8. Berangkat

32 9 0
                                    

Keesokan harinya, orang tua Ice pun datang ke sekolah karena dipanggil kepala sekolah, Ice ikut masuk ke ruang kepala sekolah sebab ia wajib mengetahui yang dibicarakan kepsek dengan orang tuanya.

"Jadi, besok, apakah anak anda siap berangkat?" Tanya bu kepsek kepada orang tua Ice.

"Sebaiknya ibu tanya ke orangnya saja" kata Ayah Ice.

"Sudah siap Ice?"

"Siap bu.. mau sekarang saya juga siap" Ice tersenyum.

"Okey kalau begitu, sekarang kamu boleh pulang, istirahat dan pack barang untuk besok ya.."

"Besok kamu kesini seperti jam biasanya masuk sekolah saja"

"Iya bu makasih"

Ice dan orang tuanya pun pulang ke rumah..

"Ice, kamu beneran siap?" Tanya Ibu Ice.

"Bener ma" Ice tersenyum, berusaha meyakinkan ibunya.

"Mama khawatir sama kamu"

"Gausa khawatir ma, Ice bakal baik baik aja kok.."

"Yauda kalo gitu, jangan lupa chat mama sama papa ya.."

"Iyaa" Ice pun memasuki kamarnya. Perasaannya sekarang, ia hanya ingin menangis saja, tinggal jauh dengan keluarga, dan juga perkataan Sea yang masih saja menghantui benaknya..

Ice duduk depan jendela kamarnya, ia hanya terdiam memandangi hujan yang seketika turun tanpa ada pemberitahuan. Suasana yang sangat cocok dengan perasaan Ice saat ini.

"Aku pengen nangis.." kata Ice pelan terhadap dirinya sendiri. Perlahan air matanya menetes, ia menangis tanpa suara, menangis sambil memandangi hujan, rasanya ia ingin keluar agar wajahnya terkena hujan, sehingga tak ada yang tau ia tengah menangis.

"Sea, cowok yang gue sukain, yang akhirnya habis putus tetep ga nyari gue..." kata Ice tersenyum getir memandangi nasibnya.

"Gue, yang selalu setia sama Sea, uda 3 taon, bertengkar, bercanda, semua gue lewatin sama Sea, dan sekarang gue hanya seorang gadis yang ga berguna lagi untuk Sea"

"Sedangkan Liyenta, orang yang baru baru ini nyukain Sea, ngedeketin Sea tanpa takut Sea bakal risih sama dia, deket dari pas Sea sama Clarissa, dan sekarang? Mereka jadian.." kata Ice yang masih tersenyum getir.

"Mantep bener tu orang, bisa nyalip yang udah tiga tahun" Ice terkekeh sendiri.

"Tapi gapapa... demi lo bahagia aja Sea, gue rela, walau sebenernya gue memang nyesek, tangan kek mau nampar muka lo Sea, tapi, gue tau, ga wajib orang kek lo nyukain orang kek gue.." kata Ice sendiri lagi.

Keesokan harinya,

"Iceeeeeeeeeeee, huaaaaaa, lo beneran mau pergi niiiii??? Huhuuuu, teganya lo ninggalin gueeee" suara yang sangat familiar di telinga Ice, itu Dinary yang berlari dari kejauhan dan langsung memeluk Ice. Ice hanya membalas pelukan Dinary.

"Lo yang nyuruh gue pergi"

"Huaaaaaa, iya tapi gue bakal kangenn"

"Udah udah, nanti disana gue chat lo, tenang aja.." Ice sedikit tersenyum.

"Ry, "

"Hm?"

"S-Sea udah dateng?"

"Hmmm, gue uda mulai ga dianggep gesss"

"Àyolah Ryy," Ice tersenyum tipis.

"Iyaiya, tu dia di kelas"

"Hehe, oke bentar ya.." Ice langsung berlari ke arah kelas.

My Twins Lovers (END)Where stories live. Discover now