Pasutri Player [ Complete ]

By Belfadya_

160K 9.3K 1.4K

#AgasaDKKSeries2 Ini tentang Devon yang dijodohkan dengan Anya, si cinta pertama sekaligus luka pertamanya. A... More

Prolog
[1] Perjodohan
[2] Awal Segalanya
[3] Batal Nikah
[4] Mama Deva Berulah
[5] Dipingit dan Permainan Hati
[6] Sah Jilid Satu
[7] Sah Jilid Dua
[8] Permintaan Mama Mertua
[9] Perlahan Membaik
[10] Sakitnya Hati Seorang Istri
[11] Musuh Dalam Selimut
[12] First Kiss
[13] Perlakuan Manis Devon
[14] Anya Ingin Baby
[15] Badai Menerpa
[16] Bertengkar
[17] Malam Yang Gundah
[18] Anya Menyerah
[19] Masalah Baru
[20] Sama-Sama Gengsi
[21] Hamil?
[22] Hari Bahagia Bersama
[23] List Keinginan Anya
[24] Jujurlah
[26] Jadi Cewek Gue!
[27] Perang Dunia 3 Part 1
[28] Perang Dunia 3 Part 2
[29] Anggalah Biangnya
[30] Berjuang Bersama
[31] Adik Bayi Mau Batagor
[32] Nasihat Om Adimas
[33] Masalah Lagi?
[34] Obsesi Angga
[35] Misi Penyelamatan Tyas
[36] Anda Salah Memilih Lawan
[37] Masalah Kembali Menghampiri
[38] Aku Enggak Gila
[39] Keguguran
[40] Aku Bukan Pembunuh
[41] Anya Harus Bangkit
[42] Ini Istriku, Istrimu Mana?
[43] Jangan Penjarain Dia
[44] Hadiah Untuk Anya
[45] Assalammualikum Adik Bayi
[46] Mengulang Masa SMA
[47] Aku Pergi
[48] Anya Mulai Aktif ya, Bund
[49] Anya Hamil?
[50] Ending
Epilog
Extra Part
Sekuellllll
Extra Part 2
Pamungkas

[25] Bertemu Tyas

2.1K 128 37
By Belfadya_

Ketika kita sudah memiliki jalan masing-masing, saat itulah godaan para mantan berdatangan.

[ [25] Bertemu Tyas ]

*****

Hari ini selepas salat magrib Deva berniat mengunjungi rumah putra sulungnya. Deva ingin memberikan oleh-oleh yang telah dia siapkan dari Sumba dan diapun akan mengatakan jika dia ingin pergi berlibur bersama ke Sumba nantinya. Semoga Devon dan Anya setuju karena sebentar lagi keduanya libur semester. Sekalian mengganti honeymoon yang tertunda.

Tok tok tok

"Assalammualaikum!"

"Waalaikumussalam, sebentar!"

Mendengar jawaban seperti itu Deva lantas diam tidak lagi mengetuk pintu ataupun bersuara, dia hanya menunggu dengan hati penuh harapan jika Devon dan Anya sedang berada di rumah dan mereka mau diajak berlibur bersama nantinya.

Ceklek.

"Mama?" ujar Anya senang kemudian Anya menyalami Deva, "Anya kira siapa. Ayo masuk, Ma!"

Deva tersenyum kemudian dia menggandeng tangan mertuanya untuk masuk ke dalam rumah.

"Dipikir-pikir kalian engga mau pindah gitu? Kalian kan udah ada penghasilan," ujar Deva seraya menelusuri setiap sudut rumah sederhana yang menjadi tempat tinggal putra sulungnya dan juga menantunya.

"Kalau Anya terserah Devon, Ma. Kalau Devon mau pindah, Anya ngikut."

"Emang, kita harus selalu ikut kata suami."

"Iya, Ma. Ayo, Ma, duduk!"

"Terimakasih, Nya, mantu kesayangan."

Deva tersenyum lebar seraya mendaratkan bokongnya ke kursi di ruang tamu rumah ini. Akan tetapi, Deva merasa ada yang kurang. "Devon mana ya?" tanya Deva.

"Devon lagi di rumah temannya, Ma, ada urusan kampus makanya izin nginep," maaf aku harus bohong, Ma.

