9. Another Way

32.1K 3K 147
                                    

Setelah itu, Arka dan Mamanya memasuki rumah Mili. Kini mereka tengah berada di meja makan dengan berbagai makanan yang tersaji di atas meja makan rumah Mili. Dan sekarang, posisi Mili berhadapan dengan Arka.

“Dulu, Tante sama Mama kamu itu teman SMA loh,” ujar Vena—Mama Mili ke arah Arka. Arka hanya mengangguk pelan dan tersenyum seraya memakan perlahan makanan yang ada di atas mejanya.

“Dulu kita itu deket banget. Nggak nyangka ya sekarang anak kita udah gede aja?” sahut Mama Arka—namanya Tante Anggi. Dia cukup cantik dan awet muda kalo dibandingin sama ibu-ibu seusianya.

“Kamu satu sekolah sama Arka ya, Mil?” tanya Tante Anggi. Mili menoleh kearahnya seraya tersenyum malas.

“Gimana Mili kalo di sekolah? Masih suka bikin masalah? Bikin masalah apa aja dia?” Mama Mili bertanya kearah Arka.

Arka menatap Mili sejenak, membuat Mili membalas tatapan itu dengan membulatkan matanya kearah Arka. Awas aja Arka kalo sampe ngomong macem-macem!

Arka hanya tersenyum tipis. “Enggak, Tante.”

Melo tertawa. “Nggak salah lagi.”

“Gimana si Mili? Masih suka ngejar-ngejar Ditto si pujaan hatinya itu?” ledek Melo sehingga Mili spontan menginjak kaki Melo.

“Sakit!” Melo membulatkan matanya kearah Mili.

Tante Anggi cuma ketawa sambil menggelengkan kepala. Mama Mili juga cuma ikut ketawa.

“Kenapa milih rumah yang di depan aku, Nggi? Nggak bilang-bilang lagi.”

Tante Anggi tersenyum. “Soalnya kalo dipikir-pikir tinggal di apartment lama-lama bosen juga. Apalagi Arka udah tambah gede, Adrian juga kuliah di luar negeri. Mumpung ada rumah yang dijual dan bagus juga, untungnya lagi deket rumah kamu. Tetanggaan deh kita!”

Mili menghela napas sejenak.

Untung apaan? Buntung iya tetanggaan sama Si Arka, batin Mili seraya menatap wajah Arka malas.

“Lagian juga, lokasi café kan nggak terlalu jauh kalo dari sini. Soalnya semenjak Adrian nggak disini, aku sama Arka yang harus ngurus café.”

Iya, Adrian itu kakaknya Arka. Yang dulunya ngurus Blurry Café dengan konsep yang Mili suka banget.

“Tante, dulu Mili suka banget loh ke Blurry Café!”

Tante Anggi menatap Mili dengan antusias. “Oh iya?”

“Iya tapi sekarang udah enggak, Tante.”

“Soalnya Mili suka banget sama konsep Blurry Café yang dulu. Sebagai pelanggan lama dan setia. Menurut Mili nih ya, konsep yang dulu nggak usah diganti.”

“Soalnya konsep yang sekarang malah jadi kuno, Tante! Mendingan Tante ganti konsepnya jadi yang dulu. Keren, rock and roll gitu Tante!” ujar Mili seraya berdiri seraya mengangkat tangannya ala rocker. Hal itu membuat Vena menatap putrinya tajam.

Mili menunjukkan deretan giginya lalu kembali duduk di posisinya. Tante Anggi cuma ketawa.

“Nggak papa, Ven. Namanya juga anak remaja.”

“Soal konsep menurut Tante juga begitu, tapi coba deh kamu tanya sama yang punya konsep.”

“Oh, beneran dia yang punya konsep?” tanya Mili. Tante Anggi mengangguk.

“Pantesan aja kuno, kayak orangnya.” Mili memelankan suaranya lalu tertawa. Arka menatap Mili dengan begitu lekat.

“Apa?” tanya Arka dingin.

Mili menggeleng. “Nggak, orang nggak ada yang ngomong sama lo.”

