44. Smile

19 2 0
                                    

"Ice.. gue punya trik buat lo" Aldrich tersenyum menatap Ice.

"Trik apa?" Tanya Ice.

Aldrich kemudian menaikkan jari telunjuk dan jari tengahnya menjadi 2 jari dan membawanya ke mulut Ice. Ia kemudian menaikkan kedua ujung bibir Ice dengan kedua jarinya agar tersenyum.

"Whatever happens, just smile"

"Senyumin aja, nanti semuanya juga pasti membaik" lanjut Aldrich, ia kemudian menurunkan tangannya dari mulut Ice.

Ice masih belum tersenyum, ia masih menatap Aldrich, tetapi ia sudah tidak menangis.

"Coba lo senyum dulu" kata Aldrich. Ice akhirnya menurut. Ia berusaha tersenyum.

"Nah gitu dong" kata Aldrich yang juga tersenyum. Aldrich benar benar bisa membuat Ice merasa lebih baik.

"Eh Ald.." Ice baru menyadari sesuatu. Ia melihat ke bahu kanan Aldrich.

"Ini lengan baju lo kejahit?" Ice membawa tangannya dan langsung menyentuh tepat di jahitan baju itu.

"Ahh" Aldrich meringis kesakitan kemudian ia langsung membawa bahu kanannya menjauhi Ice.

"L-lo kenapa? L-lo sakit?" Tanya Ice khawatir.

"E-emm.. ke-kemarin gue... Gue kena air panas.."

"Hah? Kok bisa? Makanya lo hati hati.." kata Ice.

"Lo khawatir sama gue?" Aldrich tersenyum kemudian mendekati wajahnya dengan wajah Ice, ia sengaja mengubah topik agar Ice tidak menanya tentang jahitan dibajunya itu. Ia sudah tidak tahu harus menjawab apa.

Ice kemudian memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia salah tingkah. "Y-ya khawatir lah.. kalo lo gaada kan ke kepoan gue tentang lo sama Sea juga ga bisa sembuh" Ice tak berani menatap wajah Aldrich.

Aldrich sedikit terkekeh.