Anya sedih dan kecewa pada dirinya yang telah berani membohongi mama mertuanya, tetapi jika dia jujur nanti masalahnya akan lebih besar terlebih biasanya Devon dan Anya selalu bisa menyelesaikan masalahnya sendiri tanpa harus ada yang mengetahui hal ini terutama kedua orang tua mereka.

"Dia suka ninggalin kamu sendiri?"

Anya menggeleng. "Engga kok, Ma. Ini pertama kalinya."

Sehebat-hebatnya pertengkaran mereka, Devon tidak pernah pergi dari rumah seperti ini, pria itu akan selalu diam di rumah dan tidur pun masih satu ranjang. Untuk kali ini Anya mengatakan hal yang sebenarnya.

"Mata kamu juga sembab, kamu nangis?"

Anya tersenyum tipis. "Anya cuman kangen sama Devon aja, Ma. Baru pertama kali pisah rumah, jadi gini."

Anya memang merindukan sosok Devon. Hatinya gelisah memikirkan dimana Devon berada. Saat bertanya pada sahabat-sahabat Devon semuanya menjawab tidak tahu.

"Oalah, kalian sweet banget. Pantesan betah di rumah ini sampai gak pernah nginep rumah Mama," goda Deva dibalas senyuman tipis Anya, "oh iya sampai lupa, Mama bawa oleh-oleh buat kalian dari Sumba terus Mama juga pengen nanti liburan sama-sama ke Sumba, ganti honeymoon kalian, biar cepat bisa gendong cucu."

"Cucu ya, Ma? Cucu yang Mama mau udah ada, Ma, tapi anak Mama yang gak mau keberadaan dia," lirih Anya membatin.

Rasanya, Anya ingin sekali menenangkan diri tanpa ada seseorang terlebih jika seseorang itu terus bertanya dan bicara berkaitan dengan sosok Devon.

Setiap kali nama Devon terucap, saat itu juga dia merindukannya.

Devon, aku rindu ....

***

"Lo serius?"

"Serius, dua rius, empat rius. Terserah deh. Intinya gue ngomong apa adanya. Keliatan banget si Devon marah makanya nih tadi kalian kompak dapat pesan dari Anya yang nanyain keberadaan si Devon."

"Terus tuh anak kemana sih?"

"Itu masalahnya."

"Gue takut dia ngelakuin hal nekat."

Bianca, Diana, Agasa, Zemi dan Naka, mereka berlima sedang berkumpul di kediaman Adimas, papa Diana. Mereka sedang membahas perihal Devon karena Bianca mengetahui dan melihatnya sendiri.

"Masa sih Anya selingkuh," gumam Diana membuat Bianca lantas menoleh ke arah Diana.

"Bisa jadi, Anya kan gitu waktu pacaran," balas Bianca menggebu, dia masih belum bisa menerima Anya sepenuhnya sebagai istri Devon karena Bianca tahu tabiat wanita itu.

"Tapi kalau dilihat-lihat Anya udah berubah," ujar Naka, "oh iya, Bi, lo masih ingat gak wajah cowok yang sama Anya?"

"Gue setuju sih, Anya emang udah beda," ucap Zemi menyetujui pendapat Naka, "maaf nih, Bi, aku bukan bela dia."

"Terserah kalian aja dan soal muka si cowok itu gue masih ingat kok," jawab Bianca, "emang kenapa?"

"Gas, yang kemarin kita selidiki udah ada?" Naka bertanya pada Agasa.

Agasa mengangguk kemudian pria itu merogoh sesuatu dari tas mininya, tas dirinya, Naka dan Zemi, tas dadakan yang mereka beli khusus untuk menyelidiki kasus ini.

"Nih," ujar Agasa seraya menyodorkan foto.

"Thanks," ucap Naka yang hanya dibalas anggukan oleh Agasa.

"Nak, kenapa lo ngeluarin foto itu?" tanya Zemi heran, ini kan kasus yang berbeda, tetapi kenapa Naka membawa bukti dari kasus yang berbeda.

"Feeling gue mengatakan kalau ini saling berkaitan," ujar Naka kemudian pria itu memberikan foto itu pada Bianca, "coba lo lihat, itu bukan orangnya?"

"Iya! Ini orangnya, sumpah gue pengen nyakar wajahnya, berani banget dia nyakitin hati Devon!" ucap Bianca menggebu bahkan Bianca melampiaskan amarahnya pada foto itu dengan cara memukul-mukulnya.

"Ini foto dari mana? Foto siapa?" tanya Diana bingung.

