30. Keceplosan

18 2 0
                                    

"Lo tuh apaan sih Ald, proses apaan coba"

"Terus lo pikir proses apa? Pendekatan? Hahaha jauh banget dehh, gue aja ga ada pikir gitu, haha, maksud gue proses pecarian ortu asli gue"

"Oh... ya gue juga ga pikir proses pendekatan kok" Ice mengalihkan pandangannya.

"Oh, gitu ya?" Aldrich sedikit terkekeh. Sebenarnya ia sudah tahu isi hati Ice, karena jika cewek bilang tidak, sebenarnya dia pasti bermaksud iya.

"Kantin kuy?" Tanya Aldrich.

"Engga, gue pengen jalan jalan keliling sekolah aja... lo ke kantin aja sendiri" Ice tersenyum tipis, tetapi hanya sebentar, ia kemudian langsung bangun dari kursinya dan berjalan keluar dari kelas. Aldrich hanya memandang sesaat kepergian gadis itu.

Aldrich kemudian bangun dari kursinya kemudian meninggalkan kelas, ia pergi ke kantin seperti rencana semula.

~~~

Ice pergi ke rooftop sekolah, darisana ia dapat memandang suasana ramai kota seoul di pagi hari menjelang siang.

Indah, tapi semrawut.

Ice tidak suka. Ia adalah seorang perfeksionis, semua harus perfect.

Tiba tiba, Ice dapat merasakan seperti ada air yang membasahi tubuhnya bagian belakang tepatnya di bagian punggung, dan ia yakin pasti ada yang menyiramnya, Ice spontan membalikkan badannya dan benar. Ada Ana yang sedang membawa gelas kosong alias airnya sudah membasahi baju Ice.

"Ups, I'm Sorry" kata Ana sambil sedikit menutupi mulutnya dengan tangannya, ia kemudian tersenyum licik menatap Ice.

"Kalo ga nyaman baju lo basah gitu, mending lo buka aja bajunya disini" Ana sedikit terkekeh, sedangkan Ice hanya terdiam.

"Atau sini, gue bukain" Ana langsung berusaha membuka baju seragam Ice, tetapi Ice sebisa mungkin melawan.

Akhirnya Ice sangat kesal, ia mendorong Ana ke belakang sekuat tenaga, "Apa sih masalah lo sama gue hah?" Bentak Ice.

"Gue udah peringatin lo jangan deket deket sama Aldrich. Tapi lo masih aja sama dia. Bahkan waktu liburan, lo juga liburan sama dia!! Dasar pelakor. Aldrich punya gue! Bukan lo"

"Ngaca dulu sana! Aldrich punya lo? Lo ngelupain sesuatu ga? Kata MANTAN nya mana?" Ice sengaja menekankan perkataan 'mantan'

Plak.

Satu tamparan berhasil mendarat diwajah Ice, Ice kemudian kembali menoleh ke arah Ana.

"Lo tau ga? Orang tua gue aja ga pernah nampar gue, trus lo siapa? Beraninya nampar gue" Ice sedikit terkekeh, ia kemudian tak tinggal diam, ia langsung menjambak rambut Ana dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya lanjut menampar wajah Ana. Ana berusaha melawan, tetapi ia masih tak mampu melawan Ice, akhirnya Ice mendorong Ana sampai ia jatuh tertidur di lantai, Ice menindihnya dan lanjut menampar Ana, Ana juga berusaha menjambak rambut Ice yang berda diatasnya.

Tapi,

"WOYYYY, STOPPPP, BERHENTI, ICE AWAS!!" Aldrich yang entah datang darimana mendorong Ice hingga ia terjatuh kesamping,

"Ahh" Ice sedikit meringis kesakitan akibat dorongan dari Aldrich itu. Setelah Aldrich mendengar ringisan tersebut, ia langsung menoleh ke arah Ice, ia tak sengaja mendorong Ice sekeras itu.

"Ice, gue... min--" Kata Aldrich terpotong oleh Ana.

Ana bangun dari posisi tidurnya dan kemudian ia langsung memeluk Aldrich.

"Hiks, Ald, tolong aku... hiks hiks.... dia mau nyakitin aku.. hiks"

Aldrich membalas pelukan Ana tepat dihadapan Ice. Ice syok, ia hanya bisa menatap tingkah Aldrich yang menyakitkan itu.

"Gapapa An, gue udah disini... lo gapapa kan?" Tanya Aldrich yang melepas pelukannya, Aldrich memegang kedua bahu Ana.

"Hikss, aku sakit... kamu jangan deket deket sama Ice, hiks, dia mau nyakitin aku.. hiks"

"Dia nampar aku, ga cuma itu, dia jambak aku juga, padahal tadi aku cuma lewat aja hiks" Ana pura pura menangis.

"Ald, gue ga mulai duluan. Dia yang duluan nampar gue" kata Ice membela diri.

Aldrich menoleh ke Ice.

"Ald, percaya sama aku, buat apa aku bohong sama kamu?" Lanjut Ana.

"Lo beneran gituin Ana, Ice?"

"Ald, lo percaya sama dia?" Ice sudah hampir menangis, mengapa Aldrich tidak percaya padanya.

"Gimana cara gue ga percaya sama dia, buktinya keadaannya dia lebih parah dari lo, bahkan keadaan lo kayak ga habis berantem sama sekali, dan tadi gue juga liat lo lagi diem di atasnya Ana trus nampar dia" kata Aldrich.

Air mata Ice menetes.

"Yaudah... kalo lo percaya sama dia juga gapapa, dia kan mantan lo. Kalo gue? Gue kan cuma manusia brengsek yang lo kenal aja." Ice kemudian bangun dari tempatnya terjatuh tadi, ia kemudian berjalan meninggalkan Aldrich dan Ana.

Aldrich menatap kepergian Ice.

Sial.

Aldrich baru tersadar akan sesuatu, ternyata punggung Ice...

"Ald" Ana kembali memeluk Aldrich.

"Gue pengen balikan" kata Ana dibalik pelukan tersebut.

Aldrich melebarkan matanya.

