EPILOG

15K 2.2K 422
                                    

[Kalau bisa, bacanya sambil dengerin multimedia ya]

Memang sudah seharusnya kita tidak bersikap bodoh dengan tetap mencintai orang yang sedang mencintai orang lain.

▪️▪️▪️

Dua hari kemudian, Mili dan Arka sudah berada di Jakarta karena akhir pekan sudah tiba dan Arka tidak memiliki kelas pada saat akhir pekan di perkuliahannya. Kota yang menjadi saksi akan kisah panjang mereka berdua. Akan semua kisah manis, pahit, dan semua yang terjadi di antara mereka berdua. 

Sekarang hari sabtu sore, Mili tengah berada di meja makan. Ia sedang memakan beberapa cemilan seraya menonton drama korea kesukaannya yang belum sempat ia selesaikan. Ia tersenyum-senyum sendiri menonton kisah manis kedua peran utama di dalam cerita itu. Tanpa sadar, mamanya berdiri di depan dirinya seraya menggelengkan kepalanya. “Mil, kamu kenapa sih senyum-senyum sendirian?”

Mili terkekeh kecil seraya menunjukkan layar ponselnya kepada mamanya. “Mili lagi nonton drama korea, Ma. Lucu banget deh peran utamanya. Mereka saling suka tapi gengsi dan malu-malu gitu. Rasanya, mau langsung Mili comblangin aja deh.”

Mamanya ikut tertawa. “Iya, kayak kamu sama Arka dulu ya?”

Mili memanyunkan bibirnya menanggapi perkataan mamanya. “Kok jadi bawa-bawa Mili sama Arka sih?”

Mamanya kembali tertawa. “Pacar kamu udah nungguin di depan tuh, katanya izin mau ajak kamu ke luar. Kamu malah masih duduk-duduk di sini.”

Mili menepuk dahinya sendiri. Mengapa ia bisa lupa jika ia memiliki janji untuk ke luar bersama Arka? Memang ya, terkadang menonton drama bisa membuatnya seakan melupakan semuanya. Mili menghentikan sejenak drama yang ia tonton dan meletakkan cemilan yang sedang ia makan. “Ma, bilangin Arka ya, tunggu sebentar!”

Mili segera berlari memasuki kamarnya, ia hanya memakai celana jeans dan sebuah cardigan berwana coklat muda yang cocok dipadukan dengan baju polos lengan pendek berwarna putih yang sedang Mili kenakan. Ia menatap kaca di kamarnya, sedikit merapikan rambutnya lalu turun ke bawah untuk segera menemui Arka. Tidak lupa ia mengambil ponselnya yang tadi ia letakkan di atas meja makan.

Mili menatap Arka yang sudah duduk di kursi depan rumahnya. Ia tersenyum seraya melambaikan tangannya. Namun, Arka hanya diam saja menatap Mili yang baru saja datang.

“Ka, kok lo ngeliatin gue kayak gitu sih? Gue lama ya? Sori, gue beneran lupa banget gara-gara tadi lagi nyemil sambil nontonin drama korea,” ujar Mili meminta maaf.

Bukannya menyahut, tetapi Arka justru melekatkan tatapannya ke arah Mili, yang Arka lakukan justru membuat Mili salah tingkah.

“Lo kenapa sih? Lo marah ya? Jangan marah dong,” ujar Mili lagi. Arka masih tidak melepaskan tatapannya ke arah Mili.

Mili berdecak kesal. “Arka, ngapain sih ngeliatin gue kayak gitu? Kalo marah ya bilang aja, jangan kayak gitu.”

Arka tertawa hangat seraya merapikan rambut Mili yang tampak sedikit berantakan. “Emangnya siapa yang bilang gue marah sih?”

“Ya terus kenapa ngeliatin gue kayak gitu?”

Arka tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Mili. “Lo cantik.”

Mili berdecak kesal seraya menepuk pundak Arka. “Lo belajar gombal dari mana sih? Udah, berangkat yuk!”

“Gombal gimana? Lo cantik itu kan kenyataan, Mil. Lagian, emangnya enggak boleh gue ngeliatin pacar gue sendiri?” tanya Arka.

Broken Memories [Telah Diserieskan]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt