57. Acceptance

19 2 0
                                    

Anne sedikit mundur dan menatap Aldrich dan Sea bergantian, "Ada yang mau ditanyain lagi?" Anne menghela nafasnya.

Sea sedikit menggeleng dan membuang mukanya, sedangkan Aldrich masih terdiam.

"A-Ald minta maaf udah mikir mama pilih kasih" Aldrich menatap Anne dengan tatapan bersalahnya.

"Hm, gapapa" kata Anne.

"Kalian berdua juga, kapan mau akur? Kalian saudara lho" Lanjut Anne.

"Saudara trus gimana? Banyak tuh diluar sana saudara yang ga akur" balas Sea spontan.

Anne menghela nafasnya, ia benar benar lelah menghadapi Sea.

"Aldrich, mama titip Sea sama kamu ya, jagain dia, mama mau liatin papa kamu dulu" kata Anne pada Aldrich.

Aldrich sedikit mengangguk, "Iya ma"

Tepat setelah Anne pergi, Aldrich kembali menoleh ke arah Sea, tetapi Sea langsung melangkah pergi menjauh dari Aldrich, Aldrich menatap kepergian Sea sebentar sebelum ia melangkah mengikuti Sea.

Sea berjalan dan menyebrang untuk pergi ke tempat parkiran motornya. Ia bahkan tak melihat kanan kiri sebelum menyebrang dan akibatnya ada mobil hitam yang melaju dengan kecepatan yang lumayan tinggi dari samping kanan, Sea baru menyadarinya saat mobil hitam itu sudah dekat dengan dirinya dan sudah hampir menabraknya tetapi langkahnya terasa kaku untuk mau bergerak menghindar.

Aldrich yang melihat hal itu langsung berlari secepat mungkin dan langsung mendorong tubuh Sea kedepan, sedangkan dirinya tepat terjatuh ditengah jalan, Aldrich menoleh menatap mobil hitam itu yang sudah hampir menabraknya, ia sudah pasrah dan pada akhirnya mobil hitam itu berhenti tepat didepannya, jaraknya dan mobil itu hanya sejengkal. Aldrich seketika menghela nafasnya lega. Sea yang baru terbangun sehabis didorong Aldrich itu langsung berlari dengan cepat dan menghampiri Aldrich, "lo gapapa kan?" Raut wajah Sea terlihat tak bisa ditebak, mungkin khawatir...?

Aldrich menggeleng, "gua gapapa, lo gimana?" Tanya Aldrich balik.

"Gua juga gapapa" Sea perlahan membantu Aldrich untuk berdiri. Kemudian sopir mobil itu membuka pintu dan turun dari mobilnya menghampiri Aldrich.

"Pak, lain kali kalau nyetir di jalan kecil gini jangan dong ngebut pak, kalo dia ketabrak gimana?" Ini bukan suara Aldrich melainkan Sea, ia tak dapat mengontrol emosinya atau mungkin ia lupa diri...?

Aldrich menahan bahu Sea, "Sea, udah, cukup, lo juga salah, gamau liat kanan kiri sebelum nyebrang" kata Aldrich berusaha menahan Sea agar ia tak mencari masalah dengan sopir mobil itu.

"Tapi dia hampir aja nabrak lo, lo hampir aja mati karena dia, masa lo mau tinggal diem?? Dia juga salah!" Sea membantah.

"Sea, tapi dia belum nabrak gua" lanjut Aldrich yang seketika membuat Sea terdiam.

"Saya minta maaf atas tingkah adik saya, pak. Tapi lain kali bapaknya juga jangan ngebut, selain ngebahayain orang lain juga ngebahayain diri bapak sendiri, jadi lebih hati hati aja ya pak?" Kata Aldrich.

"Iya, saya akan lebih hati hati, maaf ya" Aldrich sedikit mengangguk dan tersenyum kemudian ia menarik Sea ke parkiran.

"Lo juga, lain kali kalo mau nyebrang liat kanan kiri dulu, tadi kalau gua gabisa bantuin lo tepat waktu gimana?"

"Hm." Balas Sea singkat.

"What? Udah jam segini?" Sea terkejut sesaat setelah melihat jam tangan yang melingkar pada tangan kirinya. Sea langsung bergegas memakai helm dan naik ke motornya. Aldrich hanya mengamati Sea saat itu.

Setelah Sea naik ke motornya dan akan meninggalkan tempat itu, "Tunggu" kata Aldrich.

"Apaan?" Tanya Sea.

"Ban belakang lu kempes" jawab Aldrich.

"Hah?" Sea melihat ke arah ban belakang motornya, dan benar, ban nya kempes.

