[39] Prasangka

1.3K 363 75
                                    

"Omong kosong!"

"Ck! Apa kau masih belum paham juga? Sama halnya dengan hari itu, Lily kali ini juga melakukan hal sama. Maksudku, dia tidak meninggalkan barangnya di TKP tetapi pasti ada sesuatu di sana yang bisa jadi petunjuk bahwa dia pelakunya!"

Rocky melotot setelah mendengar penuturan Lidya. Lelaki itu menoleh ke kanan ke kiri lalu menarik tangan Lidya untuk keluar kelas. Dia ingin menghindari resiko bocornya pembicaraan mereka jika tiba-tiba ada yang mendengarnya.

"Dengar, sejak kapan kau jadi lebih curiga dari pada aku?" tanya Rocky serius.

Lidya melepas genggaman tangan Rocky lalu menatap tajam. "Sejak kau menuduhku kemarin."

Rocky menghela napas. "Apakah dari dulu kau seambisi ini?"

"Apa? Aku akan lakukan apapun untuk dapat posisi yang kuinginkan termasuk membersihkan namaku dari kasus kematian Angel."

Rocky mundur selangkah lalu menatap kecewa ke arah Lidya. "Benar, ternyata aku salah menilaimu."

Akhirnya Rocky berjalan meninggalkan Lidya yang masih menahan emosi. Gadis itu berbalik lalu berteriak. "Jangan lupakan kata-kataku di TKP pagi itu!"

Rocky berhenti sejenak. Kata-kata?

"Mungkin dengan membiarkan tali tambang itu tetap menggantung, akan lebih mudah untuk melakukan penyelidikan jika sewaktu-waktu dibutuhkan."

"Informasi dari mereka membuatku semakin yakin bahwa pelakunya memang di antara mereka bertiga."

Rocky melanjutkan langkahnya untuk menuju ruang guru. Dia berencana untuk menemui Pak Brian dan menanyakan tentang informasi pendaftaran di STAR High School. Tepat saat berjalan di depan ruang penyimpanan, Rocky berpapasan dengan Pak Kebun.

Pria paruh baya itu hanya tersenyum lalu berjalan lagi. Namun Rocky ingat bahwa hanya beliaulah yang belum Rocky tanyai tentang kejadian sore itu. Rocky berbalik dan menyusul langkah Pak Kebun.

"Apa kabar, Pak?" tanya Rocky basa-basi.

Pak Kebun menoleh sekilas. "Baik, Nak."

Rocky mulai ragu untuk melanjutkan aksinya, sebab melihat respon Pak Kebun yang terlihat tidak begitu suka.

"Apakah tidak ada pembelajaran?" tanya Pak Kebun tiba-tiba.

"A--ah, ti--tidak. Kami baru saja melihat hasil ujian."

"Benarkah? Bagaimana hasil ujianmu?" tanya Pak Kebun lagi dan kali ini terlihat lebih antusias.

Rocky merasakan sebuah chemistry yang bagus dan berniat untuk memanfaatkannya. "Baik, Pak. Ternyata saya dapat undangan untuk melanjutkan ke STAR High School."

"Wah, kabar baik. Semoga sukses ya. Jangan berkelahi saat di sana!"

Rocky sontak tertawa lalu Pak Kebun pun juga demikian. Keduanya kini telah duduk bersama di sebuah bangku panjang dekat tangga. Layaknya de ja vu, Rocky ingat bahwa dia dan Pak Kebun pernah dalam posisi ini sebelumnya.

Rocky menunduk sembari memainkan jemarinya. "Pak, saya mau tanya sesuatu."

Pak Kebun melirik Rocky. "Silakan, Nak."

"Apakah Bapak dengar sesuatu di hari kematian Angel sore itu?"

Pak Kebun sontak menatap Rocky. "Apa maksudmu?"

Rocky mengangkat kepalanya lalu menatap Pak Kebun. "Tidak, tidak. Saya hanya bertanya. Sebab saya mendengar dari Pak Brian jika Bapak langsung sakit di keesokan harinya."

THE CLASS [END]Where stories live. Discover now