44. Painful Memory

28.4K 3.1K 611
                                    

[Kalau bisa, bacanya sambil dengerin multimedia ya]

“Sebelum lo bilang kata sayang, harusnya lo pastiin dulu siapa yang sebenernya ada di hati lo. Mungkin lo enggak sadar, kadang kata sayang justru bisa jadi kata yang menyakitkan buat orang lain.”

▪️▪️▪️

Mili mengendarai mobilnya tanpa arah. Sepanjang perjalanan, ia hanya bisa tersenyum parau ketika melihat sepasang kekasih yang tertawa dengan begitu bahagianya. Melihat dua sejoli yang saling mencintai satu sama lain. Tidak seperti Mili saat ini, jatuh cinta sendirian.

Mungkin mereka tengah merasa sangat bahagia, berbanding terbalik dengan yang Mili rasakan. Yang Mili rasakan saat ini hanyalah kekosongan dan kehampaan. Semua yang terjadi rasanya begitu menyakitkan.

Mengapa Arka harus membuat Mili seolah-olah merasa begitu dicintai? Apakah Arka tidak sadar jika semua itu justru hanya akan berujung pada rasa yang begitu menyakitkan untuk Mili?

Sudah jam tujuh malam, tetapi Mili tidak tahu akan ke mana arah tujuan mobilnya, ia hanya mengelilingi ibu kota untuk sekadar menenangkan perasaannya. Walaupun, apa yang ia lakukan tidak benar-benar bisa membuatnya tenang.

Hingga ia memutuskan untuk pergi ke suatu tempat. Ia pergi ke kedai es krim yang pernah ia kunjungi bersama Arka kala itu. Ia menghampiri sang penjual es krim.

“Mas, es krim vanilla satu ya,” pesan Mili dengan suara parau. Ia menatap tempat duduk yang pernah ia duduki bersama Arka. Ia berjalan perlahan lalu mendudukinya. Ia memejamkan matanya, seakan membiarkan tubuhnya terkena desiran angin malam yang berhembus kencang.

Tak berapa lama, sang penjual es krim memberikan pesanan itu kepada Mili. Mili hanya menatap es krim itu seraya menghela napas berat.

Seketika, semua hal yang pernah ia lalui bersama Arka terlintas begitu saja. Memori yang tanpa Mili tahu di kemudian hari akan begitu menyayat perasaannya.

“Mas, es krim apa yang cocok buat cowok yang duduk disana? Dia itu pendiem, aneh, kuno!”

Pemilik kedai itu tertawa. “Es krim vanilla cocok buat pendiam yang tenang.”

Mili mengangguk. “Oke, satu ya, Mas!”

Ia segera membuat es krim rasa vanilla dan setelah selesai langsung memberikannya pada Mili. Mili tersenyum lalu duduk di samping Arka.

“Kata Mas-nya, es krim vanilla cocok buat si pendiam yang tenang.” Mili memberikan itu pada Arka.

“Gue nggak suka, Mil.”

“Lo harus coba!” paksa Mili.

Arka menggeleng. “Enggak.”

Please, just one time.” Mili tetap memaksa.

“Lo mau liat gue gendut karena gue makan es krim dua sekaligus?” tanya Mili.

Arka mengangguk. “Mau aja.”

“Ka! Ambil enggak?” Mili mulai kesal. Arka tertawa lalu mengambil es krim itu dari Mili.

Mili membuka matanya lalu menatap es krim yang perlahan-lahan mulai mencair. Seperti kisahnya dengan Arka, yang kini memang sudah harus berakhir. Mili sadar jika apa yang Arka lakukan padanya hanya untuk sekadar balas budi, tidak lebih dari itu semua.

Broken Memories [Telah Diserieskan]Where stories live. Discover now