[35] Misteri Catatan Hangeul

1.5K 374 92
                                    

Ujian akhir di SMA Andromeda telah usai. Namun, para siswa belum sepenuhnya bernapas lega sebab sekolah mengumumkan kebijakan baru secara tiba-tiba. Jika dahulu setelah ujian, para siswa hanya tinggal menunggu nilai keluar, maka sekarang lain lagi.

Malam hari di hari usai ujian, setiap siswa menerima E-mail dari sekolah bahwa sekolah akan memberlakukan sistem remedial dan ujian peminatan. Hal ini sungguh di luar dugaan dan sempat mendapat protes keras dari para siswa di situs sekolah.

Namun, bukan Pak Bram namanya jika mudah mengalah begitu saja. Dengan mengeluarkan ultimatum dan sedikit peringatan, maka mau tidak mau seluruh siswa harus setuju dengan kebijakan ini. Hal inilah yang sempat membuat grup chat kelas A gaduh tengah malam.

Mecca yang katanya sedang dalam keadaan tidak sehat harus memaksakan diri menjadi penengah di antara kegaduhan. Tak hanya itu, beberapa siswa yang sempat lengah saat ujian pun turut khawatir. Berbagai bayangan-bayangan soal remedial yang isunya akan lebih sulit dari soal ujian asli mulai menghantui pikiran, termasuk pikiran Rocky.

Matahari lagi-lagi memulai hari lebih lambat. Sejak dini hari, penjuru kota sudah diguyur hujan dan menyisakan gerimis deras di pagi hari. Seperti biasa, bus berhenti di depan halte tepat pukul 06.45. Rocky mulai melakukan transaksi pembayaran via online pada ponselnya lalu melangkah keluar.

Lelaki itu membuka payung yang dibawanya untuk berlindung dari air hujan yang mungkin akan membuatnya demam, persis seperti sebuah ucapan tadi pagi.

Pakailah payung ini. Jangan sampai kamu kesulitan karena demam.

Seorang ibu dengan tergopoh-gopoh berlari menghampiri Rocky yang tengah berlari keluar dari dalam rumah. Menyerahkan sebuah payung warna hitam yang kini ia genggam. Tak mau mengecewakan, akhirnya Rocky menerima payung itu dengan senang hati. Bahkan saat dirinya tak sengaja menatap gagang payung itu, jelas nampak sebuah nama terukir di sana.

Angel.

Rocky menghela napas panjang lalu berjalan cepat memasuki gerbang sekolah. Sesampainya di pintu utama, dia menutup payung lalu mengantri di sisi kiri untuk mendapat plastik pengering. Inilah yang membuat dirinya enggan membawa payung.

"Selamat pagi."

Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundak Rocky lembut. Lelaki itu langsung menoleh dan melihat siapa yang berani melakukannya.

"Kau?"

"Bagaimana penyelidikannya?" Maria menatap ke arah lain agar tidak menarik perhatian beberapa siswa yang tengah mengantri di sana.

Rocky diam saja. Lelaki itu turut menatap ke arah lain saat mendapati ternyata Lily tengah mengantri di depannya. Maria yang baru saja menyadari hal itu sontak menghela napas panjang.

"Baik, jangan katakan."

Akhirnya sampai pada giliran Rocky, lelaki itu buru-buru mengambil plastik payung lalu berlari menuju laboratorium.

"Akhirnya datang juga!"

Tepat saat satu langkah memasuki laboratorium, tiba-tiba Andre dengan tanpa sopan santun merangkul Rocky dalam pelukannya.

"Apa? Minggir!" Rocky langsung mendorong tubuh Andre lalu berjalan cepat menuju kursinya.

Andre tak mau menyerah, lelaki itu langsung duduk di depan Rocky lalu menatapnya lekat.

"Bagaimana menurutmu?"

Rocky menaikkan sebelah alisnya. "Apa maksudmu?"

Andre membuang muka lalu memukul meja Rocky. "Apakah mengerjakan ujian remedial setelah kita berjuang mengerjakan ujian dengan sistem Super CBT ini masuk akal?"

THE CLASS [END]Where stories live. Discover now