jawab karena kalian cuman bisa cari uang buat aku dan kalian pikir aku bahagia dengan semua ini? Enggak! Aku gak bahagia. Aku mau kalian. Waktu kalian bukan uang!"

Anya lantas bangkit dari duduknya kemudian berlari meninggalkan meja makan menuju kamarnya.

Saat ini dia butuh Devon. Hanya dia yang bisa membuatnya tenang.

Sedangkan, di lain tempat, Devon baru saja selesai makan malam bersama keluarganya. Ya, hari ini dia memutuskan untuk menginap di rumah kedua orangtuanya sebelum akhirnya besok dia dan kedua orangtuanya pergi ke rumah orangtuanya Anya, tanpa Dea memang karena gadis 16 tahun itu sedang sibuk dengan teman-temannya dan merekapun cukup paham, Dea masih belum cukup umur dan ini terlalu berat bagi Dea yang hanya gadis 16 tahun yang belum punya KTP.

Drrtttttt....

Getaran di sakunya lantas membuat lamunan Devon buyar dan langsung melihat siapa yang menghubungi dan ternyata itu Anya, istrinya. Tanpa mau menunggu lama, Devon langsung menerima panggilan itu.

"Devon hiks .... Aku gak mau di sini."

"Anya? Kamu kenapa? Kok nangis? Ya ampun, Nya? Hei kamu kenapa?" Nada bicara Devon jelas menyiratkan kekhawatiran akan istrinya, lagipula siapa juga yang tidak khawatir kala istrinya tiba-tiba menelpon dirinya dengan sebuah tangisan pilu.

"Aku gak suka Mommy sama Dadddy. Mereka mau jodohin aku sama Angga."

Gila! Sangat gila.

Sebegitu salahkah dirinya akan Anya sampai orangtuanya akan berniat menjodohkan Anya dengan pria lain?

"Aku mau pulang, Dev. Aku gak suka di sini."

Lo harus bisa tahan emosi, sekarang Anya lagi butuh support lo, lo tenang Devon.

Devon menghembuskan napasnya perlahan kemudian berkata dengan sangat lembut, "Anya, kamu tahu kan besok aku sama mama papa bakalan ke sana? Aku janji aku bakalan berusaha semaksimal mungkin supaya kamu bisa pulang. Sekarang kamu gak boleh nangis ya? Nanti adik bayinya ikutan nangis. Emang kamu mau adik bayinya nangis?"

"Devon pengen peluk," rengek Anya di seberang sana dan yakinlah jantung Devon berdebar cepat mendengarnya. Dia seperti saat pertama kalinya jatuh cinta pada sosok Anya, si atlit basket di SMP-nya.

"Sabar ya? Kamu mau apapun aku penuhi nanti. Pokoknya sekarang kita berdoa sama Allah semoga kita diberikan yang terbaik. Aku tahu aku pendosa dengan memperlakukan istri ku dengan tid—"

"Devon, jangan ungkit ya? Aku udah maafin kamu. Aku udah paham kenapa kamu kayak gitu. Aku paham Devon. Dengan kamu selalu ada dan selalu melibatkan aku, bertanya apa yang aku mau, membiarkan aku melakukan yang aku mau, itu udah cukup, Devon terlebih kehadiran adik bayi, ini anugerah terindah bagi aku. Kamu suami baik, baik buat aku. Aku beruntung punya kamu. Aku sayang kamu. Aku cinta kamu. Maaf kalau dulu aku sering kecewain kamu."

Kini bukan hanya Anya yang menangis, melainkan Devon pun meneteskan air matanya. Jujur, hatinya terenyuh kala Anya dengan tulusnya berkata jika dirinya sudah memaafkan Devon bahkan menganggap Devon suami baik.

Ya Allah maafin, Dev, yang kadang suka mengeluh, tapi tanpa sadar ada hal yang lebih indah dari mengeluh, yaitu bersabar yang akan berbuah kebaikan yang lebih dari apa yang kita harapkan.

"Dev, I love you so much. Muachhh."

"Aku juga Anya. Aku udah gak sabar meluk kamu terus ngobrol sama adik bayi."

"Aku juga mau peluk kamu, mau manja-manja pegang-pegang wajah kamu, aku mau itu. Aku mau masakin kamu."

"Iya-iya, sabar ya? Besok. Aku akan usaha, tapi sekarang kita tidur ya? Udah malam."

"Siap Ayahh."

"Lho, Ayah nih?"

"Iya, ayah bunda. Gimana?"

"Bagus."

"Yaudah bye-bye ayah ...."

Sungguh, Anya sangat menggemaskan membuat Devon semakin tak sabar untuk segera mengakhiri kesalahpahaman ini dan membawa Anya pulang ke rumah sederhana yang mereka punya.

***

Keesokan harinya, Devon beserta kedua orangtuanya sudah sampai di rumah kedua orangtuanya Anya telah jam sembilan pagi. Mereka tidak mau mengulur waktu untuk melaksanakan niat baik mereka yang ingin memperbaiki semuanya.