~~~

Ice terus berjalan berjalan, ia berjalan tanpa tujuan, ia hanya ingin menangis sekarang, ia sangat kesal. Akhirnya Aldrich juga lebih memilih Ana daripada dirinya. Kalau semua memang seperti ini, seharusnya dulu Ice tidak menolak Sea.

"Ice tunggu.... Ice" Seorang pria, ya itu Aldrich. Ia sedang berlari mengejar Ice dari belakang, tetapi Ice tidak menghiraukannya, ia terus berjalan.

"Ice tunggu" Akhirnya Aldrich berhasil meraih bahu Ice.

Aldrich kemudian membuka jaket yang dikenakannya, ia kemudian menyelimuti tubuh Ice dengan jaket itu.

Ice hanya menatap Aldrich dengan mata nya yang berkaca kaca.

"Gue ga butuh jaket lo, lepas aja, trus lo balik liatin Ana" Ice kemudian berusaha melepas jaket Aldrich bersamaan dengan Aldrich yang menahan agar Ice tidak melepaskannya.

"Ice, gue minta maaf Ice.. gue seharusnya tau kalo Ana orangnya gitu, gue harusnya dari pertama percaya sama lo, gue minta maaf"

Ice menggeleng.

"Kenapa sih Ald? Kenapa? Lo nyakitin perasaan orang terus lo balik lagi baikin dia kayak ga terjadi apa apa? Lo tau ga sih? Sakit" Ice menangis, air matanya tak bisa berhenti mengalir.

Ice kemudian mengusap air matanya, ia kemudian menoleh ke Aldrich

"Antara gue sama Ana, lo pasti pilih Ana, jadi lebih baik lo jauh jauh aja sama gue" Ice tersenyum getir, ia kemudian membuka jaket Aldrich dan mengembalikannya pada Aldrich. Ice kemudian mau lanjut berjalan.

"Ice... Lo pikir gue masih suka sama Ana?" Tanya Aldrich yang membuat langkah Ice terhenti.

Aldrich kemudian berjalan ke arah Ice dan berhenti tepat didepan Ice.

"Asal lo tau, gue memang pernah kagum sama Ana, tapi gue ga pernah suka sama dia. Lo mau ga percaya juga gapapa, tapi semua yang gue bilang adalah kenyataan. Asal lo tau Ice gue suka sama....." Aldrich mengehentikan perkataannya, ia hampir saja keceplosan, bahkan bisa dikatakan ia sudah setengah keceplosan

Ice menatap tajam mata Aldrich.

"G-gue, maksud gue, gue suka sama orang yang baik, orang yang bisa setia sama gue.. orang yang ga bakal berubah" kata Aldrich melanjutkan.

Aldrich kemudian menyelimuti lagi tubuh Ice dengan jaketnya, "jangan dilepas lagi, pakaian dalem lo keliatan" Aldrich kemudian berjalan meninggalkan Ice.

Deg.

Tamat dulu part ini:) moga klean suka:)

-Eileen





My Twins Lovers (END)Where stories live. Discover now