[38] Halusinasi

1.4K 377 87
                                    

Rocky melompat turun dari bus sesaat setelah melakukan pembayaran. Lelaki itu berlari secepat mungkin untuk bisa segera masuk ke sekolah. Pasalnya, kali ini bukan dirinya saja yang terburu-buru. Ada sekitar enam ratus siswa lain yang juga tengah berlarian dengan napas memburu.

Sesekali Rocky melihat jarum jam yang melingkar pada pergelangan tangan kirinya. Jarum detik memang terus berputar dan entah mengapa langkahnya terasa lambat. Dari sekitar enam ratus siswa yang berlarian, sebagian besar dari mereka pasti punya tujuan yang sama.

Papan mading resmi. Semalam, ada berita mengejutkan yang diluncurkan oleh situs sekolah. Bahwasanya, pengumuman hasil ujian akhir akan diumumkan besok dan itu artinya hari ini. Di sana juga ditambahkan, proses pengumuman tidak lagi perkelas dan disampaikan oleh wali kelas. Namun, hasil-hasil tersebut akan dilampirkan keseluruhannya beserta nilai-nilai tiap mata pelajaran dan peminatan pada papan mading resmi.

Lagi-lagi keputusan pihak sekolah menimbulkan perdebatan dari seluruh siswa. Mereka menganggap bahwa hal ini akan menimbulkan masalah baru di antara para siswa yang bersaing. Tekanan mental dan kesenjangan akan semakin menjamur bahkan meski ujian telah selesai.

Sejak semalam grup chat kelas A juga ramai mengeluhkan hal ini. Namun kali ini justru lebih ramai daripada pengumuman ujian remidial dan peminatan waktu itu. Rocky semakin mempercepat langkah saat melihat gerombolan ratusan siswa di depan ruang guru.

Semua siswa dari tiga tingkatan kelas dan dua jurusan sama-sama berebut untuk melihat hasil ujian mereka. Dari kejauhan Rocky dapat melihat Mecca yang tengah menghalau beberapa siswa yang memaksa untuk mengambil tempat kelas A. Melihat Mecca yang tengah kuwalahan, Rocky memutuskan untuk berlari dan membantunya.

"Aku benci seperti ini." Mecca bermaksud berbicara pada Rocky. Namun sebab rasa gengsi yang terlalu tinggi, Mecca hanya melirik sekilas lalu membuang muka.

Keributan semakin menjadi-jadi saat semakin banyak siswa yang datang. Rocky dan Mecca mendongakkan kepala untuk melihat di mana teman-teman mereka berada. Hingga tiba-tiba terdengar suara bel sekolah yang berbunyi nyaring. Semua siswa terkejut dan langsung melihat arloji mereka.

"Ini bahkan belum pukul tujuh, ada apa?"

"Kalian yang di depan mading, harap diam!"

Terdengar suara seorang pria berbicara melalui TOA tepat di belakang gerombolan siswa tersebut. Akhirnya keributan terpaksa terhenti dan mereka memilih untuk memperhatikan Pak Brian yang tengah menertibkan beberapa siswa yang baru datang.

Suasana menjadi sedikit kondusif dan akhirnya beberapa siswa kelas A dapat menemukan letak papan pengumuman mereka. Tidak ada satupun suara yang terdengar hingga Pak Brian menyapu pandangan menatap ratusan siswa di depannya.

"Maaf telah membuat kalian ribut pagi ini. Baik, sekarang semua ketua kelas maju dan menghadap saya!"

Rocky dan teman-teman lainnya sontak menatap Mecca dan lelaki itu dengan sigap berjalan ke depan bersama ketua kelas lainnya.

"Sebutkan kelas kalian secara bergantian dari timur. Untuk siswa lainnya langsung berbaris di belakang ketua kelasnya!"

Dimulai dari Mecca lalu berlanjut pada ketua kelas lainnya, akhirnya posisi mereka menemukan titik terang. Semua siswa berbaris rapi meski agak berdesakan. Suasana sempat kembali riuh sampai Pak Brian menyalakan alarm pada TOA-nya.

"Diam! Sekarang kalian berbalik dan lihat deretan nilai di depan kalian tanpa suara riuh. Pastikan untuk melihat dengan baik dan catat sebisanya."

Tanpa aba-aba lagi, semua siswa langsung melaksanakan perintah Pak Brian dan melihat deretan nilai itu dengan tertib. Rocky cukup berdebar untuk melihat bagaimana hasilnya sebab ini adalah ujian akhir penentu kelulusan. Tidak ada raut bahagia yang terpancar dari semua siswa, yang ada hanya ketegangan dan rasa was-was.

THE CLASS [END]Where stories live. Discover now