[9] Titik Terang

2.9K 564 34
                                    

Suasana kelas hening seketika. Mecca berjalan mendekati Angel dan menatapnya lekat. "Cepatlah!"

"Dari mana kau tahu?" Angel segera merapikan buku-bukunya dan memasukkan ke dalam tas. Beberapa siswa juga tengah memperhatikan Rocky, namun lelaki itu malah terlihat tidak peduli.

"Bu Angeline baru saja mengatakannya padaku di depan ruang guru. Cukup aneh karena bukan beliau sendiri yang menjemput kalian." Mecca juga turut menatap Rocky, memastikan aktor utama dalam masalah ini benar-benar sadar betapa seriusnya masalah mereka.

"Angel .... " Lily mengamit lengan Angel. Gadis berambut pendek itu nampak khawatir, ia tak mau sesuatu yang buruk terjadi pada kelas A terutama pada Angel.

Suara bising dan bisik-bisik mulai terdengar. Baik Angel maupun Rocky sebenarnya sama-sama gugup meski mereka tak mengatakannya. Untuk pertama kalinya, mereka benar-benar disatukan dan diadili dengan masalah yang sama. Kasus video palsu.

Lidya merasa aneh dan berjalan keluar kelas. "Sepertinya aku tahu, mengapa Bu Angeline tidak mau kemari."

Mecca dan siswa kelas A lainnya menoleh pada Lidya dan turut melihat ke luar kelas melalui kaca jendela. "A--apa .... " Mecca mundur selangkah. Sungguh tak percaya dengan apa yang nampak dalam pandangannya saat ini.

Hampir seluruh penghuni kelas lain, keluar dari kelasnya. Fokus mereka tertuju pada kelas A yang terletak di ujung koridor. Ada juga yang memilih untuk mengintip di jendela dan tetap saja membicarakan perihal kelas A yang untuk pertama kalinya berurusan dengan konselor.

"Gila .... "  Andre yang berdiri di belakang Mecca mulai berkomentar. Kali ini mereka benar-benar sadar, betapa berpengaruhnya kasus ini pada pamor kelas A.

Angel hanya berdiri di bangkunya seraya menatap keluar kelas. Tangan kanannya menggenggam ponsel yang menyala, seperti tengah berbalas pesan dengan seseorang. Rocky pun turut menatap ke luar kelas, mempersiapkan diri untuk menerima segala resiko yang terjadi.

Mungkin hanya Lily yang tak melihat keluar kelas, sebab ia sibuk menenangkan sahabatnya. Tangan kanannya mengusap-ngusap lengan kiri Angel, sedangkan tangan kiri Angel sudah terkepal sejak tadi.

"Apapun yang terjadi, katakanlah yang sesungguhnya. Kendalikan emosimu, Angel." Lily terus memberi Angel semangat dan dukungan.

"Sial! Aku bisa saja tersandung kasus, kecuali bersama Rocky. Sampai kapan pun aku tak pernah sudi." Angel merogoh tasnya untuk mengambil sesuatu.

"Kupikir, pihak konselor hanya akan memanggil Rocky. Sebab, mereka sudah memanggilmu beberapa waktu lalu," ucap Lidya begitu memasuki kelas.

"Kupikir juga begitu," sahut Angel seraya memasang masker dan mengaitkan talinya ke kedua telinganya.

"Keramaian ini tercipta sebab mereka memanggil kalian berdua." Mecca berjalan mendekati Rocky yang juga tengah memang masker. Semua pasang mata turut memandang lelaki itu. Menantikan komentar yang mungkin saja keluar dari mulutnya.

"Nama kelas A sudah mulai tercemar. Bagaimana menurutmu?" Mecca duduk di meja Rocky dan menatap tajam ke arah pemiliknya.

Rocky memilih diam dan tak menjawabnya. Ia berjalan menuju pintu keluar namun segera di tahan oleh Bastian. "Harapan kami hanya satu. Kau bersihkan nama kelas ini atau keluar dari sini."

Tangan Rocky yang ditahan oleh Bastian mengepal kuat lalu diayunkan kuat-kuat. Merasa terintimidasi oleh tatapan mengerikan dari teman-temannya, Rocky mulai bersuara. "Tanyakan saja pada bintang di kelas ini. Apa yang sudah ia katakan beberapa waktu lalu."

Angel menoleh dan menatap Rocky tajam. "Dasar tidak tahu malu!" Suara Angel mungkin tidak terdengar terlalu keras, tetapi cukup membuat seisi kelas terkejut.

THE CLASS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang