[13] Ada Apa?

2.2K 494 14
                                    

Langit telah gelap, seharusnya bintang-bintang sudah bertaburan bagai gula manis di kue donat kesukaan Rocky. Tetapi, sepertinya langit sedang bersedih. Sejak tenggelamnya mega merah, ia menumpahkan air matanya. Begitu deras sampai Rocky harus berteduh di halte dekat sekolah.

Kesalahannya hari ini adalah, lelaki itu tidak mengenakan jaket atau hoodie seperti biasanya. Dingin begitu menggigit pori-pori kulitnya. Baru juga disadarinya bahwa kain baju seragamnya tak begitu tebal. Rocky terus mengumpat sepanjang turun hujan, bagaimanapun lelaki itu paling tidak tahan dengan cuaca dingin.

Entah sudah takdir atau memang sekarang sistem transportasi kota telah berubah, bus yang harusnya datang tepag saat ia keluar dari gerbang sekolah, malah terlambat hingga hampir satu jam. Akhirnya, saat langit benar-benar gelap, barulah Rocky menemukan kendaraan besar itu dan segera masuk untuk membunuh rasa dingin.

Pikirannya berkecamuk, mempertanyakan bagaimana ia akan melalui hari esok. Berpura-pura tak peduli pada apapun dan menganggap semua tak ada. Sulit. Terlalu sulit bahkan untuk lelaki kuat seperti dirinya. Ia menghela napas panjang, memejamkan mata kemudian meresapi musik yang memenuhi telinganya.

"Ujian akhir sebentar lagi. Penderitaanmu akan segera berakhir. Bersabarlah."

Dulu, sebelum kelas A menjadi sedemikian brutal, jauh sebelum rumor tentang keluarganya mencuat, hal yang paling ia sukai setiap harinya adalah pergi ke sekolah. Ia selalu berangkat pagi-pagi sekali agar dapat menurunkan setiap kursi di kelas. Atau bisa juga sekadar membuka jendela agar udara dan sinar mentari pagi mampu memberi rasa nyaman dan hangat.

Terkadang, ia bisa kalah pagi dengan petugas yang piket di kelas setiap hari. Dulu semua orang menyukainya dan mau berteman dengannya. Dulu berada  kelas A amat menyenangkan. Penuh canda tawa dan semua terasa ringan. Rocky, menjadi salah satu siswa yang menyukai kelas A.

Namun, semua mendadak berubah setelah ujian pertengahan. Tepat dua tahun lalu, sekolah mengeluarkan peraturan tentang adanya kelas unggulan. Semua siswa di SMA Andromeda terkejut tak terkecuali kelas Rocky, kelas A.

Sebuah kertas yang tertempel di mading resmi milik sekolag mengumumkan tiga kelas terbaik di tiap angkatan. Mecca bersorak, membawa kertas itu ke kelasnya. Ia melambai-lambaikan kertas berlogo resmi sekolahnya seraya berteriak dengan lantang, "kelas kita adalah kelas A!"

Begitulah, setelah ditelusuri ternyata alasan kelasnya menjadi kelas A adalah karena nilai ujian Angel yang terlampau tinggi jauh di atas rata-rata. Nilai tersebut memberi dampak yang baik bagi nilai-nilai siswa lainnya, termasuk Rocky. Bagai seorang Dewi Fortuna, Angel begitu dielu-elukan dan di-cap sebagai siswi paling genius.

Berbicara soal Angel, gadis itu memang sudah bersikap angkuh sejak kecil. Meski Rocky dan Angel adalah tetangga yang cukup dekat, namun keduanya tak pernah sekalipun terlihat rukun atau berangkat sekolah bersama. Bukannya Rocky tak mau, tetapi Angel-lah yang sudah serta merta menolaknya dengan lugas.

"Anggap kita tidak saling kenal."

Sejak saat itu, sejak saat pertama kali masuk sekolah, Rocky tak pernah lagi berbicara dengannya. Hingga kemudian, rumor tentang keluarganya mencuat ia mengira bahwa gadis itulah biang masalahnya. Rocky menjadi lelaki penuh emosi dan dendam sejak ia mengetahui sebuah kenyataan pahit. Sekali lagi, ia tak dapat memilih untuk terlahir dari orangtua yang seperti apa.

Bunyi rem berdecit merusak lamunannya. Lelaki itu duduk tegak menatap keluar jendela. Sudah sampai. Ia berdiri sembari menenteng tas punggungnya, musik masih memenuhi telinganya sampai ia tak menyadari ada orang yang memanggilnya dari belakang. Begitu turun dari bus, orang itu menyentuh pundak Rocky hingga lelaki itu menoleh.

THE CLASS [END]Where stories live. Discover now