Part 21: Bullshit

506 128 135
                                    

•|FRASA|•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•|FRASA|•

"Aksa?"

"Lo nggak papa? Kok bisa, sih? Ngapain tidur di luar? Lo terakhir makan kemarin siang, ya? Sa, plis. Pikirin diri lo jugak!"

"Bentar dulu. Sabar. Aku pusing," ucap Aksa. Memang, kepalanya berdenyut nyeri.

Tanpa menunggu waktu lama, Leon sudah menyodorkan segelas air putih yang ada di nakas kamar rumah sakit tersebut. Juga memberikan satu botol kecil minyak kayu putih yang tutupnya sudah dibuka.

Selang beberapa saat, Leon menelfon seseorang. Mengatakan untuk membawa pesanannya kesini secepat mungkin.

Sedangkan Aksara masih berusaha mengatur pernafasan. Lalu menoleh ke teman sekelas yang tengah melihatnya dengan sorot mata khawatir.

"Aku kenapa?"

"Tadi Kak Alfa telfon gue. Kalo selesai turnamen suruh ke rumah sakit. Katanya lo malem terakhir tidur di luar. Pas paginya ditemuin Malvin, lo dibangunin, tapi nggak bangun bangun. Kulit lo dingin banget, pucet. Lo bahkan cuma pake sweater tipis. Padahal malemnya mereka bilang lo tidur duluan."

"Ooo," ujar Aksa santai.

"Jawab gue sekarang! Ngapain lo tidur di luar? Gue yakin alasannya bukan gara-gara bertengkar sama Ribka, kan?"

"Nggak sengaja ketiduran."

"Terus lo ngapain keluar malem malem?"

"Liat Rigel. Kamu nggak bakal paham kalo aku jelasin."

Bukan apa-apa. Aksara memang berharap melihat Rigel dan Taurus. Yang mana keduanya berhubungan dengan Frans. Jika Aksa mengatakan bagian itu juga, dia yakin Leon akan kembali menyalahkan Frans. Seperti yang sebelum-sebelumnya.

"Kamu menang?"

Leon berdecak sebal. Selalu saja sama. Tatapan datarnya barusan seperti tidak berpengaruh pada Aksa. Gadis itu selalu seenaknya sendiri.

Terkadang, terlalu peduli hanya akan membawamu ke rasa sakit yang tak terkendali.

"Kapan sih lo bisa belajar sayang sama diri lo sendiri? Jangan selalu mikirin orang lain!"

"Aku laper. Bisa minta tolong cariin makanan, nggak?"

"Kalo tujuan lo buat ngusir gue, nggak mempan. Gue udah pesen. Lagi dianter."

"Kenapa nggak beli tadi aja? Jadi kan aku bangun bisa langsung makan."

Yang ditanya menghela nafas. Tatapannya melunak. "Kalo gue beli tadi, dingin dong. Sedangkan gue nggak tau lo bangunnya kapan. Gue udah pesen kok, tinggal nganterin aja."

"Frans mana?"

"Lo pikir dia bakal peduli?"

"Emang enggak, ya?"

FRASA [✓]Where stories live. Discover now