43. Trik

17 1 0
                                    

"Dan yang lebih baik daripada itu, gue udah berhasil nangkap penjahatnya" sambung Ice. Ia sengaja berbicara seperti ini untuk melihat reaksi Dinary.

"S-seriusan? Si-siapa penjahatnya? Siapa yang nyuruh penjahatnya ngelakuin?"

"Hm? Gue belum bilang kalo ada yang nyuruh penjahatnya ngelakuin, kok lo bisa tau?"

"Gu-gue... Gue nebak" jawab Dinary sangat mencurigakan.

"Kan biasanya di film film banyak yang gitu.." sambung Dinary.

Ice mengangguk angguk, "hm.. lo bener.. ada yang nyuruh penjahatnya ngelakuin"

"Trus.... Lo tau siapa yang nyuruh?"

Ice belum menjawab, ia malah menatap mata Dinary dalam.

"Tau dong.. Sea pinter banget.. selain bisa nangkep penjahatnya, dia juga bisa buat sampe penjahatnya mau ngomong siapa yang nyuruh dia.." kata Ice tersenyum ringan.

Jantung Dinary mulai tak karuan, keringat dingin mulai mengucur deras menodai wajahnya. Dinary sudah tak berani bertanya apa apa dengan Ice lagi, ia langsung memalingkan wajahnya.

"Lo ga pengen tau siapa yang nyuruh?" Tanya Ice masih menatap Dinary. Dalam hati Ice sudah sangat sedih, tetapi ia berusaha menyembunyikan kesedihannya itu.

"S-siapa?"

"Tapi gue pikir, gue ga perlu ngasih tau.. karena... Gue pikir lo udah tau juga.." senyuman Ice mulai memudar.

Dinry perlahan menoleh ke Ice dengan rasa takutnya, jantungnya sudah berdetak tak karuan.

"Kemarin penjahatnya bilang.. yang nyuruh dia rambutnya sebahu, umur nya sekitaran gue sama Sea.. trus Sea nanya ke gue siapa aja yang tau gue sama dia ke bioskop.. dan baru gue pikir, itu hanya lo... Jadi gue ngasih liat penjahatnya foto lo, dan ternyata... Hal yang ga pernah gue pikirin pun terjadi.." mata Ice mulai berkaca kaca, ia mulai tak bisa menahan air matanya.

"Trus lo percaya gitu aja? Dia bisa aja bohong.. kenapa lo lebih percaya sama penjahat yang mau jahatin lo daripada sama sahabat lo sendiri??" Balas Dinary.

"Pertama gue juga ga pengen percaya.. tapi baru tadi gue ceritain ke lo.. gue liat reaksi lo..." Ice mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia tidak mau lagi melanjuti perkataannya, air matanya perlahan jatuh membasahi wajahnya.

"Gue ga nyangka aja Ry.. kenapa temen yang paling gue sayang bisa... Hiks" lanjut Ice.

"Lo kenapa sih Ry?" Ice terus menangis. "Gue ada salah sama lo? Kenapa lo ga ngomong sama gue baik baik.. kenapa lo harus gini? Hiks hiks.." Ice sudah tak sanggup berbicara lagi. Ia sudah menangis sangat parah, bahkan ia sudah tak mempedulikan lagi siapa saja yang ada disana dan melihat dia menangis.

"Sebenernya gue salah, gue lebih mending membiarkan penjahat itu kabur daripada gue harus tau siapa yang nyuruh dia ngelakuin gini.." lanjut Ice.

Dinary terdiam, ia mengepalkan tangannya, matanya berkaca kaca.

"Lo masih ngeliat gue sebagai sahabat ga sih Ice?" Tanya Dinary, setetes air matanya keluar.

"Ga seharusnya Ice yang ngomong gitu sama lo?" Lanjut Sea yang berjalan masuk ke kelas bersama Aldrich. Sea berjalan dan berdiri tepat disamping Ice.

"Ice udah sayang banget sama lo, tapi kenapa lo harus ngelakuin gini sama Ice, HAH??!" Sea mulai emosi.

Dinary terus menangis "Pengen tau banget kan? Kenapa gua harus ngelakuin ini??" Dinary tersenyum miring menatap Ice dan Sea bergantian.

"Okay, I will tell both of you!" Lanjut Dinary.

"Ice.." kata Dinary terhenti.

"Gue.. gue suka sama Sea" kata Dinary, ia bahkan berbicara didepan Sea.