Namun, tatapan sinis dan amarah dari kedua orangtua Anyalah yang menyambut mereka, tetapi mereka paham mungkin kedua orangtua Anya masih kecewa akan Devon.

Meskipun disambut tatapan sinis dan amarah, mereka tetap dipersilahkan masuk dan sekarang mereka duduk berhadapan di ruang tamu rumah bak istana ini.

Mereka sadar rumah ini jauh lebih megah dari yang mereka punya.

"Saya tidak suka basa-basi karena waktu saya terlalu berharga untuk itu," ucap Rosetta memecah keheningan diantara mereka semua.

Denis lantas tersenyum setulus mungkin kemudian berkata, "Niat saya dan keluarga ke sini adalah untuk memperbaiki semuanya. Saya tahu anak saya sal—"

"Tidak ada kata maaf untuk perselingkuhan!" sela Rosetta tegas, "terlebih bagi anak kalian."

"Kenapa? Devon kenapa? Devon tahu Devon salah, tapi Devon juga manusia. Devon akan berusaha memperbaiki semuanya dan Anya sudah menyetujui itu," ucap Devon.

"Sekali salah tetap salah. Kita tidak bisa memaafkan sekalipun kamu dengan anak saya setuju akan memperbaiki," ujar Hans.

"Apakah kalian tidak memikirkan perasaan Anya? Apakah kalian tidak memikirkan calon anak mereka? Coba sekali lagi dipikirkan," ujar Deva seraya memasang wajah penuh harap.

Rosetta tersenyum sinis. "Justru dengan kami seperti ini, kami sangat memikirkan anak kami agar tidak kembali jatuh pada pria yang tidak tahu diri. Harta tidak punya, memberi luka iya."

"Harta anda bilang?" ulang Deva.

Rosetta mengangguk dengan angkuhnya. "Saya baru sadar derajat keluarga kita sangat jauh berbeda."

Brak!

Dengan tersulut emosi Deva menggebrak meja yang terbuat dari kayu jati dengan kerasnya membuat semuanya terkejut terkecuali Rosetta tentunya.

"Saya tahu, keluarga kita memang berbeda perihal harta. Saya bukan kalian yang mempunyai banyak cabang dimana-mana. Kami hanya pengusaha kecil-kecilan yang tidak seberapa. Akan tetapi, saya tidak pernah menghina orang yang berada di bawah saya. Dan satu hal lagi, saya tidak sudi jika anak saya memiliki menantu sombong seperti kalian!"

"Bagus kalian sadar diri," ujar Rosetta angkuhnya.

Deris, Devon dan Deva tidak percaya dengan apa yang mereka lihat. Terlebih Deva, dulu mereka yang datang dan memohon untuk menjodohkan Anya dengan putra.

"Saya tahu saya tidak memiliki harta seperti kalian, tetapi saya akan berusaha membahagiakan Anya dengan cara saya sendiri. Say—"

"Tidak! Saya sudah pilihkan calon yang lebih baik dari kamu!"

"Biadab!" teriak Deva murka bahkan wanita paruh baya itu siap menyerang Rosetta, namun beruntung Deris dengan sigap menahan itu, "kalian tidak punya hati! Devon masih suami Anya. Hanya karena harta kalian melakukan ini?" Deva lantas mengalihkan pandangannya ke arah putranya dan berkata, "Jangan mengemis dari mereka Devon. Kita pulang!"

"Enggak, Ma. Anya belum ikut aku," tolak Devon. Tujuannya satu, membawa Anya pulang.

"Anya sedang di Bogor bersama Angga."


"Anda jahat! Anda tidak punya hati!"

Bruk.

Saat itu juga Deva pingsan membuat Devon dan Deris kalang kabut, sedangkan Si Tuan Rumah terlihat santai saja bahkan dengan santainya mereka berkata, "Silahkan pintu keluar ada di sebelah kanan."

—Tbc.

A/n: sorry 6 hari gak up :( banyak kesibukan yang membuat aku gak buka WP selama itu. Jujur, selama 6 hari aku gak buka-buka WP. Semoga masih ada yang mau baca ya. Semoga suka dan makasih sudah mampir🤗💜

Continue Reading

You'll Also Like

402K 19.4K 65
(END) ----- "Gara-gara pesta sialan itu, gue terpaksa nikah sama cewek yang engga gue kenal. Baru juga sehari gue dapat ktp, eh, langsung di susul bu...
11.3K 1.3K 32
NB : Harap bijak dalam membaca! Sebab, jika terjadi baper yang berlebihan, Author tidak bertanggung jawab! Jatuh cinta dengan CEO? Bukan, bukan denga...
45.3K 2.5K 49
[FOLLOW SEBELUM BACA!] ⚠️TIDAK MENERIMA PLAGIAT BERBAGAI BENTUK APAPUN. INI MURNI KARYA SAYA⚠️ Pemaksaan pernikahan yang dilakukan dua keluarga, tida...
386K 33.9K 54
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...