22. Perasaan yang Lain

27.4K 2.7K 248
                                    

Keesokan paginya, Mili mempersiapkan dirinya untuk berangkat ke sekolah seperti biasanya. Kini Mili berada di meja makan rumahnya, ia menatap sandwich di atas meja seraya memakannya dengan malas.

Ia menoleh ke arah sosok yang baru saja duduk di depannya. Itu Vena, Mamanya.

“Mil, ini kunci mobil kamu.” Vena memberikan kunci mobil pada putrinya. Mili menatap Vena bingung.

“Kenapa Mama tiba-tiba mau balikin kunci mobil Mili?” tanya Mili bingung.

Vena tersenyum. “Arka bilang, di sekolah kamu udah jadi lebih baik. Mama juga udah nggak terlalu sering dapet panggilan dari sekolah gara-gara kamu buat onar.”

“Arka juga yang nyuruh Mama buat balikin fasilitas mobil ke kamu.”

Mili mengangguk bingung lalu kembali menyantap makanan yang ada di atas meja.

“Jadi, kamu bisa naik mobil sendiri dan nggak usah berangkat dan pulang bareng Arka lagi,” sambung Vena yang membuat Mili terdiam sejenak.

“Tadi sih Arka bilang begitu.”

Mili masih terdiam, hingga tak lama kemudian ia menganggukan kepalanya. “Oke.”

“Makasih, Ma.”

Vena tersenyum tipis. “Makasihnya sama Arka dong, Mil. Kayaknya gara-gara Arka kamu jadi lebih baik, jadi nggak terlalu bandel kayak dulu.”

Mili hanya tersenyum. Ia jadi berpikir mengapa tiba-tiba Arka menyuruh Mamanya untuk mengembalikan mobil padanya dan tak usah berangkat dan pulang bersama Arka lagi?

Apakah Arka akan menjauhi Mili sesuai dengan permintaan Mili?

Ah, tapi mengapa juga Mili harus memikirkan tentang itu? Bukannya bagus jika memang Arka akan menjauhinya?

Itu tandanya, tak akan ada yang mengatur hidupnya lagi bukan?

Itu tandanya, Mili akan lebih bebas dan leluasa untuk mengejar dan mendapatkan Ditto.

Tetapi, mengapa ketika Mili mendengar perkataan Arka di rumah sakit kemarin dan perilaku Arka yang memang seolah menjauh darinya, ada perasaan aneh dan tak menyenangkan yang singgah di hatinya?

Lagi pula, mengapa juga Mili harus memikirkan tentang Arka?

Setelah itu, Mili segera mengegas mobil kesayangannya menuju ke sekolah. Sesampainya disana dan memakirkan mobilnya, Mili langsung memasuki kelasnya.

Jovanka dan Aurel menatap Mili bingung.

“Loh, kok lo bawa mobil sih, Mil?” tanya Jovanka.

Aurel mengangguk. “Biasanya nih ya, pasti Mili dianterin sama Babang Arka tercinta. Iya nggak?”

Mili berdecak kesal. “Apaan sih!”

Jovanka tertawa. “Lo pasti berantem ya sama Arka? Kenapa?”

“Nggak tau, dia aja yang nggak jelas.”

“Nggak jelas gimana?” tanya Aurel bingung.

Mili menarik napas kuat-kuat. “Ya nggak jelas lah, masa tiba-tiba dia minta nyokap ngasih mobil ke gue terus dia nggak mau berangkat bareng gue lagi?”

“Itu tandanya Arka marah sama lo, Mil,” sahut Jovanka.

“Kayaknya nggak mungkin deh Arka tiba-tiba kayak gitu kalo nggak ada sebabnya. Emang lo apain itu anak?” tanya Aurel.

Broken Memories [Telah Diserieskan]Where stories live. Discover now