[5] Tekanan

3.9K 769 34
                                    

Lily masih berdiri di tempatnya, bahkan saat guru bahasa Inggris memasuki kelas ia masih belum sadar. Pikirannya berkecamuk, mengingat ancaman dan tekanan yang beberapa hari lalu ia terima. Gadis itu menatap Angel dari belakang, lalu menghela napas panjang.

"Lily, kenapa kursimu?"

Suara Pak Deon mengejutkannya. Lily menoleh sekilas lalu menunduk canggung. "E--em, tidak apa-apa."

"Kenapa tidak duduk?"

Lily hanya mengangguk lalu berjalan pelan menuju kursinya. Saat melewati bangku Rocky tiba-tiba tangannya di tarik dan sontak membuatnya menoleh cepat. "Apa?"

Rocky menatap Lily tajam. "Jangan kira tidak ada yang tahu arti dari sikapmu."

Mata Lily membulat dan tangannya ia lepas begitu saja. "Aku tidak mengerti maksudmu. Urus saja masalahmu!"Lily meninggalkan Rocky cepat dan segera duduk.

Rocky masih menatap punggung Lily dengan tatapan tajam, pemandangan yang ia lihat beberapa hari lalu tepat di depan gerbang sekolah masih membekas di ingatannya. Tiba-tiba ia tersenyum remeh, menyadari suatu hal yang mungkin menjadi salah satu hal paling gila yang pernah ada.

"Menjadi anak yang tak diperhatikan, ternyata asik juga."

***

Bel tanda istirahat baru saja berbunyi. Sebuah pertanda baik bagi siswa siswa SMA Andromeda sebab mereka bisa melepas penat dengan pergi ke kantin atau perpustakaan. Suara riuh khas anak sekolah terdengar di koridor kelas. Hal itu membuat penghuni kelas A geram sekaligus kesal.

"Kalau aku pergi sebentar untuk membeli makanan, apakah itu akan mempengaruhi nilaiku?" Lidya mengeluh kesal seraya membenamkan wajahnya di atas meja.

"Aku ingin tahu kenapa Pak Brian mengambil waktu istirahat untuk mengumumkan nilai." Mecca mengusap dagunya pelan seraya menatap ke atas.

Beberapa siswa lain di kelas A juga demikian, penasaran dengan alasan Pak Brian. Sebab, untuk kelas lain mereka hanya diberi surat keterangan sekaligus rapor dan selesai. Mengapa kelas A berbeda?

"Argh! Aku tidak suka jadi berbeda!" Lidya memukul meja dan memasang muka marah.

"Kamu pikir siapa yang suka berbeda?" Tiba-tiba Rocky menimpali ucapan Lidya. Lelaki itu berdiri lalu berjalan pelan mendekati jendela.

"Kau mau lompat?" Bastian tertawa remeh melihat ulah Rocky. Lelaki itu selalu mengenakan headphone-nya meski sedang belajar. Entah apa yang ia dengarkan dan hal itu membuatnya terlihat keren menurut beberapa gadis.

"Kenapa kau melihatku? Urus saja dirimu!" Rocky memandang Bastian kesal lalu menatap keluar jendela lagi.

Berbeda dengan Angel yang sedari tadi diam saja. Jemari gadis berambut panjang itu sibuk memainkan ponsel, entah sedang berbalas pesan dengan siapa.

"Eh, Angel bagaimana kelanjutan kasusmu?" Mecca tiba-tiba memutar badan menghadap Angel. Angel masih sibuk dengan ponselnya sampai ia tak menyadari bahwa beberapa anak juga tengah menatapnya menanti jawaban.

"Angel!" panggil Lily dengan suara yang cukup keras.

Angel mendongak dan tiba-tiba terlihat gugup. Buru-buru ia menyembunyikan ponselnya dan menatap Mecca dengan canggung. "A--apa?"

Mecca mengernyitkan dahi, lalu menatap tangan Angel yang tengah menyembunyikan ponselnya. "Bagaimana kelanjutan kasusmu?"

Angel mengernyitkan dahi sejenak lalu menyadari suatu hal. "Ah ... itu." Gadis itu menoleh ke belakang, melihat Rocky yang sepertinya abai dengan pembahasan ini.

THE CLASS [END]Where stories live. Discover now