Part 4: Pindah

694 285 305
                                    

•|FRASA|•

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

•|FRASA|•

Aksa berjalan gontai memasuki gerbang sekolah. Menyempatkan diri menyalami satpam sambil tersenyum singkat seperti biasa. Alasannya sederhana. Pria itu lebih tua darinya, dan Aksa sangat menghormati beliau. Jangankan satpam, Aksara saja tidak akan malu melakukan hal yang sama pada tukang kebun sekolah. Bukan paksaan, itu sudah menjadi kebiasaan Aksara Aurellin Pradikta.

Begitulah..., alasan Aksara dikenal sebagai pribadi yang begitu sopan dan menyenangkan. Tidak heran jika di sekolah ini banyak yang menyukainya. Gadis itu bisa berteman dengan siapa saja. Tapi jika sahabat? Ia kira hanya Frans seorang.

"Aksa!!!" Seseorang meneriakinya dari lapangan. Lalu berlari kecil menghampiri siswi pemilik mata coklat terang tersebut.

"Eh? Leon? Tumben pagi-pagi udah main bola? Kamu mau ada turnamen?"

"Engga, lagi nungguin lo aja. Kebetulan tadi liat adik kelas lagi main, ya gue jadi pingin, lah. Makanya ikutan." Leon tersenyum manis.

"Aku? Kenapa?"

"Lo, ngga berangkat bareng Frans?" Bukan menjawab, ia malah balik bertanya sesuatu yang tidak ada hubungannya sama sekali.

Rupanya cara tersebut ditiru Aksa sekarang. Aksara pun tidak membalas pertanyaan Leon. Hanya menoleh sekilas, lalu membuang pandangan.

"Lo ada masalah sama Frans?"

"Enggak."

"Jangan bohong."

"Engga, Leon...."

"Ada masalah, kan?!"

"Kamu nggak ke kelas? Bareng yuk!" Aksara tersenyum riang.

"Nggak usah ngalihin pembicaraan deh. Gue lagi ngomong sama lo."

Aksa menghela nafas berat. Angin pagi membelai rambut coklatnya lembut. Mata coklat terang Aksara akhirnya mau membalas tatapan Leon. "Aku nggak ada masalah sama Frans. Tapi kayaknya, Frans yang ada masalah sama aku," tuturnya.

Leon mengernyit. Otaknya memerintahkan dahi Leon untuk membentuk gelombang tipis. Dan berhasil, gelombang-gelombang itu terbentuk seiring dengan kebingungan Leon terhadap jawaban Aksa. Bukankah sama saja? Intinya mereka berdua bermasalah.

Ah sudahlah, Leon memang tidak tau apa maksud ucapan gadis berkacamata di depannya. Yang Leon tau, pasti ada yang tidak beres. Dan yang membuat semua tidak beres pastilah Frans.

"Lo diapain lagi sama dia?"

"Enggak di apa-apain kok." Aksa menjawab jujur. Paling tidak dalam versi Aksa, Frans memang tidak salah apapun. Dirinya sendiri yang keterlaluan.

"Dimarahi lagi?"

"Kan emang udah biasa." Perempuan itu menjawab polos. Disertai senyum tulus. Tidak ada yang salah dari ucapannya, Frans memang suka marah-marah sejak amnesia.

FRASA [✓]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora