Part 2: Titipan

979 337 455
                                    

•|FRASA|•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•|FRASA|•

Frans berjalan ragu memasuki suatu kamar. Kata Fransisca, kamar itu adalah kamar Frans. Semua barang-barang di dalamnya adalah barang kesukaan Frans. Karena sejak lahir, Frans akan membuat keluar apapun atau siapapun yang tidak disukainya. Bukan hanya ditendang dari kamar, tapi juga dari hidupnya yang dulu begitu menenangkan.

Frans mulai menilik setiap detail kamar. Memperhatikan setiap bagian, dari pojok ke pojok, dari atas ke bawah. Tepat! Frans menyukai semua.

Tembok biru muda dengan beberapa barang menggantung rapi. Termasuk beberapa pigura foto artistik yang entah Frans dapatkan dari mana. Gitar akustik berwarna putih di pojok tembok. Lemari putih besar dengan kaca sedang. Meja belajar navy dipenuhi dengan buku-buku tertata rapi. Rak kayu berwarna sama di depan tempat tidur. Dipenuhi miniatur hewan-hewan laut serta dinosaurus purba. Kasur dengan sprei berwarna biru laut bermotif ombak. Langit-langit kamar yang dipenuhi sticker glow in dark berbentuk rasi bintang. Serta beberapa pernak-pernik kamar yang tertata begitu rapi di tempatnya masing-masing.

Pria itu berjalan mendekati meja belajar. Pandangannya kembali terfokus pada suatu buku hard cover berwarna navy yang dipadu dengan biru muda dan putih. Entahlah, buku catatan mungkin? Atau diary? Rasanya seorang cowok tidak mungkin memiliki hal seperti itu.

Tapi bukan itu yang menjadikan Frans tertarik dengan benda tersebut, Melainkan ukiran di luarnya yang bertuliskan frasa. Kali ini ditambah dengan tulisan 15th di bawahnya, serta dua tandatangan berbeda yang saling bersisian.

Frans lagi lagi tidak paham. Ia segera menarik kursi dan mendudukkan dirinya sendiri pada benda dari kayu tersebut. Bermaksud melihat isi buku itu. Ah, Frans akan memastikannya sebentar lagi.

"Frans... kamu cepetan mandi. Ikut bunda ke tempat Aksa."

Baru membuka halaman pertama, Fransisca sudah masuk. Mengatakan satu kalimat yang sukses membuat alis tebal Frans saling bertautan. Lebih tepatnya, satu perintah.

'Aksa? Cewek tukang ganggu itu? Bahkan waktu dia ngga ada disini sekalipun, masih aja suka gangguin gue. Atau emang kerjaannya gangguin orang sih?' remaja hilang ingatan itu membatin dalam hati. Terus saja berpikiran negatif tentang Aksara Aurellin Pradikta. Biarkan. Biarkan Frans merasa dirinya paling benar.

Setidaknya untuk sementara waktu! Catat! Untuk sementara!

"Ngapain?"

"Sejak kamu bangun, kamu belum kesana kan. Jadi mumpung sudah pulang, lebih cepat lebih baik. Bunda harap ini juga bisa bantu kamu inget."

FRASA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang