[43] Inisial N

1.4K 363 51
                                    

Rocky langsung menutup laptopnya, tak peduli meski masih ada beberapa aplikasi yang belum ditutup. "Kenapa kau ke mari!"

"Harusnya pertanyaan itu cocok untukmu!" Mecca berjalan mendekati Rocky. Lelaki itu menautkan kedua alisnya seraya menelisik barang-barang Rocky yang berserakan.

Akhirnya untuk menghilangkan kecanggungan, Rocky mencoba bersikap biasa saja dan memasukakn laptopnya ke dalam tas. "Ada apa kau ke mari?"

"Kelas kita sudah mulai ujian praktek, namun aku tak melihatmu di lapangan. Kupikir kau ada di kelas atau ke klinik karena sakit perut. Ternyata kau malah ada di sini," papar Mecca dengan ejekan di akhir kalimatnya.

Rocky mendongak. "Tunggu, siapa yang memberitahumu kalau aku ada di sini?"

Mecca tersenyum lalu berbalik berjalan ke arah pintu. "Jangan lupa bahwa sistem keamanan sekolah sudah diperbaiki. Siapapun tahu kalau sudah masuk ruang keamanan."

Rocky masih mencerna ucapan Mecca saat ketua kelas itu sudah menghilang di balik pintu. Tunggu, apa dia melihat CCTV?

Sadar dengan ucapan Mecca, Rocky buru-buru turun dari rooftop  untuk menuju ruang keamanan. Akhirnya Rocky tahu, mengapa CCTV sekolah mati hari itu. Kini Rocky mulai sadar, siapa saja yang punya akses untuk memasuki ruang keamanan selain wali kelas. Kini Rocky mulai paham, bagaimana riddle ini berkaitan.

Kalian sungguh licik!

Saat Rocky menapak anak tangga lantai tiga terakhir, dia mendengar suara-suara ramai dari arah laboraturium. 

"Apa kamu yakin sudah membawanya?" Terdengar juga suara Pak Brian. Langkah Rocky terhenti di ambang pintu. 

"Benar, Pak! Bahkan sebelum bel berbunyi, saya sempat memainkan ponsel." Kali ini terdengar suara Lily yang bergetar menahan tangis. 

Suasana labolaturium semakin ramai saat beberapa siswa kelas lain juga turut mengintip dari jendela. Rocky merogoh saku, tangannya menyentuh kain sapu tangan yang membungkus ponsel Lily. Lelaki itu berusaha bersikap tenang tanpa ada setitik pun rasa takut. 

"Apa ada yang masuk kelas saat kita di lapangan?" tanya Lidya pada beberapa anak di depannya.

Pak Brian nampak berpikir, namun tiba-tiba, "Rocky!"

"Iya, Pak. Ada apa?" Rocky kini sudah berada di belakang wali kelasnya itu. Tak ada yang sadar akan kehadirannya yang begitu mendadak.

Pak Brian berbalik. "Ah, kamu! Apakah setelah kembali dari ruang komputer, kamu masih masuk kelas?"

Semua mata menatap Rocky dengan tatapan intimidasi, termasuk Mecca dan Lily. Rocky diam saja, dia lagi-lagi mencari celah untuk mengembalikan benda itu ke asalnya.

"Tidak, mengapa?" jawab Rocky santai.

Pak Brian menaikkan sebelah alis. "Benarkah? Lalu dari mana kamu?"

Rocky berjalan mendekati Lily. Menatap gadis itu intens untuk membuatnya gugup. Tepat berada di samping Lily, Rocky memasukkan tangannya ke dalam saku. "Saya dari rooftop, memeriksa aplikasi pada laptop yang belum sempat saya tutup kemarin."

"Kenapa harus di rooftop?" tanya Mecca dengan nada tinggi.

Rocky menghela napas panjang lalu tersenyum manis. "Sekarang coba balik pertanyaannya. Mengapa tidak kulakukan di kelas? Karena kalau ada yang kehilangan, pasti akulah yang disalahkan, benar?"

Ucapan Rocky mengejutkan semua orang termasuk Pak Brian. "Seharusnya, meski hanya aku yang tidak ada di lapangan, janganlah kalian langsung menuduhku sebagai pencurinya. Aku tahu kalau kalian berpikir begitu. Sistem keamanan sekolah sudah diperbaiki, bukankah lebih baik melihat CCTV? Benar begitu, Mecca?"

THE CLASS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang