Part 60: Titik balik

183 29 2
                                    

Kiw! Baca part sebelum dulu ya💙
Dan jangan lupa buat mampir link youtube yang kemarin aku share •-•

Di part ini banyak banget quote yang bisa kalian kutip.

DAN SILAHKAN BERSIAP-SIAP UNTUK KETEMU SESEORANG

DAN SILAHKAN BERSIAP-SIAP UNTUK KETEMU SESEORANG

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•|FRASA|•

"Lo bohong!"

Pelan tapi penuh penegasan. Pandangan Frans tertuju tepat pada purnama yang sekarang melambai perlahan. Lututnya sudah terkulai lemas. Frans terduduk ringkih di tengah kesepian.

Sepi? Iya, sepi.

Semua orang sudah pergi ke kamarnya masing-masing. Tentu saja. Ini sudah pukul setengah satu malam dan hanya ada tiga orang yang masih bertahan.

Berusaha menahan luka yang menganga, kini semesta hanya menyisahkan Frans, dengan dua orang yang memang bisa dibilang cukup dekat dengan Aksara.

"Lo bohong!" ulangnya memaki.

"Lo bohong, Le...," sambung Frans semakin pelan. Berharap semesta yang mendengar akan menyampaikan di manapun Leon berada.

"Lo bilang Alfa udah janji. Lo bilang semua ini nggak bakal terjadi."

"Lo bohong."

"Mending lo istirahat." Nata memberi respon. Mengundang lirikan seorang Malvino Erlian.

"Puas, lo?" tanya nya mengingat kalimat menyebalkan masalah Yupi yang satu jam lalu cowok itu sampaikan.

"Ya nggak gini juga konsepnya," balas Nata jujur. Memang bukan hal ini yang Nata maksudkan.

"Lo mau pulang?"

Frans menggeleng. Air matanya belum juga menyingkir. Layar putih yang  kini sudah bersih tak bergambar menyelimuti halaman vila dengan dingin tak terkira. Membuat puluhan lilin yang mengitari mereka seolah tak memiliki kuasa.

Tidak ada kehangatan. Tidak ada senyuman.

"Biar gue sama Nata yang nganterin. Kita juga nggak gila buat ngebiarin lo nyetir sendirian."

"Atau lo bisa istirahat sekarang, besok pagi kita yang nganterin lo pulang duluan."

Kali ini Frans menoleh. Matanya memerah dengan kantung yang membengkak tak terarah. Netra elang itu kini sudah tak lagi bisa dikenali. Hanya menampilkan sorot perih dan pandangan kosong tak berarti.

Sama seperti bagaimana Frans tidak bisa mengenali Aksara nya.

"Lo yang bilang gue harus kesini karena Aksara yang minta."

Malvin meneguk ludah. Perasaan bersalah mulai membungkamnya perlahan-lahan.

"Gara-gara ini?" tanya Frans lelah.

FRASA [✓]Where stories live. Discover now