Sea kembali melihat jam tangannya, "Ck, gua udah mau terlambat" Sea sedikit mengacak rambutnya.

"Dah lah, gua ga peduli, biarin aja kempes" Sea sudah bersiap memutar gas tetapi lengannya ditahan Aldrich.

"Jangan, nanti malah pecah ban lo trus kecelakaan" kata Aldrich.

"Ni, pakai aja motor gua, nanti gua yang bawain motor lo ke bengkel" Aldrich memberikan kunci motornya pada Sea.

Tanpa pikir panjang, Sea langsung mengambil kunci dari tangan Aldrich, "Dimana motor lu?" Tanya Sea.

"Disamping lu" kata Aldrich sambil menatap motor yang berada disampingnya.

Sea langsung turun dari motornya dan naik ke motor Aldrich, ia langsung meninggalkan tempat itu dengan cepat.

Aldrich hanya menatap kepergian Sea yang perlahan menghilang. Ia kemudian naik ke motor Sea dan mencari bengkel terdekat sebelum pada akhirnya ia balik ke apartemen.

Aldrich merebahkan tubuhnya dikasur sambil memejamkan matanya, tetapi ia masih tak bisa tidur dengan tenang.

Flashback On

"Ald, gue minta maaf, gue janji, gue ga akan gini lagi, gue ga akan menutupi sesuatu lagi dari lo, gue janji, kasih kesempatan gue ya, gue mohon"

"Gue udah pernah ngasih kesempatan bagi lo buat ngomong, tapi lo masih memilih jalan ini, sekarang lo udah terlambat, Ice."

"Ald... hiks, hiks.." Ice terus menangis.

"Gue paling benci sama pembohong... Apalagi orang yang bohongin gue adalah orang yang paling gue... percaya"

"Jujur aja, gue kecewa... sama lo" air mata Ice terus mengalir. Aldrich berbalik arah, berniat berjalan dari sana, tetapi tangannya di tahan oleh Ice.

"Lo juga pernah bohongin gue, lo juga pernah hiks.. lo pernah bilang kalo Sea yang bantuin gue, padahal itu lo, kenapa lo ga anggep ini udah imbang? Hikss"

Flashback Off

Aldrich kembali membuka matanya, ia membuang nafasnya kasar. Sebenarnya ia tak tega melihat Ice seperti itu, tapi ia rasa bila ia memaafkannya, ini terlalu mudah bagi Ice.

Aldrich mengambil hp nya dan membuka wa nya, ia terfokus pada nama Ice yang berada di depan layar hp nya, tidak, gadis itu tidak mengirim pesan kepadanya, tetapi tertera tulisan "typing" di bawah namanya, tetapi beberapa menit kemudian gadis itu kembali offline, Aldrich mengerutkan alisnya, pesan apa yang mau dikirim gadis itu?

~~~

Sea memarkirkan sepeda motor Aldrich tepat diparkiran sekolah kemudian ia langsung berjalan memasuki kelas, ia berjalan ke bangku Aldrich kemudian meletakkan kunci motor Aldrich tepat di atas meja depan Aldrich.

"M-makasih" kata Sea berusaha tetap cool.

Aldrich sedikit mengangguk kemudian mengembalikan pula kunci motor Sea.

"Berapa?" Tanya Sea.

"Hm?" Aldrich belum mencerna maksud perkataan Sea.

"Ban motor gua, berapa?" Ulang Sea.

"Gapapa, gua bayarin" Aldrich tersenyum usil menatap Sea yang hanya dibalas oleh tatapan datar Sea.

"K-kapan lo mau tinggal dirumah?" Tanya Sea tiba tiba dan tentunya pertanyaan ini sangat mengejutkan bagi Aldrich.

"Hm? Emang lu udah mau punya kakak?" Tanya Aldrich hampir tersenyum.

Sea terdiam sebentar sebelum ia menoleh kearah lain dan menjawab "Hm"

Seketika terulas senyuman diwajah Aldrich. Akhirnya adiknya juga mau menerima dirinya.

"Jadi... nanti gua langsung pindah deh" Aldrich sedikit terkekeh melihat tingkah adiknya yang masih menunjukkan tampang sok cool-nya.

Sea sedikit mengangguk sebelum pada akhirnya berjalan meninggalkan bangku Aldrich.

Heyooo guysss how r u all?? If me ga terlalu baik, tapi ya syukurlah aku masih bisa melewatinya:) hehe. Intinya aku harap kalian semua baik baik saja disana yoo. Don't stress with the situation rn, mending positive thinking ae.

-Eileen


My Twins Lovers (END)Where stories live. Discover now