Part 20: Memori

547 140 132
                                    

•|FRASA|•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•|FRASA|•

"Frans?" Kita pulangnya gimana?"

Frans mengangkat pergelangan tangannya yang penuh dengan coretan pulpen berwarna hitam. Ada jam tangan buatan di sana.

"Nih! Masih jam satu siang, kok. Tunggu hujan berhenti aja dulu. Atau tunggu bunda sama ayah nyari kita."

"Dari tadi jam satu terus! Aku takut."

"Udah SMP masa masih takut?"

Dua anak berumur tiga belas tahun itu tengah terjebak di bawah badai petir tengah hutan. Di suatu gubuk tua yang mereka tidak tau milik siapa. Jam tangan yang baru mereka buat siang tadi masih menunjukkan angka yang sama.

13.07

Bohong jika Frans mengatakan ini masih jam satu siang. Karena nyatanya, sudah hampir maghrib. Dan mereka hanyalah bocah cilik tanpa pengawasan yang tersesat.

Jalan setapak yang tadi mereka lewati untuk mengejar kupu kupu hingga masuk ke tempat ini sudah hilang dibalik genangan air. Hari mulai gelap. Semak semak dan payung pohon tinggi menambah kesan mencekam di sekitar mereka. Hampir tidak ada sumber pencahayaan. Hanya hujan disertai petir serta kilat yang menjadi kawan mereka menikmati aroma hutan.

Tunggu? Aroma hutan? Sepertinya tidak hanya itu. Bau hujan, juga tanah basah tak kalah mendominasi. Suara benturan jutaan tetes air yang menghujam bumi menjadi musik alam bagi keduanya.

Tidak. Frans dan temannya sama sekali tidak takut petir. Atau kilat. Atau mungkin kegelapan. Pun dengan hewan buas atau semacamnya. Jika biasanya di otak anak kecil hutan akan identik dengan singa dan macan, maka bagi Frans dan temannya tidak begitu.

Mereka suka hewan buas. Sangat suka.

Apa mungkin kau akan takut pada sesuatu yang kau sukai?

Mereka hanya takut tidak bisa pulang. Disini sampai malam dan tidak menemukan tempat untuk tidur.

"Kalo hujannya nggak selesai gimana? Nggak jadi liat Taurus?"

"Besok kan masih ada," ucap Frans masih berusaha menenangkan temannya. Jujur, dia punya kekhawatiran yang sama. Andai mereka tau jalan kembali ke perkemahan dan hutan tidak segelap ini untuk dilewati, mereka tidak peduli jika harus basah.

"Lagian liat Rigel di Orion lebih bagus."

"Taurus lebih bagus!" Perempuan itu ngegas. Tidak terima dengan pendapat pemilik jam tiga belas kosong tujuh tersebut.

"Apaan Taurus? Sapi jelek doang di peternakannya tante jugak banyak kali. Nih ya gue kasih tau. Lo kalo liat Orion nggak bakalan bosen. Apalagi Rigelnya."

Sebenarnya pria dengan kaos kembar dengan gadis seumuran di sampingnya tidak pernah melihat Rigel secara langsung sejauh ini.

Begitupun gadis kecil yang tengah duduk bersamanya di amben minimalis depan pintu gubuk. Tak pernah melihat secara langsung bagaimana rupa rasi bintang Taurus. Hanya tau dari fakta bahwa zodiaknya adalah Taurus.

FRASA [✓]On viuen les histories. Descobreix ara