Part 25: Rasa

512 125 126
                                    


Vote sebelum baca, dan komen setelahnya <3

Selamat membaca

Selamat membaca

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

•|FRASA|•

Frans berjalan santai di balkon kelas 11 jurusan IPA. Ia sempat melirik jam tangan sebentar, sebelum memasukkan anggota tubuh tersebut ke dalam saku celana.

Jangan kira Frans akan menegakkan kepala dan membawa tas di salah satu lengan ala novel-novel remaja. Berjalan begitu tegak untuk menarik perhatian siswi yang berlalu lalang.

Tidak. Frans justru menundukkan kepala. Malas berhadapan dengan wajah wajah menyebalkan orang-orang. Yang mana hanya bisa menghujatnya tanpa mengerti situasi. Poni rambut halusnya jatuh di depan dahi. Membentuk jambul yang tidak sempurna.

Jangan tanya kemana arah kedua mata tajam Frans memandang. Sepasang sepatu yang ia kenakanlah yang menjadi objek target netra elang tersebut.

Ah iya, apa tadi sudah dikatakan bahwa Frans berjalan santai? Sepertinya harus diralat. Karena di sini, Frans lebih terlihat berjalan dengan malas. Kakinya bahkan enggan untuk diangkat. Langkahnya pendek dan lebih terkesan menyeret.

Plak!

Seketika Frans mendongak. Matanya membelalak melihat pemandangan saat ini. Balkon kelas yang sangat ramai. Berbeda drastis dengan beberapa detik lalu di lorong-lorong yang Frans lewati.

Suara tamparan yang begitu keras menyambut paginya di tempat ini.

Bukan hanya Frans. Tapi semua siswa-siswi yang tengah menonton perdebatan di depan kelas tersebut pun dibuat terkejut dengan tamparan yang mendarat di pipi Aksara. Bahkan siswa siswi yang awalnya di dalam kelas berlarian keluar. Demi melihat kulit pucat Aksara yang langsung memerah.

Pemuda yang masih berada beberapa meter dari tempat kejadian tersebut berdiri kaku. Tubuhnya langsung menegang. Bukan apa-apa. Tapi dibanding melihat objek penyebab suara tersebut, lebih dari setengah teman teman kelasnya malah menatap Frans tak bersahabat. Padahal Frans baru datang.

Tidak hanya teman kelasnya. Disini juga banyak siswa siswi kelas XI IPA 4 dan XI IPA 6 yang juga berdatangan. Balkon yang juga sekaligus koridor menuju kelas kelas berikutnya terblokir gara-gara kejadian ini.

"WOI, SETAN! LO APA-APAAN SIH?!"

"Dia ngerusakin proyek prakaryanya Frans! Kenapa gue yang dipanggil setan?"

"Nggak waras lo, Bangsat!"

Setelah mengatakan itu, Leon menoleh ke Aksara yang sedang memegangi pipi kirinya dengan gemetar. Tidak ada tangisan. Bahkan matanya tidak berkaca-kaca sedikitpun.

Aksara. Gadis itu hanya menatap sendu dasi Sania. Kepalanya kelu untuk sekedar mendongak. Lagi dan lagi, Aksara yang disalahkan. Iya. Aksara Aurellin Pradikta yang salah.

FRASA [✓]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