23. Rasa Kehilangan

28.2K 2.7K 264
                                    

Mengejar seseorang yang tak mencintaimu rasanya seperti kamu sudah berlari cepat untuk mengejarnya, namun ia berlari lebih cepat untuk terus menghindarimu.

▪️▪️▪️

Akhirnya, perlahan Mili berusaha untuk bangun dan menaiki mobilnya. Dengan susah payah, Mili mengendarai mobilnya untuk menuju rumahnya.

Sesampainya ia di rumah, sosok Arka juga baru saja sampai di depan rumahnya. Arka hanya menatapnya dengan wajah datarnya,  Mili pun membalas tatapan itu tanpa berekspresi apapun.

Tanpa berlama-lama, Arka langsung memasuki rumahnya. Mili menarik napas sejenak lalu menoleh ke belakangnya, namun ia terkaget karena ternyata Tante Anggi ada di belakangnya.

“Eh, Tante?” Mili menunjukkan deretan giginya lalu mencium punggung tangan Tante Anggi.

Tante Anggi menatap Mili lembut. “Kamu kenapa sih sama Arka? Kayaknya diem-dieman gitu.”

Mili menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal sama sekali. “Ya, anak Tante ‘kan emang sukanya diem-diem aja.”

Tante Anggi tertawa. “Dia emang pendiem, tapi kalo ketemu kamu, seenggaknya kalian pasti berantem. Kenapa sih? Lagi ada masalah ya? Sampe kalian nggak berangkat bareng gitu.”

Mili mengangkat kedua bahunya. “Nggak ada apa-apa kok, Tante. Kalo Tante nggak percaya, Tante tanya aja sama Arka.”

“Mili ke dalem dulu ya?” pamit Mili seraya tersenyum.

Mili langsung berjalan menuju kamarnya, membuka pintu kamarnya lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur seraya menatap langit-langit kamarnya.

Ia memejamkan matanya, entah mengapa perkataan Jovanka tentang dunia ini bukan hanyalah perkara Ditto kembali terlintas di benak Mili.

Apakah ia memang sudah tak mungkin untuk bersama dengan Ditto?

Apakah ia sudah terlalu jauh mengejar Ditto? Tapi nyatanya tetap tak sampai?

Mengejar seseorang yang tak mencintaimu rasanya seperti kamu sudah berlari cepat untuk mengejarnya, namun ia berlari lebih cepat untuk terus menghindarimu.

Mili perlahan membuka matanya dan kembali memperhatikan langit-langit kamarnya.

“Masa sih gue udah sejauh ini terus harus mundur buat ngejar Ditto?”

“Tapi, gue ‘kan cuma suka sama Ditto.”

Mili semakin bingung, apa yang harus ia lakukan sekarang?

Namun seketika, sebuah pemikiran seakan memasuki benaknya secara tiba-tiba.

▪️▪️▪️

Keesokan harinya, pada saat bel pulang sekolah Mili melangkahkan kakinya menuju kelas Ditto—yang merupakan kelas Arka juga.

Mili berdiri di depan kelas Ditto ketika bel pulang sekolah baru berbunyi, sehingga anak kelas Ditto pasti belum keluar kelas. Beberapa saat kemudian, senyum Mili mengembang saat melihat sosok Ditto keluar dari kelasnya. Untungnya, kali ini Ditto tak bersama Kyla karena Kyla hari ini sakit dan tidak masuk sekolah.

“Ditto!” panggil Mili.

Ditto terus berjalan dan tak menghiraukan Mili. Namun Mili mengejar Ditto.

“To, dengerin gue dulu dong! Kali ini aja!”

Akhirnya, Ditto menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Mili. “Lo mau ngapain lagi sih, Mil?”

“Mendingan lo pulang deh sekarang.”

Mili tertawa mendengar perkataan Ditto. “Ih, perhatian banget sih lo, To.”

Ditto memutar kedua bola matanya dengan malas. “Lo mau ngomong apa? Gue mau balik!”

Mili berdecak kesal. “Ditto, jangan jutek-jutek dong.”

“Ya terus lo mau ngomong apa? Cepetan!” ketus Ditto lagi.

“Gue cuma mau minta maaf, To. Gue tau gue terlaluan karena udah marah-marahin dan ngancem Kyla waktu itu.”

“Gue juga minta maaf kalo perlakuan gue selama ini buat lo risih atau buat lo nggak nyaman.”

“Nggak papa kok kalo lo emang nggak suka sama gue, tapi lo mau maafin gue, kan, To?” pinta Mili.

Ditto menarik napas sejenak lalu mengangguk pelan. “Oke.”

“Lo mau maafin gue, To?” tanya Mili dengan sumringah.

Ditto mengangguk lagi.

“Ngomong dong, To. Beneran lo maafin gue?” ulang Mili lagi.

“Iya udah, tapi jangan aneh-aneh lagi lo ya?” ujar Ditto.

Mili mengangguk senang. “Iya, gue nggak bakalan macem-macem lagi. Beneran, sumpah, suer, janji!”

“Kita bisa temenan lagi ‘kan?” tanya Mili.

“Iya!”

Setelah itu, Ditto bergegas pergi meninggalkan Mili. Mili tersenyum senang.

Ia sangat bahagia sekarang. Nggak papa kalau Mili nggak bisa dapetin Ditto sekarang.

Yang penting, Ditto ‘kan udah maafin Mili dan mereka bisa temenan lagi. Setelah itu, Mili baru akan nyusun strategi buat ngejar Ditto lagi.

Mili percaya tak akan ada yang terlalu jauh dalam mengejar apa yang ia inginkan.

Termasuk, dalam mengejar Ditto.

Namun mata Mili terarah menuju depan kelas Ditto. Ia menatap sosok Arka yang keluar dari ruang kelas. Namun kali ini Arka tak sendiri, seorang gadis berparas cantik dengan rambut panjang berdiri di sebelah Arka.

Siapa lagi sosok itu jika bukan Regina?

Mereka berjalan untuk keluar dari koridor ini. Mili menoleh sejenak ke arah Arka, Arka pun ternyata menatapnya dengan tatapan tajam.

Karena itu, Mili memalingkan wajahnya. Namun ketika Regina dan Arka sudah kembali berjalan. Mili menatap mereka hingga mata Mili tak bisa menjangkaunya lagi.

Mili menghela napas sejenak, ia bingung dengan dirinya sendiri, mengapa ia sama sekali tak merasa senang?

Bukankah kini misinya dengan Regina sudah berhasil? Ditto sudah tak marah lagi dengan Mili, dan kini Regina juga jadi lebih dekat dengan Arka.

Namun mengapa melihat Arka berjalan bersebelahan dengan Regina ada perasaan aneh yang singgah di hatinya.

Apakah mungkin itu adalah rasa kehilangan? Namun mengapa ia harus merasa kehilangan Arka?

Seperti ucapannya waktu itu, memangnya Arka itu siapa sampai ia harus merasa kehilangan Arka?

Bukannya itu adalah kemauan Mili agar Arka menjauh dari dirinya?

TBC

Author Note:
Kadang, kalo sesuatu udah pergi baru berasa kehilangannya ya? Menurut kalian, hubungan Arka sama Regina apa ya? Apa mungkin Arka bakalan ninggalin Mili? Kalian dukung nggak kalo Arka ninggalin Mili? Thanks for reading ❤️

Alya Ranti

Broken Memories [Telah Diserieskan]Where stories live. Discover now