Tak lama kemudian Sea dan Dinary pun masuk ke kelas, pandangan Ice langsung tertuju pada Dinary.

~~~

Sea berjalan keluar dari kelas. Sebenarnya ia masih ingin menemani Ice, tapi apa dayanya bila Ice saja menyuruhnya untuk keluar melihat Dinary.

Sea mencari Dinary ke segala arah, sebenarnya ia sangat malas mencari gadis ini, hanya saja ini adalah kemauan Ice. Ia rela melakukan segalanya agar Ice kembali menyukainya.

Sea melihat Dinary duduk didepan lapangan sekolah, ia pun bergegas kesana dan duduk tepat disamping Dinary. Tangisan Dinary sudah mereda tetapi belum berhenti.

"Ry.." belum saja Sea melanjutkan perkataannya, Dinary sudah memeluknya langsung.

"Hiks Sea.. lo jangan marah sama gue ya.. hiks hiks... Gue minta maaf... Gue sayang sama lo, jangan marah sama gue" sepertinya dengan kehadiran Sea membuat tangisan yang sudah mereda tidak jadi mereda lagi.

Sea belum berbicara apa apa, ia berusaha melepaskan pelukan Dinary.

"Ry lepas.." kata Sea yang masih berusaha.

Akhirnya Dinary melepaskan pelukannya dari Sea.

"Dengan gue suka sama Ice bukan berarti itu adalah salah Ice, jadi jangan nyakitin Ice" kata Sea langsung in to topic, ia tak peduli seberapa sakitnya Dinary sekarang, yang terpenting baginya sekarang adalah Ice aman.

"Hiks.. gue cuma mau lo ngeliat gue ada aja.. lo ga perlu pacaran sama gue, gue cuma mau lo lebih peduli sama gue aja hiks hiks"

"Gue tau lo sayang sama Ice, tapi bisa ga lo ga bersikap cuek sama gue? Hiks.."

Sea menoleh ke arah lain kemudian ia mengangguk "Oke, kalo cuma itu mau lo, gue akan berusaha.. tapi lo harus janji jangan nyakitin Ice lagi, atau kalo ga, gue pasti lapor polisi ulah lo.. oh, dan juga lo harus minta maaf sama Ice"

Dinary mengangguk. Tangisannya sudah hampir berhenti.

"Ry, gue bener bener nanya lo, lo pernah nganggep Ice temen ga?" Tanya Sea.

"Gue ga pernah ga nganggep Ice sebagai temen.. cuma kadang gue kesel aja liat orang yang gue suka deket sama dia"

"Tapi masa hanya karena kesel lo harus sampe ngelukain dia? Ga kekerasan?"

"Akhir akhir ini gue ga bisa nahan rasa kesel gue, apalagi ngeliat dia yang terus mau mau aja sama lo, padahal dia suka nya bukan sama lo, gue minta maaf harus ngomong terus terang sama lo, tapi gue pikir lo juga ngerasain kan, kalo dia sukanya jelas jelas sama--" perkaataan Dinary terpotong.

"Udah cukup"potong Sea keras.

Dinary membuang nafasnya kasar, "Ga bisa nerima kenyataan?" Tanya Dinary menatap lurus lapangan.

"Bukan urusan lo" balas Sea yang juga menatap lurus lapangan.

"Sakit banget ya? Nyukain orang yang ga nyukain balik" Sea tak menjawab, ia bangun dari tempat duduknya dan menarik tangan Dinary, ia kemudian berjalan sambil menarik tangan Dinary ke kelasnya.

Sea melepas tangan Dinary tepat didepan kelas, "Minta maaf sama Ice!" Perintah Sea. Mereka berdua kemudian memasuki kelasnya.

Pandangan Ice langsung tertuju pada Dinary.

"Ry" Ice berdiri dari kursinya dan sedikit tersenyum kepada Dinary. Dinary berjalan mendekati Ice.

Dinary tak berkata apapun, ia malah ingin menangis melihat wajah Ice.

"Kenapa sih Ice? Kenapa lo ga benci aja sama gue? Gue udah memperlakukan lo seburuk itu, kenapa lo masih harus baik sama gue?" Dinary tak bisa menahan air matanya, ia lagi lagi menangis.

"Ry.. lo temen gue... Mau lo seburuk apa, lo juga masih tetep temen gue" Dinary tak bisa berkata apapun lagi, ia jadi sangat merasa bersalah memperlakukan Ice seperti itu.

"I-Ice.. hiks.. gue, gue minta maaf, hikss, maafin gue" Dinary terus menangis.

Ice kemudian berjalan mendekati Dinary kemudian langsung memeluk Dinary.

"Gue ga marah sama lo.." Ice tersenyum ditengah matanya yang berkaca kaca dibalik pelukan itu. Aldrich tersenyum melihat Ice dan Dinary, begitu pula dengan Sea.

Ice kemudian melepas pelukan itu. "Udah, jangan nangis, cengeng banget gue punya temen" kata Ice.

Dinary sedikit tersenyum.

~~~

Aldrich dan Ice berjalan bersama sama di jam istirahat.

"Bener kata lo, senyum aja dan semua akan membaik, tips lo berguna banget, makasih" Ice tersenyum menoleh ke Aldrich.

Aldrich membalas senyuman Ice. "Eh iya, kapan kita mau ke rumah Sea buat nanya ke orang tua Sea tentang lo?" Tanya Ice.

"Besok gimana?" Balas Aldrich.

"Oke boleh, pulang sekolah ya.." lanjut Ice.

Aldrich mengangguk dan membuang nafasnya, ia sedikit merasa takut untuk mengetahui semua kenyataan. Ice menyadari bahwa ekspresi pada wajah Aldrich berubah tak dapat di artikan.

"Ald.. lo kenapa?" Tanya Ice.

"Gapapa" jawab Aldrich memaksa senyumannya.

"Gue sebenernya pengen bantu meringankan otak lo, karena gue yakin lo lagi menyimpan sesuatu dengan ekspresi wajah lo yang ga baik baik aja.. tapi kalo lo emang ga siap terbuka sama gue juga gapapa kok.. gue cuma mau bilang gue bersedia dengerin semua keluh kesah lo" Ice tersenyum menatap Aldrich.

Hello, apa kabar para readers? Moga kalian baik baik aja.. moga suka sama part ini:) makasih udah baca:)

-Eileen

My Twins Lovers (END)Where stories live. Discover now