Part 43: Happy Valentine 💙

338 64 14
                                    

•|FRASA|•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•|FRASA|•

Waktu terasa begitu cepat bagi pemilik akta kelahiran bertuliskan Aksara Aurellin Pradikta diatasnya. Tidak ada yang istimewa selama setengah bulan terakhir. Tidak ada yang menyenangkan dari kebiasaan kebiasaan lamanya yang selalu membosankan.

Kelas baru. Mungkin perubahan itu yang bisa Aksara rasakan. Ah iya... Aksa sekarang jadi sering sekali menginap di panti. Bahkan satu Minggu terakhir ia tidak pulang sama sekali. Toh bagi Aksa, dirinya sangat cocok berada di panti asuhan. Dia kan juga yatim-piatu.

Walaupun sebenarnya bukan gara-gara itu. Setiap hari Risya akan mengunjungi rumahnya dengan alasan yang tidak penting. Seperti mengerjakan tugas, menumpang jaringan WiFi, bermain dengan Kayla, mencari udara segar di taman belakang rumah Aksa yang menurutnya lebih asri, sampai minum susu melon pun dijadikan alasan untuk tetangganya itu berkunjung. Dan jujur saja, Aksa merasa kurang nyaman dengan keadaan yang terkesan dipaksakan ini.

Aksara tau tidak seharusnya dia bersikap begini kepada Risya. Tapi juga tidak seharusnya Risya bersikap seperti ini terhadapnya. Aksara paham bahwa kakaknya itu tengah berusaha menjaga hubungan baik. Tapi jatuhnya malah tidak baik bagi kesehatan psikis dan mental Aksara.

Aksara sadar betul bahwa sikap dewasa adalah satu hal yang seharusnya dia ambil. Bukan kekanak-kanakan seperti ini. Aksara tau dan Aksa sadar itu. Tapi apa daya? Dirinya memang hanyalah anak anak yang telah ditinggal semua orang dan dipaksakan dekat dengan orang lain.

"Gue udah beli paket barang yang lo pesen buat bulan depan."

Kalimat tersebut membuyarkan lamunan Aksara. Membuat wajah linglung cewek itu berhadapan dengan sang pemilik suara. Aksa mengangguk. "Nanti uangnya aku ganti," katanya.

"Sa–"

"Kak!" sergah Aksara cepat. "Tolong ngertiin aku, ya? Aku nggak mau berhutang apapun sama orang lain lagi."

"Tapi gue bukan orang lain, Sa."

Cewek itu merutuk dalam hati. "Tetep aja aku bakal balikin uangnya."

"Gue yang bakalan bilang ke Om Farhan nggak usah."

"Terserah," desis Aksa pasrah. Lagipula pamannya itu tidak akan mengindahkan dan tetap menggantikan uangnya.

"Gimana kelas baru lo?"

"Buruk. Mungkin karena aku aja yang ngerasa asing. Tapi jelas lebih baik daripada harus diem di Mia lima. Yang ada aku enggak konsen belajar."

"Nggak apa-apa. Cuma perlu ditahan bentar lagi."

Aksa mengangguk setuju. Ia mulai terbiasa dengan topik random yang akan Alfa cari demi mengalihkan fokus otaknya dari hal hal yang tidak penting.

"Gimana pensi? Jadi sama Leon?"

"Jadi." Setelah mengucapkannya, Aksa tersadar akan sesuatu. Ia menoleh. "Kenapa Malvin nggak ngajak Kak Alfa aja, ya?"

FRASA [✓]Where stories live. Discover now