52. Bunuh Diri?

20 3 0
                                    

"Lo sama Aldrich saudaraan?" Tanya Ice langsung in to the topic.

"Jadi gini...."

Flashback Off

Ice membuang nafasnya kemudian bersandar pada kursi dan memejamkan mata, ia sangat gelisah tidak tahu harus bagaimana, semua terasa serba salah.

~~~

"Ice, sini" baru saja Ice memasuki gerbang sekolahnya, ia langsung ditarik Sea ke suatu arah, tumben saja jam segini Sea sudah tiba di sekolah.

"Apaan?"

"Lo ga dapet bilangin Aldrich tentang masalah keluarga gue kan?" Tanya Sea. Seseorang berhenti tepat di belakang tembok setelah mendengar namanya disebut, ya itu Aldrich.

"Gue ga dapet bilang apa apa"

"Bagus.."

"Lo tenang aja, gue ga akan bilang kok" lanjut Ice, ia sudah sangat malas harus menghadapi Sea.

Aldrich yang berada dibelakang tembok pun sudah merasa tak enak. Ia yakin ini pasti tentang masalah orang tua nya. Apakah Ice membohongi nya? Apakah selama ini ia percaya pada orang yang salah?

Aldrich mengepalkan tangannya, ia kemudian berjalan pergi darisana.

"Iya, jangan aja lo bilang"

Sea kemudian terkekeh melihat Ice. "Ternyata lo juga masih takut gue kenapa kenapa ya, artinya lo masih khawatir sama gue, lo masih suka sama gue" Sea tersenyum menatap Ice.

Ice hanya menatap Sea kesal. "Ga, gue cuma ga pengen liat orang mati aja"

"Ah masa?" Sea masih tersenyum usil. Ice membalikkan tubuhnya mau berjalan darisana tetapi tangannya di tahan Sea.

"Malu ya? Makanya ga berani natap gue, malah menghindar haha"

"Lepas" kata Ice dingin.

"Kalo gamau gimana?" Ice menarik tangannya dari pegangan Sea dengan kasar, ia kemudian berbalik menatap Sea.

"Sea, gue benci lo" Ice menekankan setiap katanya, matanya menatap Sea berkaca kaca, ia sangat kesal dengan lelaki yang berada didepannya.

Flashback On

"Lo sama Aldrich saudaraan?" Tanya Ice langsung in to the topic.

"Jadi gini, iya, gue sama dia saudaraan"

Ice tersenyum lebar, dugaannya tepat.

"Sebenernya gue udah tau semua ini dari sebelum lo balik dari Korea sehari, makanya pas gue ketemu Aldrich, gue ga begitu kaget ngeliat dia." Jelas Sea.

"Waktu itu gue bantuin mama gue beres beres kamar, tiba tiba gue nemuin kalung yang ga pernah gue liat, gue coba tanyain ke mama gue itu kalungnya siapa, dan mama gue nangis gitu aja, gue bingung kenapa mama gue nangis, akhirnya dia cerita kalo gue sebenernya punya saudara kembar, tapi dipisahin dari bayi gara gara keluarga gue waktu itu gabisa bayar hutang. Ya kalung itu hanya sebagai pengingat bagi mama gue agar selalu ingat sama kembaran gue aja."

"Dulu keluarga gue pernah kaya trus bangkrut, ortu gue hutang sama satu keluarga yang katanya berbudi banget sama keluarga gue, dan katanya keluarga itu suami istri pengen punya anak, tapi gabisa, akhirnya pas mereka ngeliat kembaran gue dan mereka suka, jadi dia minta pada ortu gue, pertama ortu gue ga ngasih karena waktu itu belum bangkrut, tapi pas udah bangkrut plus banyak hutang sama keluarga itu, akhirnya papa gue mutusin ngasih Aldrich ke keluarga itu, mereka bikin perjanjian, kalo ortu gue mau ngasih Aldrich ke mereka, berarti hutang ortu gue langsung habis sama mereka dan juga dikasik tambahan uang dari mereka untuk membangun diri..."