"Nanti kalian tahu semua, semoga semua ini cepat selesai. Gerah gue liat si Anya sama Devon berantem mulu. Enakan liat mereka akur kayak kemarin, adem. Pokoknya kalian doain aja penyelidikan gue, Naka sama Agasa menemukan titik terangnya."

"Kok kita gak diajak?" tanya Bianca kesal.

"Cewek diem aja, terlebih Diana, kalian fokus aja sama diri sendiri."

"Tapi aku mau ikut, Zemi," rengek Bianca.

Naka melirik Zemi yang terlibat serba salah. Sebentar lagi nih bocah luluh sama pawangnya, kata Naka membatin.

"Ikut ya?" rengek Bianca lagi seraya menarik-narik tangan Zemi.

Zemi menghela napas kemudian mengangguk. "Iya boleh, Sayang, apa sih yang enggak."

"Gue bilang juga apa, dia mah luluh. Lembek urusan cewek mah, apalagi Bianca."

***

Hal gila yang pernah Devon pikirkan selama hidupnya adalah sekarang, dia memikirkan bagaimana jika dia pergi ke Club untuk menenangkan diri.

Akan tetapi, itu hanya sekedar angannya saja, nyatanya pria dua puluh satu tahun itu tidak pergi ke sana, dia takut jika terjadi hal yang tak terduga seperti kejadian kedua sahabatnya dulu, Devon tidak mau.

Jadi, pria itu memilih untuk pergi ke restoran saja. Di restoran ada ruangan yang bisa dia jadikan tempat untuk tidur. Itu lebih baik bukan daripada ke tempat laknat itu?

Namun, belum jua dia melajukan mobilnya, dia melihat sosok perempuan yang sangat dia kenali sedang berjongkok di pinggir jalanan sepi dengan pundak yang naik turun, menandakan bahwa perempuan itu menangis.

Dengan jiwa pria sejatinya, Devon lantas keluar dari mobil dan berjalan mendekati perempuan itu. "Lo, lo enggak papa?" tanya Devon tepat saat pria itu sudah berjongkok di depan perempuan tadi.

"Dev..Devon," ujar perempuan itu seraya langsung menghamburkan pelukannya pada Devon, "gu...gue dirampok, Dev. Mobil, ponsel, dompet, semuanya diambil, Dev. Gu..gue takut hiks...."

Devon bisa merasakan tubuh yang mendekapnya ini bergetar hebat dan Devon berpikir jika perempuan ini trauma.

"Syut... syut..., gue di sini, lo jangan takut lagi," ujar Devon seraya mengelus punggung perempuan itu, "gue antar lo balik, ya?"

Perempuan itu mengangguk. "Tapi gue tinggal sendirian di apartemen, lo nginep ya? Gue takut, Dev, gue takut ada orang jahat lagi. Gue gak mau ketemu mereka."

Kedua mata Devon membola.

Dia tidak salah dengar, kan?

Menginap di apartemen perempuan yang tengah dia dekap. Perempuan itu tak lain adalah Tyas, mantannya.

"Gue mohon, Dev, hiks ..., gue takut."

Sorry, Nya, Ma, Pa, semuanya, gue cuman mau nolong doang dan doain gue bisa nahan segala hal buruk yang bakalan terjadi.

"Iya, gue antar dan bakalan nginep," ujar Devon akhirnya, dia tidak tega, dia merasa iba, hanya itu saja, tidak ada yang lainnya.

—Tbc.

A/n: enyah kau para mantan awkak.

Semoga suka ya💜🤗

Makasih udah mampir 😍

Jangan lupa vote and comment 😉

See you, papayy🤗😍

Continue Reading

You'll Also Like

386K 33.9K 54
jatuh cinta dengan single mother? tentu itu adalah sesuatu hal yang biasa saja, tak ada yang salah dari mencintai single mother. namun, bagaimana jad...
19.4K 833 32
Bulan dan Fajar merahasiakan hubungan mereka dari khalayak ramai. Hanya keluarga keduanya, dan sahabatnya Fajar saja yang mengetahui, sedangkan sahab...
STRANGER By yanjah

General Fiction

218K 25K 33
Terendra tak pernah mengira jika diumurnya yang sudah menginjak kepala empat tiba-tiba saja memiliki seorang putra yang datang dari tempat yang tak t...
206K 285 4
Perasaan Lama Belum Kelar Intinya cuma satu , harus diselesaikan . Cover by : ifaizzaa