Part 38: Be mine

371 72 93
                                    

•|FRASA|•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•|FRASA|•

Aksa menatap keluar kaca. Gelap. Masih pukul setengah empat sore dan langit diluar sana sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda cerah. Dingin. Lampu lampu berwarna warm white dipadu dengan hiasan vintage di setiap sisi ruangan, juga meja serta kursi-kursi bercorak kayu terlihat kontras dengan jajaran kaca yang menampilkan pemandangan jalanan di luar. Berbanding terbalik.

Remaja dengan rambut bergelombang tersebut menoleh. Mengarahkan tatapan matanya pada seorang pria pemilik nama Leonardo Rizky Ferdiansyah di hadapannya.

"Becanda, kan?"

"Gue serius," kata Leon. Aksara terus saja mengulang-ulang pertanyaan yang sama.

Mata Aksa mengerling otomatis. Berkaca-kaca. "Kamu bercanda," ujarnya. "Enggak lucu, Leon."

"Gue nggak lagi becanda, Sa. Gue emang udah keluar dari tim futsal."

Baik. Sekarang Aksa bingung harus merespon bagaimana.

"Leon...." Aksara memanggil.

"Hng?"

"Kamu liat wajahku, enggak? Itu tuh nggak lucu. Aku nggak minat buat ketawa sama sekali."

"Ya Allah...," Leon gemas. "Lo liat wajah gue ada tanda tanda orang lagi becanda, nggak? Gue juga nggak minat jadi komedian, Sa. Gue nggak lagi ngelawak."

"Jadi beneran?"

Oke. Menghadapi anak polos memanglah harus ekstra sabar dan hati-hati. Leon mengangguk pelan. Namun tegas. Berharap setelah ini Aksa akan mempercayainya.

"M-mulai kapan?"

"Sebelum lo ikut kemah tahunan, gue udah nggak ikut turnamen apapun. Tapi fix keluarnya baru akhir November."

Bohong. Aksa yakin Leon berbohong. Karena saat di rumah sakit, Aksa tau betul pakaian yang dipakai Leon. Jersey kuning pastel almamater tim futsal sekolahnya. Aksa pastikan dirinya tidak buta warna. Apalagi buta baju. Aksara juga tidak sedang amnesia seperti tetangga sebelah rumahnya.

"Iya. Ziya' bener waktu itu. Gue emang nggak ikut pertandingan," terang Leon seakan mengerti apa yang sedang terlintas dalam otak Aksara.

Sedangkan di sisi lain, cewek itu semakin dibuat kebingungan. Kehilangan semua kosa kata yang sudah ia pelajari pengucapannya sejak lahir. Aksa sudah tidak peduli dengan sekitarnya. Suasana yang tiba tiba terasa mencekam entah karena apa.  Dinding dinding serta kaca-kaca besar yang seakan mengawasinya. Memberi penghakiman atas ia yang tak tau diri sama sekali. Siap mencekik Aksa kapanpun mereka mau. Juga hawa dingin di luar sana yang mulai mendobrak masuk. Menusuk sel sel kulitnya hingga ke DNA.

FRASA [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang