[47] Pembunuhan yang Sebenarnya

2K 391 82
                                    

Crass!

Cipratan darah berhamburan. Rocky merasakan wajahnya penuh dengan bau anyir dan amis. Lelaki itu membuka mata dan melihat penampakan mengerikan di depannya. Kepala tertebas, otak berceceran dengan sebilah katana yang terlempar begitu saja.

"Cepat! Ambil rekamannya!"

Rocky menatap tajam ke arah seseorang yang baru saja memenggal kepala si penjaga toko. Seseorang yang mengenakan topeng hitam.

"Pak Brian?!" Rocky memekik.

"Tidak ada waktu, aku mau menghancurkan tempat ini!" Pria yang diyakini Rocky adalah Pak Brian itu langsung menyiram seisi ruangan dengan cairan bensin.

Rocky dengan cekatan mengambil alih komputer dan meng-copy isi rekaman CCTV saat itu. Tubuhnya bergetar hebat. Bukan ini yang dia rencanakan. Pembunuhan? Rocky melihat pembunuhan yang dilakukan oleh guru dan tepat di depannya. Apakah kini dia juga seorang kriminal?

Rocky langsung memasukkan flashdisk ke dalam tasnya tepat setelah peng-copy-an selesai. Lelaki itu menatap nanar ke arah Pak Brian. Pria itu menyingkirkan ceceran otak si penjaga toko dengan kakinya lalu menyiramkan bensin di atasnya.

"Pa--pak?"

"Aku sudah kotor sejak lama, harusnya aku membuka kejahatan ayahku dan bukannya menutupi. Maka akan kutebus kesalahanku mulai sekarang." Suara Pak Brian benar-benar dingin. Rocky merasakan adanya luka terpendam yang telah di simpannya begitu dalam.

"Pesta kelulusan seminggu lagi. Aku mohon padamu, lakukan yang terbaik. Aku tak bisa memperkirakan berapa banyak tersangka dalam kasus ini akan tetapi, aku ... sudah siap dengan segala konsekuensinya. Katakan bahwa aku yang membunuh pria ini!"

Rocky mencerna baik-baik ucapan Pak Brian. Apakah ini akhir dari segalanya? Apakah akan ada kehidupan baru setelah semua orang bertanggung jawab atas kesalahannya?

"Pak, bukan ini yang saya mau .... "

"Aku tahu! Tapi jika kamu mati, siapa yang akan mengungkap kebenarannya?"

Rocky mundur selangkah menabrak komputer yang mulai padam. Pak Brian membuka topengnya. "Hanya ini yang sanggup kulakukan! Larilah! Persiapkan kejutannya!"

"Ta--tapi .... "

"Cepat!" Pak Brian mengacungkan katananya ke arah Rocky hingga membuat lelaki itu lari tunggang langgang. Air matanya berguguran. Rocky berteriak dalam diam. Tepat saat langkah ke sepuluh, sebuah ledakan terdengar dari toko ponsel itu.

Rocky mendengar jeritan. Namun dia takut untuk melihat kenyataan. Tangannya dia sembunyikan di dalam saku, menggenggam dua barang bukti yang akan menyingkap kabut kesesatan. Rocky berlari meninggalkan lokasi pembunuhan. Rocky tak tahu bagaimana kehidupannya mendatang. Akankah dia jadi seorang pecundang?

***

"Telah terjadi ledakan hebat di salah satu toko kawasan Blok M. Ledakan yang disebabkan oleh bom rakitan ini terjadi pada pukul sembilan malam dan saat si penjaga toko tengah melayani seorang pembeli. Korban berjumlah satu orang dan pembeli telah hilang. Diduga karena motif dendam, pihak kepolisian masih memburu pembeli yang diduga juga seorang pembunuh."

Mecca menjeda rekaman berita yang ada di ponselnya. Semua orang terdiam di atas asumsi masing-masing. Begitu juga Rocky yang sejak tadi pagi memilih diam karena dalam kondisi kurang sehat.

"Menurut kalian, siapa?" tanya Mecca pada teman-temannya. Hening, tidak ada yang merespon.

"Apa kau kurang pekerjaan?" Kali ini Andre membuka suara. Lelaki itu terlihat kesal dengan sikap Mecca yang terlihat sok tahu.

THE CLASS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang