Part 15: Pilihan

565 174 273
                                    

•|FRASA|•

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•|FRASA|•

Seorang remaja berambut coklat dengan wajah tampak berantakan tengah mondar mandir tidak jelas di ruang tamu tetangganya. Wanita paruh baya umur tiga puluhan yang tampak sangat modis baru saja pergi. Frans tidak peduli dia siapa.

"Bisa gila gue lama lama," gumamnya frustasi.

Sejak tadi yang ada di pikirannya adalah mencoba mengingat ingat hal sebelum dia membuka mata dan mencium aroma khas rumah sakit.

Frans Arelta Dwi Sanjaya namanya. Itulah yang tertulis di sebuah akta kelahiran dengan tanggal 11 Maret 2002 dengan nama ayah Gian Arelta Sanjaya Sanjaya dan ibunya Fransisca Meisya.

Frans sendiri tidak mengerti. Mengapa dia dengan bodohnya mau menghabiskan waktu di tempat ini. Jika kalian igin tau, sudah sekitar empat jam Frans menunggu.

Tadi. Dia melihat mobil sport hitam membawa Aksa pergi dengan seorang paruh baya berjas abu-abu. Frans melihatnya dengan mata kepala sendiri. Bukan lagi dari vidio yang diberikan sahabatnya. Sania.

Saat itu Frans tidak tahan dengan kelakukan Aksara. Ia memilih turun untuk mencegah mereka. Tapi terlambat. Pajero sport berwarna hitam itu sudah melaju meninggalkan area rumahnya. Dengan gerakan cepat, Frans mengeluarkan motor dari garasi dan mencoba mengikuti.

Sayang, dia kehilangan jejak. Tentu saja. Waktu yang dibutuhkan Frans untuk mengambil kunci motor di kamarnya lantas mengeluarkan motor dari garasi saja sudah sekitar lima menit.

Ah..., Frans bahkan tidak bisa berpikir jernih.

Sejak tadi yang ia lakukan hanyalah bermain ponsel. Membalas pesan dari Sania. Merenung. Berkutat dengan pikirannya sendiri. Ya, pikirannya yang entah kenapa akhir-akhir ini tidak bisa jauh dari Aksara.

Sesekali Frans melirik jam dinding atau memainkan bandul kalungnya. Seperti sekarang. Sudah pukul setengah sebelas dan belum ada tanda tanda pemilik rumah akan pulang.

Frans membuka room chatnya dengan Aksara. Membaca chat terakhir gadis itu beberapa hari lalu, kemudian menimbang-nimbang sejenak apa yang harus ia lakukan.

"Ah enggak, gue gila beneran kalo sampe buka blokir dia," lirihnya lagi. Sisi malaikat dan iblis Frans sedang berdebat. Kali ini dimenangkan oleh pihak malaikat.

Frans tidak akan membukanya. Itulah sisi malaikat dari sudut pandang Frans.

Ia berdecak kesal pada keadaan. Marah? Iya. Frans benar benar marah. Walaupun Frans tidak tau alasannya apa, ingin marah saja rasanya.

Setengah jam lagi, kalo nggak dateng gue pulang, batin Frans. Padahal tidak ada yang memintanya diam disini juga, kan?

Namun tidak perlu menunggu setengah jam, penantiannya akhirnya selesai. Sebuah HRV berwarna putih berhenti di depan gerbang rumah Aksa.

FRASA [✓]Where stories live. Discover now