“Tadi lo ngomong.” Arka menatap Mili masih dengan tatapan yang sama.

“Ya orang gue nggak ngomong sama lo.” Mili masih tak mau kalah.

“Tapi lo ngomong tentang gue.”

Mili tertawa sinis. “Nggak, kepedean banget sih lo! Siapa juga coba yang ngomongin lo? Hello, Mas Arka yang terhormat. Jadi manusia bumi itu nggak usah kebanyakan geer!”

Mama Mili sudah tampak pasrah dengan kelakukan anak bungsunya. Tante Anggi justru tertawa lagi.

“Anakmu itu lucu banget loh, Ven.”

Mili membalas tawa Tante Anggi. “Emang begitu dari sananya, Tante.”

“Maaf ya, Arka anaknya emang gitu.”

Mili mengangguk lalu tertawa. “Nggak papa, Tante. Emang begitu dia.”

Setelah itu mereka ngelanjutin makan malam lagi. Malesinnya, Arka terus-terusan ngeliatin Mili. Secara spontan, Mili menatap balik Arka dengan tatapan tajam.

“Nggak usah liat-liat! Gue bukan topeng monyet!” ujar Mili kearah Arka.

Intinya, sekarang adalah saat-saat paling menyebalkan buat Mili. Kenapa sih Tuhan selalu punya cara buat deketin Mili sama Arka?

Kenapa Tuhan nggak ngasih cara jitu biar Mili bisa ngedeketin Ditto?

▪️▪️▪️

Sudah malam, Arka kini tengah berada di kamarnya seraya berkutat dengan kameranya. Ia melihat foto-foto yang ada di dalamnya.

Ia duduk di tepi kasurnya seraya membuka foto Mili yang ia potret dan akan dijadikan majalah sekolah. Ia menatapnya dengan tatapan datar lalu menghela napas sejenak.

Tak lama, aktivitasnya terhenti ketika seseorang memasuki kamarnya.

“Asik! Kamar baru, Bro!”

Siapalagi sosok itu kalau bukan Sam? Temen Arka dari kecil, bisa dibilang dari brojol bahkan. Tapi sekarang Sam nggak satu sekolah sama Arka.

“Hai guys! Liat deh, Arka punya kamar baru!” ujar Sam seraya mengarahkan kamera ponselnya kearah Arka. Arka merebut ponsel Sam lalu mematikannya.

“Nggak usah alay.”

Sam menggelengkan kepalanya. “Galak banget sih, Mas Arka.”

“Eh iya, tadi kok pas gue mau kesini gue ketemu sama cewek aneh yang di café itu di depan rumah lo sih? Ngapain dia?” tanya Sam bingung.

Arka mengerutkan dahinya. “Cewek aneh?”

“Iya, cewek aneh yang marah-marah sama lo di café itu. Yang waktu itu lo bilang pacar lo.”

“Tapi—lo nggak beneran pacaran sama dia ‘kan?”

“Namanya Mili.”

“Dia beneran cewek gue.” Arka menepis ucapan Sam lalu berdiri dan membereskan kameranya lalu meletakkan diatas meja kamarnya.

Sam ikut berdiri menghampiri Arka.

“Tapi dia ‘kan bukan tipe lo banget.”

“Tipe lo tuh ‘kan yang kalem, anggun, nggak banyak ngomong, nggak cerewet—” ujar Sam terpotong.

“Kata siapa?” tanya Arka dingin.

Sam menarik napas berat. “Ka, gue tuh temen lo dari kecil! Dari brojol! Gue tau banget gimana lo!”

“Lo nggak punya maksud lain ‘kan, Ka?” tanya Sam dengan menatap Arka mengintimidasi.

“Dia bukan cewek lo, ‘kan?”

“Lo bercanda, ‘kan?”

TBC

Author Note:
Hayo, kira-kira mungkin nggak ya kalo Mili beneran tipe ceweknya Arka? Terus gimana ya kelanjutan Mili sama Arka pas jadi tetangga? Menurut kalian bakal lucu nggak? Thanks for reading ❤️

Alya Ranti

Broken Memories [Telah Diserieskan]Where stories live. Discover now