59. Usaha Ice

27 3 2
                                    

Ice tersenyum ditengah air matanya kemudian ia langsung memeluk Dinary, Dinary membalas pelukan itu. "Makasih pencerahannya, manusia galak" kata Ice tersenyum dibelakang pelukan itu, tetapi ia masih terus juga mengeluarkan air matanya.

"Sekarang keputusannya cuma ada di lo aja, lo mau gimana?" Tanya Dinary setelah melepas pelukannya.

"Gue akan berjuang lagi sekali aja, dan gue janji, kalau semua masih tetep gini, gue akan mundur dan move on" Ice memaksakan senyumannya.

Dinary sedikit tersenyum dan mengangguk, "hm.. good luck"

"Thanks" balas Ice.

"Btw, lo udah baikan, kan?"

Ice mengangguk, "Gue udah ngeluarin semua isi otak, udah lega" Ice tersenyum.

"Hm, bagus"

Ice kemudian bangun dari kursi dan kembali berjalan kembali ke arah bangkunya, begitu pula dengan Dinary.

"Eh btw, Aldrich sekarang piket, kan?" Tanya Ice.

"Yes, dan temen piketnya semua ga masuk, rajin rajin banget ya temen kita" jawab Dinary tersenyum.

Ice tersenyum tiba tiba, ia mendapat ide. "Bagus deh mereka ga masuk" Ice masih tersenyum menatap ke depan.

Jam pulang tiba, semua murid langsung keluar dari kelas kecuali Ice dan Aldrich, tas Sea juga masih berada di dalam kelas tetapi pemiliknya entah hilang kemana, yang pasti Sea masih berada di dalam sekolah.

Aldrich mengambil sapu, bersiap untuk membersihkan ruangan, sebenarnya ia menyadari bahwa Ice masih disana, tapi ia tak begitu mempedulikan gadis itu.

"Mau dibantu?" Tanya Ice tersenyum ringan, seperti tak pernah menangis karena Aldrich.

"Gausah, pulang aja" perintah Aldrich.

"Engga, mau nungguin lo, biar lo ga kesepian.. hehe" lanjut Ice.

Aldrich tak membalas perkataan Ice, ia lanjut menyapu, sedangkan Ice duduk manis di kursinya sambil menopang kepala dengan tangannya. Ia sedikit mengantuk harus berdiam diri tanpa melakukan apapun.

Beberapa menit kemudian, Ice telah terlelap dalam mimpinya, ia masih menopang kepala dengan tangannya tetapi sudah memejamkan mata.

Aldrich menyadari hal itu, ia sedikit tersenyum saat melihat dari kejauhan gadis itu tertidur. Wajahnya memang sangat tenang.

Aldrich tak begitu peduli, ia lanjut melakukan pekerjaannya sampai selesai, ia menoleh ke arah Ice, gadis itu masih tertidur pulas di mejanya. Ia merasa ragu untuk membangunkan gadis itu, atau ia biarkan saja? Nanti juga Ice pasti bangun sendiri. Ia masih harus bersikap seolah tak peduli pada Ice.

Aldrich akhirnya mengambil tas nya dan sedikit menoleh ke arah Ice, setelah itu ia langsung bergegas keluar dari ruangan kelas tanpa membangunkan Ice.

Ice masih tertidur sampai seorang lelaki masuk ke kelas dan menyadari adanya Ice disana.

Lelaki itu memperhatikan Ice dari samping, ia sedikit tersenyum sebelum akhirnya sedikit mendorong lengan yang menopang kepala Ice sehingga kepalanya terjatuh ke bawah, Ice langsung terbangun dan kaget melihat wajah lelaki didepannya.

"Aldrich?" Ice sedikit tersenyum.

"Sea." Lanjut lelaki didepannya.

Senyuman Ice memudar, ia terlalu tak fokus sehingga tak dapat membedakan kedua kembaran ini.

"Kenapa? Kecewa karena bukan dia?" Tanya Sea.

Ice menoleh ke arah lain sebelum akhirnya ia menyadari sesuatu, ia melihat sekeliling ruangan kemudian kembali menatap Sea.

My Twins Lovers (END)Where stories live. Discover now