"Ya gitu aja, mama gue ga rela banget katanya anaknya di ambil, tapi wajar lah, mana mungkin orang tua bisa relain anaknya di ambil orang, tapi ya akhirnya gara gara papa gue setuju dengan persyaratan keluarga itu, mama gue juga ga bisa ngapain selain bertengkar sama papa gue"

Ice hanya mengangguk angguk, "oke makasih udah ngasih tau" Ice langsung bangun dari tempat duduknya kemudian akan melangkah pergi.

"Tunggu" kata Sea.

Langkah Ice terhenti, "kenapa?"

"Mau ngapain?"

"Ya mau ngasih tau Aldrich lah, dia pasti seneng" Ice tersenyum saat menyebut kata 'senang'.

"Jangan kasih tau Aldrich" kata Sea menatap Ice tajam.

"Kenapa?"

"Gue ga pengen biar dia tau" jawab Sea.

"Kenapa emangnya? Dia tau kan udah bagus, dia bisa ketemu ortu asli nya, lo juga bakal punya saudara, ga sepi lagi jadi anak tunggal"

Sea terdiam, ia masih menatap tajam Ice. Ice kemudian membalikkan tubuhnya lagi mau keluar dari rumah Sea, tetapi Sea langsung menahan tangan Ice.

"Ice... Tolong" kata Sea menatap dalam mata Ice. Ice sedikit terkejut saat Sea menyentuh tangannya, ia kemudian perlahan melepaskan tangannya dari Sea.

"Kenapa?"

"Gue ga mau punya saudara kek Aldrich, gue ga mau dia ngambil kasih sayang dari orang tua gue, dia udah ngilang bertahun tahun, kalo tiba tiba dia kembali, gue pasti dilupain sama ortu gue" jawab Sea.

"Hah? Cuma dengan alasan segini aja? Sea, please lah, lo ga kasian sama Aldrich?"

Sea menggeleng tak peduli.

"Kalau lo buat kayak gini, lo terlihat egois banget tau? Dia udah susah susah nyari ortunya dari korea sampai kesini, pas giliran dia mau ketemu ortunya, lo malah menghalangi, alasan lo juga... Kek anak kecil" lanjut Ice.

"Suka suka gue, gue ga suka sama dia" balas Sea.

"Kalau alasan ga sukanya lo sama dia itu karena gue, tolong lah, ini masalah keluarga, coba bedain masalah keluarga sama masalah lain"

"Enggak, mau gimana gue juga ga suka sama dia, bukan tentang lo" balas Sea.

"Jangan ngasih tau Aldrich, kalau lo masih pengen liat gue" lanjut Sea.

"Apa maksud lo?"

"Ya kalo mau tau kasih tau aja" kata Sea serius.

Ice menatap Sea sebentar, ia kemudian membalikkan arah badannya. Begitu pula dengan Sea, ia berbalik arah ke arah dapur. Setelah Ice menyadari hal itu, langkahnya terhenti, ia menoleh melihat Sea. Tunggu, apa? Sea membawa... Pisau?

"Sea, lo mau ngapain?"

"Menurut lo?"

"Lo jangan aneh aneh" kata Ice.

"Kenapa? Takut gue mati? Lo kan juga ga peduli sama perasaan gue, lo kan mau ngasih tau Aldrich semua"

"Sea, jangan jadi kek anak kecil tolong"

"Yaudah, kasik tau aja, lo juga ga peduli sama gue"

"Lo gaada diposisi gue, lo ga akan ngerti" lanjut Sea, ia mengarahkan pisau ke arah tangan kirinya.

"Orang kayak lo ga mungkin berani bunuh diri" kata Ice. Ice membalikkan badannya kesekian kali.

"Lima.." langkah Ice terhenti.

"Empat.." Ice masih belum menoleh ke arah Sea, dalam hatinya sudah tak karuan, ia juga takut bila Sea benar benar serius dan melakukannya.

"Tiga..." Jantung Ice berdegup kencang, ia panik, rasanya ia seperti ingin menangis, sial, mengapa dirinya selemah ini.

"Dua..." Setetes air mata Ice berhasil menodai wajahnya.

"Satu.." 

Apa yang akan terjadi setelah ini kah??? Sea mati? Wkwkwk, let's look together guysss, makasih dah baca yoo:)

-Eileen

My Twins Lovers (END)Where stories live. Discover now