Sea yang mendengar pun kaget, ia tak bisa berkata apa apa lagi.

"Gue udah suka sama dia sejak lo pergi ke Korea"

"Hiks... TAPI KARENA ADA LO!! Sea jadi ga pernah ngeliat gua!!" Pandangan Dinary kini menuju ke Ice. Ia menatap Ice tajam.

Ice perlahan menggeleng, tangisannya tambah menjadi jadi setelah mendengar perkataan Dinary.

"Jadi gua cuma mau biar di wajah mulus lu tuh ada luka... Luka berbekas, biar ga ada seorang pun lagi suka lagi sama wajah lu!!" Dinary geram. Ia sangatlah emosi.

"Ry.. gue.. gue... Hiks" kata Ice.

"Lo ga usah ngomong apa apa lagi!!" Dinary menunjuk Ice dengan jadi telunjuknya.

"Gua udah pernah peringatin lu suruh lu move on dari Sea, suruh lu menjauh, TAPI LU GA PERNAH DENGERIN OMONGAN GUA!!"

"Ry, masa lo mau biarin hanya masalah cowok ngerusak pertemanan lo sama Ice??" Tanya Aldrich, ia sudah tak bisa tinggal diam lagi. Daritadi ia berusaha diam tapi tak ada yang membaik, jadi ia harus melakukan sesuatu agar pertengkaran ini berakhir.

"Lu orang luar, gausah ikut campur!!" Balas Dinary kasar.

"Ry, semuanya belum terlambat, kalo lo mau minta maaf sama Ice dan memperbaiki diri lo" lanjut Aldrich. Ia tidak peduli orang luar, intinya ia harus ikut campur.

Dinary tak menjawab apapun, ia terus menangis, sama dengan Ice.

"Ry.. gue... Kalo lo suka sama Sea.. gue juga ga bakal ngelarang..hiks," Sea menoleh spontan ke arah Ice. "Gue ga bakal marah kalo lo mau pacaran sama Sea, tapi tolong lo jangan gini hiks hiks..." Kini Sea yang menatap Ice dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Ry, gue pengen kita jadi kayak dulu, temenan kayak dulu, tanpa rahasia, tanpa perusak pertemanan.. kita masih bisa jadi kayak gitu, kan? Hiks" Ice sangat sedih. Ia tak ingin kehilangan temannya ini. Ia tak peduli bila Dinary jahat dengannya, yang terpenting baginya sekarang adalah hubungan pertemanannya.

Dinary menggeleng sambil menangis, ia sudah tak sanggup berbicara apapun lagi, ia akhirnya berlari darisana dan keluar dari ruangan kelas, sedangkan Ice, ia masih menangis, ia kemudian berjalan ke kursinya dan duduk.

Sea berjalan ke arah Ice, ia menyentuh punggung Ice. "Gue yang jadi sebab dipermasalan ini, nanti biar gue yang ngomong sama Dinary" kata Sea kepada Ice.

Ice hanya mengangguk, tangisannya sudah mereda.

Sea kemudian duduk disamping Ice. "Gue pikir mending lo putus pertemanan aja sama dia, lo udah tau dia sejahat itu, jangan coba coba lagi temenan sama orang kayak gitu" lanjut Sea.

Ice menggeleng "Dia mau sejahat apa, gue juga masih nganggep dia temen gue" balas Ice, ia tidak terima dengan ucapan Sea.

"Tapi--" Ucapan Sea terpotong oleh Aldrich.

"Sea, mending lo liatin Dinary" potong Aldrich yang tiba tiba sudah berdiri disamping meja Ice.

Ice kemudian menoleh ke arah Sea, "Iya Sea.. liatin dulu Dinary, gue gapapa kok" Ice memaksa senyumannya.

Mau tidak mau, Sea pun bangun dari kursinya kemudian keluar dari ruang kelas dan mencari Dinary.

Aldrich kemudian menggantikan Sea duduk di samping Ice.

"Don't worry be happy.." Aldrich tersenyum tulus pada Ice. Dan siapa sangka, hanya satu kalimat yang dikeluarkan dari mulut Aldrich itu dapat membuat Ice merasa lebih baik.

"Makasih Ald"

"Ice.. gue punya trik buat lo" Aldrich tersenyum menatap Ice.

"Trik apa?" Tanya Ice.

Trik apa yaa?? Mau tau nantikan part berikutnya gaes:) thanks for reading untill this part:")

-Eileen

My Twins Lovers (END)Where stories live. Discover now